
Oleh: Ali Achmadi *)
SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Di Pati, arah angin politik sedang berembus kencang. Pansus pemakzulan DPRD tengah bekerja, mengupas satu per satu kebijakan Bupati Sudewo yang dianggap sarat persoalan.
Dari minimnya kajian mendalam, rapuhnya partisipasi publik, hingga lemahnya sosialisasi dalam pengambilan keputusan, semua kini ditarik ke permukaan. Satu per satu lapisan kebijakan yang semula terlihat mulus, mulai memperlihatkan retakan.
Tak berhenti di situ, nama Bupati juga terseret ke meja penyidik KPK. Kasus pembangunan jalur kereta api di lingkungan DJKA menjadi beban ganda yang tak bisa diabaikan.
Proses hukum masih berjalan, dan status penyidikan menambah ketidakpastian. Publik pun semakin resah: apakah daerah ini akan kembali diseret dalam pusaran krisis kepemimpinan?
Tekanan publik kini tampak nyata. Dukungan terhadap pansus di DPRD mengalir deras, bersamaan dengan sorak-sorai dukungan moral bagi KPK untuk mengusut tuntas.
Sentimen ini tak bisa dipandang sebelah mata. Masyarakat Pati seolah menemukan momentum: menuntut akuntabilitas, menagih transparansi, dan menekan agar kebenaran tak lagi disembunyikan di balik formalitas politik.
Namun, ujung dari drama ini tampaknya tidak hanya bertumpu pada fakta hukum dan temuan pansus. Ada faktor lain yang diam-diam lebih menentukan: kalkulasi politik Gerindra.
Sebagai partai yang mengusung dan menaungi Bupati Sudewo, Gerindra berada di persimpangan jalan. Apakah akan pasang badan untuk kadernya, dengan risiko ikut terseret dalam gelombang ketidakpuasan publik?
Ataukah memilih jalan yang lebih rasional, mengorbankan satu figur demi menjaga citra partai dan stabilitas politik di daerah?
Pilihan Gerindra akan sangat menentukan. Di satu sisi, bertahan bisa dianggap sebagai sikap loyal pada kader, tetapi juga berisiko memperpanjang krisis dan memantik kegaduhan baru.
Di sisi lain, merelakan Sudewo untuk menjadi “tumbal politik” bisa membuka jalan bagi rekonsolidasi partai, menjaga elektabilitas, dan menghindari Pati kembali terjerembap dalam konflik berkepanjangan.
Nasib Bupati Sudewo kini ibarat daun yang terombang-ambing di pusaran arus besar. Pansus DPRD, proses hukum KPK, dan tekanan publik adalah pusaran kuat yang terus menyeretnya ke tengah.
Pada akhirnya, mungkin benar bahwa keputusan final tak lagi sepenuhnya berada di tangannya. Semua menunggu bagaimana arah jarum kompas Gerindra berputar. (Red)
*) Ali Achmadi, pemerhati masalah sosial, tinggal di Kabupaten Pati