
Oleh: Valencia Lyra *)
SUARAMUDA, SEMARANG — Mahasiswa tidak lebih dari seseorang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, yang ingin meningkatkan potensi akademik dan non akademik yang dimiliki.
Dalam praktiknya, terkadang mahasiswa yang datang ke kampus bukan hanya untuk kuliah, membuat tugas seperti makalah, tugas power point (PPT), lalu lulus.
Mahasiswa bahkan menjadi bagian penting yang harus menjalankan nilai-nilai kebenaran sosial—di tengah banyaknya problem sosial yang terus berkembang.
Salah satu bentuk peduli dengan menegakkan keadilan terhadap masyarakat, yakni dengan turun aksi di jalan. Poster berisi coretan dan tulisan rasa gelisah, menjadi bukti nyata kepedulian mahasiswa atas rasa keadilan.
Rasa adil yang dilakukan mahasiswa bukanlah slogan semata, namun cita-cita ideal yang harus didukung gerakan rakyat. Bahwa merekalah yang sejatinya mendapatkan rasa keadilan itu.
Dalam kehidupam nyata, masih saja ditemukan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Itu bisa disebabkan adanya kesenjangan ekonomi, serta ketimpangan pelayanan publik antara kota dan desa.
Pada situasi ini, mahasiswa ditantang untuk mengambil peran aktif di tengah-tengah masyarakat. Sesungguhnya, aksi mahasiswa hanya untuk mengungkapkan kebenaran tentang keadilan yang ada.
Perlu disadari, turun aksi yang dilakukan bukan untuk tujuan akhir yang tidak ada artinya—melainkan untuk mencapai kesadaran akan keadilan sosial yang penting bagi rakyat untuk mendapatkan haknya.
Mahasiswa dalam aksinya diharapkan bisa menjaga kestabilan saat melakukan aksi tersebut.
Turun aksi harus dengan berita yang benar, jika dilakukan menggunakan berita yang tidak benar itu bisa merugikan kita dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Selain mahasiswa mendapatkan keadilan melalui aksi di jalan, mahasiswa juga mewujudkan keadilan sosial yang bisa dilakukan dalam bentuk yang lebih konstruktif dan berkelanjutan.
Contohnya, dengan mendatangkan daerah yang tidak mendapatkan keadilan sosial dengan sepenuhnya.
Dalam hal ini, mahasiswa menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di bangku kuliah dengan kehidupan sosial yang sering kali jauh dari keadilan, yang menyebabkan terjadinya kerusuhan antar sesama.
Peran digital saat ini semakin canggih, bisa membuat mahasiswa memanfaatkan media sosial untuk mencari kesadaran publik tentang isu-isu yang benar dalam keadilan sosial.
Akan tetapi, sebagian orang menganggap mahasiswa yang turun aksi sebagai perusuh dan melakukan hal yang tidak benar, tidak tahu diri, atau hanya ingin mencari sensasi sesaat.
Tidak banyak juga, mahasiswa mendapatkan keadilan sesuai dengan rencana yang diinginkan. Tetapi, dalam ini mahasiswa diuji sebagai pejuang keadilan sosial yang bisa membantu masyarakat. Perubahan yang mereka dapatkan yaitu keberanian diri untuk melawan ketidakadilan sosial tersebut.
Peran mahasiswa juga harus memiliki pemahan dan pemikiran yang lebih mendalam tentang keadilan. Aksi yang dilakukan tidak tepat akan mudah dihancurkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, mahasiswa harus bisa untuk berpikir lebih mendalami dan menguras pemikiran tentang keadilan sebagaimana mestinya yang akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.
Tentu, mahasiswa juga harus bisa mengkritisi diri sendiri. Aktivitas yang dilakukan mahasiswa harus diperbicarakan serius dan bukan semata-mata sekadar beramai-ramai.
Akan tetapi itu supaya mengakui kepada rakyat bahwa aksi yang dilakukan terhadap mahasiswa dapat membuat keadilan bagi masyarakat.
Keadilan sosial juga merupakan hak-hak dan kewajiban yang akan diberikan ke masyarakat. Karena, ketika mahasiswa yang akan turun aksi, memiliki tujuan yang jelas, jangan langsung menuduh yang tidak benar.
Mahasiswa pun masih harus tetap melakukan kewajibannya di kampus. Di kampus mahasiswa pun mahasiswa harus tetap melaksanakan keadilan yang patut didapatkan oleh mahasiswa.
Dengan idealisme yang membara dan keberanian dalam bertindak, mahasiswa memiliki kekuatan untuk majukan roda perubahan menuju masyarakat yang lebih adil. (Red)
*) Valencia Lyra, mahasiswa Akuntansi, Universitas Bangka Belitung
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi tanggung jawab redaksi