Angkat Disertasi tentang Kontestasi Ideologi Islam di Media Sosial, Agus Fathuddin Yusuf Raih Gelar Doktor UIN Walisongo

Dr. Agus Fathuddin Yusuf (tengah) saat foto bersama Pengurus PWNU Jateng, M. Nuh, M.Si (paling kanan), Ketua Baznas Prof. Noor Achmad (mengenakan serelan jas dan celana), Guru Besar UIN Walisongo sekaligus Promotor Prof. Ahmad Rofik (kiri) dan Direktur Sino-Nusantara Institute Syaifuddin Zuhri (paling kiri) usai sidang terbuka promosi doktor pada Jumat (4/7/2025) di Ruang Sidang Doktoral lantai 3, Kampus I UIN Walisongo Semarang. / dok istimewa

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Agus Fathuddin Yusuf, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Wahid Hasyim Semarang, resmi meraih gelar Doktor Studi Islam dari UIN Walisongo Semarang.

Ia menjalani sidang terbuka promosi doktor pada Jumat (4/7/2025) di Ruang Sidang Doktoral lantai 3, Kampus I UIN Walisongo Semarang.

Disertasinya berjudul “Dinamika Kontestasi Ideologi Islam Moderat dengan Islam Radikal di Media Sosial” berhasil memikat para penguji dan promotor. Ia dibimbing oleh dua promotor, yakni Prof. Dr. H. Ahmad Rofik, MA dan Dr. H. Najahan Musyaffa’, MA.

Dalam penelitiannya, salah satu pendiri dan Mustasyar PCINU Tiongkok ini menyoroti bagaimana narasi Islam moderat dan Islam radikal saling bersaing di berbagai platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan WhatsApp.

Ia memetakan pola komunikasi kedua kubu, serta dampaknya terhadap masyarakat secara sosial dan ideologis.

Menurut Agus, kelompok radikal secara aktif menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda, melakukan rekrutmen, serta menyasar emosi publik dengan pesan-pesan provokatif.

Sebaliknya, kelompok Islam moderat yang dimotori oleh ormas besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, mengusung kontra-narasi yang menyejukkan.

Mereka berupaya menyebarkan nilai-nilai toleransi, menjelaskan ajaran Islam yang ramah, serta menangkal disinformasi keagamaan.

“Media sosial dan situs web telah menjadi medan pertempuran ideologis yang sangat aktif. Konten kelompok radikal banyak mengusung framing eksklusif, anti-demokrasi, dan penuh ujaran kebencian,” ungkap Agus, sosok alumnus S-2 dari Nanchang University Tiongkok.

Dampak dari kontestasi ini tak bisa diabaikan. Agus menyebutkan bahwa media sosial kini menjadi sarana propaganda ekstremisme yang semakin canggih.

Polarisasi sosial, fragmentasi di tengah masyarakat, dan normalisasi kebencian menjadi konsekuensi serius dari pertarungan narasi tersebut.

Direktur Sino-Nusantara Institute, Ahmad Syaifuddin Zuhri, turut mengapresiasi capaian akademik Agus. Ia berharap disertasi ini menjadi referensi penting bagi kalangan moderat dan generasi muda dalam merawat kerukunan.

“Saya sangat bangga pada Pak Agus. Predikat lulus ‘Sangat Memuaskan’ dan IPK 3,75 adalah capaian luar biasa,” ujar Zuhri.

Ia menambahkan, riset ini bukan hanya capaian akademik semata, melainkan kontribusi nyata dalam membentengi umat dari paham radikal, serta memperkuat narasi Islam yang damai di ruang publik digital. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like