
SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Chromebook dikenal sebagai laptop murah meriah yang banyak dipakai di dunia pendidikan. Dengan baterai awet, bobot ringan, dan sistem operasi gratis, perangkat ini dianggap solusi ideal buat pelajar.
Laman Vizor menuliskan, Chromebook dirancang untuk terhubung dengan internet, tapi tetap bisa dipakai offline lewat aplikasi seperti Gmail dan Google Docs.
Data lalu otomatis tersinkronisasi ke Google Drive saat jaringan kembali. Sejak 2011, Acer dan Samsung jadi produsen pertama Chromebook, disusul Lenovo, HP, hingga Google sendiri.
Tapi di Indonesia, nama Chromebook ikut terseret dalam pusaran kasus korupsi pengadaan laptop pelajar. Proyek bernilai triliunan rupiah itu kini jadi masalah besar setelah mantan Mendikbud, Nadiem Makarim, ditetapkan sebagai tersangka.
Program digitalisasi sekolah yang seharusnya membantu siswa justru berubah jadi polemik hukum.
Publik pun bertanya-tanya: benarkah perangkat murah seperti Chromebook memang dibutuhkan, atau justru hanya dijadikan alasan untuk proyek bermuatan korupsi?
Di media sosial, warganet ramai melontarkan kritik pedas. “Laptopnya murah, tapi anggarannya kok fantastis?” tulis akun @edutech_talk.
Ada juga yang menyindir, “Kalau begini, bukan digitalisasi pendidikan, tapi digitalisasi korupsi.” (Red)