Membaca Perkembangan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) Bagi UMKM di Bangka Belitung

Bukhori Natsir, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung

Oleh: Bukhori Natsir *)

SUARAMUDA, SEMARANG — Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) telah menjadi fenomena penting dalam mendukung perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bangka Belitung.

QRIS, sebagai sistem pembayaran digital yang praktis dan efisien, memberikan peluang besar bagi UMKM untuk terdigitalisasi dan memperluas pasar mereka secara signifikan.

Data menunjukkan bahwa 96 persen pengguna QRIS di Bangka Belitung adalah pelaku UMKM, dengan jumlah merchant mencapai lebih dari 140 ribu, didominasi oleh usaha mikro yang mencapai hampir 59 persen dari total merchant QRIS.

Pertumbuhan jumlah merchant QRIS meningkat hingga 66 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara pengguna QRIS juga meningkat 77 persen sejak 2021.

Hal ini menandakan adopsi teknologi pembayaran digital yang semakin meluas di kalangan pelaku UMKM.

Manfaat QRIS bagi UMKM

QRIS memberikan kemudahan dalam transaksi pembayaran yang cepat, aman, dan tercatat rapi secara digital.

Dengan satu kode QR yang dapat digunakan untuk berbagai metode pembayaran, UMKM tidak lagi perlu menyediakan banyak alat pembayaran, sehingga mengurangi biaya dan risiko kesalahan transaksi.

Selain itu, transaksi digital ini membantu pencatatan keuangan yang lebih teratur, yang sangat penting untuk pengelolaan usaha dan akses ke pembiayaan.

Mengutip Ketua Dekranasda Babel, Melati Erzaldi, QRIS memudahkan konsumen dalam bertransaksi dan membantu UMKM naik kelas dengan memperluas pasar dan meningkatkan nilai jual produk.

Penggunaan QRIS juga dianggap sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 melalui transaksi non-tunai yang lebih aman.

Transaksi QRIS di Bangka Belitung mencapai nilai puluhan miliar rupiah, dengan usaha mikro menyumbang sekitar Rp34,57 miliar atau 34,32 persen dari total transaksi.

Penggunaan QRIS tidak hanya mendorong pertumbuhan UMKM, tetapi juga sektor pariwisata yang terkait erat dengan usaha mikro, sehingga dapat menjadi tulang punggung perekonomian daerah.

Pemerintah daerah pun berupaya mempromosikan wisata dengan memanfaatkan kemudahan transaksi digital untuk meningkatkan kontribusi sektor ini terhadap ekonomi lokal.

Meski penetrasi QRIS sudah tinggi, masih ada sebagian UMKM yang belum sepenuhnya memahami atau menggunakan QRIS.

Bank Indonesia dan berbagai lembaga terkait terus melakukan sosialisasi dan pelatihan agar UMKM lebih melek digital dan mampu memanfaatkan teknologi ini secara optimal.

Kolaborasi antara pemerintah, perbankan, dan komunitas UMKM menjadi kunci keberhasilan digitalisasi ini.

Kesimpulan

Penggunaan QRIS di Bangka Belitung telah membawa transformasi signifikan bagi UMKM dengan memudahkan transaksi, meningkatkan efisiensi, dan memperluas akses pasar.

Dengan dukungan teknologi pembayaran digital ini, UMKM di Bangka Belitung berpeluang besar untuk berkembang lebih pesat dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian daerah.

Ke depan, perlu terus dilakukan edukasi dan pengembangan infrastruktur digital agar seluruh pelaku UMKM dapat merasakan manfaat QRIS secara merata dan maksimal. (Red)

*) Bukhori Natsir, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi tanggung jawab redaksi

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like