
SUARAMUDA – Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tombolo Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng melaksanakan pengabdian berupa pelatihan pembuatan briket dari limbah bonggol jagung.
Hal tersebut dilakukan oleh Posko 4 yang dibimbing Dosen Pengampu KKN (DPK) Diyah Yumeina, S.TP., M.Agr., P.hD.
Dalam rilis panitia yang diterima redaksi, posko 4 terdiri dari delapan orang yakni Muh. Ahyas Fardatulah (Teknik Pertambangan), Dzibran Asyatama Pranoto (Teknik Industri), Hendra Bara’langi’ (Teknik Elektro), Ainun Maghfira (Administrasi Publik), Alya Rasti (Agribisnis), Amalia Putri Ariska (Fisika), Raden Endang Sonia Doki Londong Allo (Budidaya Perairan), dan Aulia Rahmah Julianti Said (Kesehatan Masyarakat).
Seperti diketahui, jagung merupakan salah satu komoditas utama di Indonesia, tak terkecuali di Desa Tombolo, Kecamatan Gantarangkeke, Kabupaten Bantaeng. Pada umumnya, jagung hanya dimanfaatkan bagian bijinya saja oleh masyarakat sehingga menyisakan limbah berupa bonggol.
Bonggol jagung tersebut cenderung hanya dibuang begitu saja. Dan tentunya hal ini menyebabkan penumpukan sampah organik di lingkungan sekitar Desa Tombolo.
Berdasarkan survei mahasiswa KKNT Inovasi Teknologi Tepat Guna Gelombang 112 Universitas Hasanuddin di lingkungan sekitar Desa Tombolo, didapatkan banyak sekali bonggol jagung yang menumpuk dan dibiarkan atau dibakar begitu saja. Dari situ, muncul upaya mahasiswa untuk mengedukasi masyarakat mengenai cara mengolah limbah bonggol jagung menjadi briket sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan yang memiliki nilai ekonomis.
Dalam pelatihan, mahasiswa menyampaikan bahwa briket merupakan salah satu sumber energi alternatif pengganti gas elpiji yang dapat dibuat dari residu atau bahan yang tidak terpakai.
“Briket yang paling umum digunakan adalah briket batubara, briket arang, briket gambut, dan briket biomassa. Dan biasanya briket digunakan pada industri skala besar, home industri, rumah makan, hingga dalam sektor rumah tangga dan lainnya, “tulis rilis yang dikirim mahasiswa KKN.
Penanggung jawab program, Ahyas, menjelaskan briket berfungsi sebagai bahan bakar padat; yakni bahan bakar alternatif yang dapat digunakan pada industri, rumah makan, rumah tangga, dan lainnya. Jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak, briket memiliki banyak kelebihan seperti penggunaannya lebih hemat, dan ekonomis, aman dan, ramah lingkungan.
“Selain menjadi sumber energi alternatif briket arang juga dapat digunakan sebagai filter dalam penjernihan air serta dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, “jelas Ahyas.
Secara detil, ia memaparkan bahwa program ini dimulai dari mencari limbah bonggol jagung yang tidak terpakai disekitar desa serta membuat alat cetakan briket yang terbuat dari pipa bekas.
“Jadi sebelum melakukan pelatihan pembuatan briket kepada warga Desa Tombolo, kami melakukan uji coba terlebih dahulu di posko untuk mengurangi resiko gagalnya pembuatan briket saat kegiatan pelatihan, “ujarnya.
Pembuatan briket dimulai dengan menjemur bonggol jagung hingga kering selama kurang lebih selama dua hari. Setelah bonggol jagung tersebut kering lalu di dimasukkan ke dalam tong besi untuk dibakar menggunakan minyak tanah hingga berwarna hitam namun tidak sampai menjadi abu.
“Setelah selesai dibakar bonggol tersebut didiamkan terlebih dulu hingga tidak panas, lalu ditumbuk menggunakan ‘ulekan’ hingga halus, baru dilakukan penyaringan agar ukuran partikelnya sama dan mudah untuk dicetak, “detilnya.
Ia juga menceritakan, selama menyaring remukan bonggol jagung, sebagian dari tim memasak tepung kanji yang dicampur dengan air hingga mengental. Selanjutnya mencampur bonggol jagung yang sudah halus dengan adonan tepung kanji dengan perbandingan 5% dari berat arang bonggol jagung yang akan digunakan, lalu mencetak adonan tersebut sepanjang 5 cm.
“Setelah dicetak, briket dijemur selama tiga hari untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung dalam briket. Setelah briket kering, dicoba dengan membakar salah satu sampel dengan hasil yang diharapkan, “lanjutnya.
Mahasiswa sebelum menggelar pelatihan yang berlangsung pada Rabu, 31 Juli 2024 lalu juga melakukan diskus dengan Kepala Desa Tombolo Andi Hamzah dan juga sekretaris desa, Hamzah S.Pd.i., M.Pd.i. Mereka juga meminta arahan kepala dusun untuk sosialisasi serta perijinan penggunaan rumah warga. Hasilnya, 16 warga yang mayoritas buruh petani hadir mengikuti pelatihan ini.
Salah satu peserta, Jafar Dg Gassing, merasa senang atas pelatihan itu. Sebab menambah wawasan masyarakat terutama tentang pemanfaatan limbah bonggol jagung.
“Kegiatan ini sangat berguna dan menambah wawasan kami dalam memanfaatkan limbah jagung sekitar dan mengubahnya menjadi nilai ekonomis untuk usaha sampingan” ucap Jafar Dg Gassing. (Red)