
SUARAMUDA.NET, GROBOGAN — Upaya mendorong kemandirian ekonomi perempuan desa melalui potensi lokal kembali digelar oleh PPK ORMAWA IMM Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Semarang.
Kali ini, program Sekolah Perempuan Plus 2025 berlanjut di Desa Kandangrejo, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, dengan menghadirkan kelas MKB007 – Perempuan Kreatif Wirausaha Lokal sebagai kelanjutan dari pelatihan sebelumnya.
Materi dipandu oleh Riyadlotul Badriyah dari Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, yang mengajarkan praktik langsung mengolah bawang merah menjadi bawang goreng.
Sebanyak 36 peserta perempuan mengikuti sesi ini, sementara anak-anak mereka belajar mewarnai dan berhitung di Ahda Day Care yang disediakan panitia, sehingga para ibu dapat fokus belajar.
Pelatihan membahas seluruh tahapan pembuatan bawang goreng, mulai dari pengupasan, pemotongan, perendaman air garam, penggorengan, hingga penirisan minyak.
Peserta juga diajak membandingkan hasil bawang goreng premium dengan bawang goreng yang diberi tepung maizena, untuk memahami perbedaan rasa, tekstur, dan daya simpan.
Riyadlotul menekankan pentingnya kebersihan dan teknik tepat dalam produksi. Menurutnya, proses sederhana seperti pencucian dan penggaraman memiliki dampak besar pada kualitas rasa, sementara penirisan minyak berpengaruh pada ketahanan produk.
Ia juga mengingatkan bahwa perempuan memiliki keunggulan alamiah seperti ketelatenan dan perhatian pada detail, yang menjadi modal kuat dalam berwirausaha.
“Kalau dikelola dengan konsisten, bawang goreng bisa jadi ikon kuliner lokal yang laku di pasar daerah hingga nasional,” ujarnya. Ia bahkan mendorong pembentukan kelompok usaha bersama untuk menggerakkan perekonomian perempuan desa.
Ketua Tim Pelaksana, Reffi, menyatakan pelatihan ini bertujuan membekali perempuan Desa Kandangrejo dengan keterampilan praktis sekaligus wawasan bisnis, agar hasil tani dapat diolah menjadi produk bernilai jual tinggi.
Kepala Desa Widi Rifa’i pun mengapresiasi inisiatif ini, meyakini para ibu akan semakin kreatif dan mandiri dalam mengolah hasil pertanian.
“Kalau dikelola dengan konsisten, bawang goreng bisa jadi ikon kuliner lokal yang laku di pasar daerah hingga nasional,” ujarnya. Ia bahkan mendorong pembentukan kelompok usaha bersama untuk menggerakkan perekonomian perempuan desa.
Ketua Tim Pelaksana, Reffi, menyatakan pelatihan ini bertujuan membekali perempuan Desa Kandangrejo dengan keterampilan praktis sekaligus wawasan bisnis, agar hasil tani dapat diolah menjadi produk bernilai jual tinggi.
Kepala Desa Widi Rifa’i pun mengapresiasi inisiatif ini, meyakini para ibu akan semakin kreatif dan mandiri dalam mengolah hasil pertanian. (Red)