
Oleh: Feby Melysa *)
SUARAMUDA, SEMARANG — Transformasi digital telah mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk cara masyarakat melakukan transaksi ekonomi.
Salah satu inovasi penting dalam sistem pembayaran di Indonesia adalah hadirnya QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) yang dikembangkan oleh Bank Indonesia.
QRIS memungkinkan pelaku usaha menerima pembayaran dari berbagai aplikasi keuangan digital dalam satu kode QR yang terintegrasi. Inovasi ini memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, termasuk di Pulau Bangka.
Pulau Bangka merupakan salah satu daerah kepulauan yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan potensi ekonomi lokal. Selain sektor pertambangan, ekonomi Bangka juga ditopang oleh UMKM di sektor kuliner, kerajinan, perikanan, dan pariwisata.
Namun, masih banyak pelaku usaha kecil yang bergantung pada sistem pembayaran tunai dan belum terhubung dengan layanan keuangan formal. Di sinilah peran QRIS menjadi penting, karena dapat memperluas akses ke sistem keuangan digital secara cepat dan efisien.
Dengan QRIS, pelaku usaha tidak perlu lagi memiliki berbagai mesin EDC atau aplikasi berbeda untuk menerima pembayaran.
Cukup satu kode QR, mereka dapat menerima pembayaran dari berbagai platform seperti Gopay, OVO, Dana, ShopeePay, dan mobile banking. Hal ini tidak hanya memudahkan konsumen, tetapi juga menghemat biaya dan waktu bagi penjual.
Selain kemudahan transaksi, QRIS juga mendorong inklusi keuangan. UMKM yang menggunakan QRIS otomatis tercatat dalam sistem perbankan, sehingga membuka peluang untuk mendapatkan akses pembiayaan usaha atau program pemerintah berbasis data transaksi.
QRIS juga membantu pelaku usaha mencatat transaksi secara digital, yang merupakan langkah awal menuju pengelolaan keuangan yang lebih baik dan profesional.
Di sektor pariwisata Bangka, QRIS bisa menjadi alat penting dalam menciptakan pengalaman wisata yang nyaman dan modern.
Wisatawan lokal dan mancanegara cenderung memilih pembayaran digital untuk alasan kepraktisan dan keamanan. Tempat wisata, toko oleh-oleh, dan pelaku usaha di kawasan wisata bisa memanfaatkan QRIS untuk meningkatkan daya saing.
Namun, penerapan QRIS juga menghadapi tantangan, seperti keterbatasan literasi digital, minimnya edukasi, dan belum meratanya akses internet di beberapa wilayah.
Untuk mengatasi hal ini, perlu ada kolaborasi antara pemerintah daerah, perbankan, dan komunitas masyarakat untuk melakukan sosialisasi dan pendampingan secara berkelanjutan.
Kesimpulannya, QRIS merupakan inovasi yang dapat memperkuat fondasi ekonomi digital di Bangka.
Dengan meningkatkan efisiensi transaksi, memperluas akses keuangan, dan memperbaiki manajemen keuangan UMKM, QRIS bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi lokal.
Keberhasilan implementasi QRIS di Bangka akan bergantung pada dukungan berbagai pihak dalam memastikan adopsi teknologi ini merata dan berkelanjutan. (Red)
*) Feby Melysa, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi tanggung jawab redaksi