Dekan FISIP Unwahas, Ali Martin: Kita Butuh Politisi yang Benar-benar Otentik, Bukan Sekedar Pencitraan Semu

Dekan FISIP Unwahas, Dr. Ali Martin, M.Si (foto; dok istimewa)

SUARAMUDA.NET., SEMARANG — Seminar dan Kuliah Tamu bertema “Tokoh Politik di Media Sosial: Fakta atau Gimmick?” belum lama ini berlangsung di Meeting Room Lantai 6 Gedung Dekanat Unwahas, Sampangan, Jumat (11/7/2025) akhir pekan lalu.

Acara yang dihadiri mahasiswa serta dosen dari berbagai jenjang itu diselenggarakan oleh Magister Ilmu Politik dan Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas).

Pada kesempatan itu, Dekan FISIP Unwahas, Dr. Ali Martin, M.Si, mengapresiasi kegiatan ini sebagai bagian dari penguatan kompetensi mahasiswa dalam memahami dinamika politik kontemporer.

“Kami ingin mahasiswa tidak hanya menjadi penonton, tapi juga analis dan pelaku politik yang cerdas dan etis,” tegasnya, dalam sambutan pembuka.

Melalui seminar ini, peserta diajak untuk lebih kritis melihat citra tokoh politik di media sosial—antara yang benar-benar otentik dan sekadar rekayasa digital.

“Kita butuh politisi yang benar-benar otentik, bukan sekedar pencitraan semu, atau bahkan palsu, “tegas Ali Martin.

“Acara ini juga menjadi pengingat bahwa di balik layar ponsel, ada kekuatan narasi yang mampu membentuk persepsi publik dan arah demokrasi ke depan, “ujarnya.

Dekan FISIP Unwahas Dr. Ali Martin, M.Si (paling kanan), narasumber sekaligus Tim Ahli DPR/MPR RI & Konsultan Digital, Prio Hananto, M.I.Kom (baju biru tua/ tengah), Dosen Ilmu Politik Unwahas, Zudi Setiawan, M.Si (baju putih/ tengah) serta narasumber Azmi Muttaqin, S.IP., M.Si (paling kiri). / foto: suaramuda.net

Sementara itu, seminar ini menghadirkan dua narasumber yakni Tim Ahli DPR/MPR RI sekaligus Konsultan Digital, Prio Hananto, M.I.Kom., serta dosen Ilmu Politik Unwahas, Azmi Muttaqin, S.IP., M.Si.

Adapun, seminar ini dimoderatori oleh Zudi Setiawan, M.Si., yang juga merupakan Wakil Dekan dan juga dosen Ilmu Politik Unwahas.

Menjadi narasumber pertama, Prio Hananto menekankan bahwa media sosial kini menjadi panggung utama bagi tokoh politik untuk membangun citra.

“Tidak semua konten itu benar-benar mencerminkan karakter asli seorang politisi. Banyak yang bersifat gimmick untuk menarik perhatian publik, terutama generasi muda,” ujarnya.

Prio juga mengungkap strategi digital yang biasa digunakan dalam kampanye politik, seperti penggunaan micro-targeting, buzzer, hingga pengelolaan narasi publik melalui algoritma.

Narasumber kedua, Azmi Muttaqin, lebih menekankan sisi etika dan dampak jangka panjang dari politik pencitraan.

Azmi menekankan pentingnya literasi politik digital bagi masyarakat agar tidak mudah terjebak pada simbol dan drama yang kerap ditampilkan di media sosial.

“Media sosial memang membuka ruang demokratisasi informasi, tetapi juga menyuburkan polarisasi jika digunakan secara manipulatif,” jelas Azmi.

Seminar yang berlangsung sejak pukul 13.15 WIB itu berakhir pada pukul 16.15 WIB. Suasana hangat dan interaktif, terutama ketika sesi diskusi dibuka.

Satu per satu mahasiswa mengajukan pertanyaan kritis, mulai dari fenomena politik identitas di media sosial hingga tantangan menjaga integritas komunikasi politik di tengah banjir informasi. (Red)

 

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like