
SUARAMUDA, SEMARANG – Festival seni lintas agama yang dikemas dalam Pawai Ogoh-ogoh di Kota Semarang berlangsung meriah. Warga pun memadati jalan sepanjang rute pawai.
Rute pawai Ogoh-ogoh yang berlangsung menjelang pukul 16.00 WIB itu mulai dari Balai Kota Semarang di Jalan Pemuda, kemudian di Jalan Pandanaran dan finish di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang.
Dalam gelarannya, terdapat tiga ogoh-ogoh yang ditampilkan dari Baleganjur Peradah Kota Semarang, Kesenian dari umat Kristen PGKS, Tandawa Ratri Kota Semarang, Kesenian barongsai dari Umat Kong Hu Chu, Penghayat Kepercayaan (MLKI).
Kemudian ada juga Baleganjur Kabupaten Jembrana Bali, Komunitas Diajeng Semarang, Kesenian dari Umat Hindu Kabupaten Semarang dan Salatiga, Voorijder 9-2 dari Polrestabes Semarang.
Warak Ngendhog sebagai Ciri Khas Semarang
Warak Ngendhog sebagai ciri khas Semarang pun turut diarak bersamaan dengan penampilan ogoh-ogoh.
Untuk diketahuu, Warak Ngendhog merupakan hewan imajiner khas Kota Semarang yang menjadi perwujudan kerukunan berbagai etnis yang ada di Kota Semarang.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti mengatakan dengan acara tersebut diharapkan bisa menarik wisatawan untuk datang ke kota Semarang.
Ia juga menyebut, festival seni lintas agama setidaknya mampu menunjukan warga Kota Semarang yang menjujung tinggi nilai toleransi.
“Keragaman budaya ini mulai dibiasakan di masyarakat. Agar berpikir kita ini hidup bersama, harus saling melengkapi seperti sebuah orkestra, “kata Mbak Agustin, sapaan akrabnya.
“Ada biola ada macam-macam alat musik, kita bersatu dan bisa dalam derijen yang manis, akan membuat sebuah lagu yang sangat indah. Itulah keinginan kita,” tambahnya.
Usai melintas Jalan Pandanaran, rombongan karnaval tiba di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang.
Mereka melanjutkan acara itu dengan penampilan tari “Genjek” dan sendratari “Legenda Selat Bali”. (Red)