Madagaskar Geger! Militer Kudeta, Kolonel Randrianirina Siap Naik Tahta

Demo di Madagaskar yang ricuh. (Dok istimewa)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Dunia politik Madagaskar lagi-lagi heboh! Setelah drama panjang antara pemerintah dan militer, Kolonel Michael Randrianirina akhirnya muncul ke publik dengan pengumuman mengejutkan: “Saya akan segera dilantik jadi presiden!”

Pernyataan itu sontak bikin jagat politik Afrika panas dingin. Soalnya, langkah ini jelas-jelas menandai kudeta besar-besaran yang menggulingkan Presiden Andry Rajoelina, sang mantan DJ yang dulu juga naik lewat jalur kudeta tahun 2009. Ironis banget, ya?

Uni Afrika pun langsung bereaksi cepat. Mereka menangguhkan keanggotaan Madagaskar karena pengambilalihan kekuasaan dianggap ilegal. Dampaknya, negara pulau di Samudra Hindia itu kini diambang isolasi diplomatik.

“Kami akan memimpin sementara, memulihkan stabilitas, lalu menggelar pemilu baru,” ujar Randrianirina dalam konferensi pers di ibu kota Antananarivo.

Rencananya, pemerintahan transisi ini bakal berjalan selama dua tahun ke depan. Randrianirina bahkan sudah membubarkan hampir semua lembaga negara, kecuali Majelis Nasional.

Yang menarik, sang kolonel bukan sosok baru di dunia politik. Dulu dia komandan pasukan elit CAPSAT, unit yang dulu bantu Rajoelina merebut kekuasaan. Tapi kini, roda berputar—Randrianirina justru berbalik arah dan menentang mantan bosnya.

Selain CAPSAT, banyak aparat militer dan kepolisian juga dikabarkan ikut berpaling dari Rajoelina. Artinya, pondasi kekuasaan sang presiden benar-benar runtuh.

Kondisi ini bikin dunia luar makin waspada. Ketua Komisi Uni Afrika, Mahmoud Ali Youssouf, menegaskan kalau blok regional itu tetap teguh pada prinsip “supremasi hukum di atas kekuasaan militer.”

Nah, kalau bicara kondisi rakyatnya, situasinya nggak kalah genting. Madagaskar yang berpenduduk sekitar 30 juta jiwa ini masih berjuang melawan kemiskinan ekstrem. Data Bank Dunia mencatat, tiga perempat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, dan pendapatan per kapitanya bahkan turun 45% sejak 1960-an.

Dengan kondisi ekonomi yang ringkih dan isolasi politik yang mengancam, banyak yang khawatir negeri penghasil vanila terbesar di dunia ini bakal terperosok makin dalam dalam krisis.

Kudeta Madagaskar bukan cuma urusan politik elite, tapi juga soal masa depan rakyat kecil yang sudah terlalu lama hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.

Dunia menunggu, apakah Randrianirina benar-benar bisa membawa “stabilitas” — atau justru babak baru dari kekacauan. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like