Demam Korean Style pada Kebaya: Akankah Menjadi Pedang Bermata Dua bagi Budaya Asli Indonesia?

SUARAMUDA, JAKARTA – Annyeongha-Solo? Baru-baru ini, tren Kebaya Korea kerap diperbincangkan masyarakat muda. Kebaya berbahan dasar beludru dengan corak khas tradisional Jawa ini dimodifikasi dengan gaya crop-top dan bagian atasan yang memiliki potongan pendek serta mengekspos bagian perut atau pinggang.

“Sebenarnya, kebaya itu sangat boleh dimodifikasi, tetapi tetap harus memperhatikan pakemnya,”ujar Ernarini Indraswati, pemimpin LKP Ayu Busono, Tulungagung, Jawa Timur.

“Hanya saja, saat ini ada kebaya modern kebaya crop top ala Korea, tentu saja hal tersebut sangat menyalahi pakem,” tegasnya melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada dalam vokasi.kemdikbud.go.id, 24 Mei 2024.

Kebaya Korea banyak dikritik oleh massa karena dianggap mencoreng budaya asli Indonesia. Melihat masa depan bangsa kedepan, hal tersebut dapat memicu perubahan sosial dalam cara mereka menghargai dan melestarikan pakaian adat asli.

Permasalahan sosial timbul ketika Kebaya Korea ini cenderung lebih digemari masyarakat dibandingkan kebaya tradisional.

Banyaknya desainer dan pengusaha menggunakan tren ini sebagai kesempatan pemasaran untuk kepentingan pribadi.

Hal ini terlihat dalam pergeseran perhatian dan peminatan pasar, dimana produk-produk asal Korea Selatan seperti Kebaya Korea seringkali mendapatkan tempat di hati konsumen, sementara kebaya tradisional mulai terpinggirkan.

“Tapi kalau kita bicara pakem tentu kita merujuk pada kebaya yang sudah diakui oleh warisan budaya tak benda Indonesia, dan itu adalah yang harus diikuti, “kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno, dilansir Tempo.co, 20 Juli 2024.

“Tapi kalau mereka mau memberi inovasi, dan menganggap ini adalah kebaya yang diadaptasi dengan beberapa tren kekinian, tentunya ini merupakan hak dari masing-masing desainer untuk melakukan kreasi,”ujarnya.

Pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama memanfaatkan keterampilan penjahit pakaian tradisional Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap UMKM.

Ilustrasi baju kebaya bergaya Korea/ pinterest

Alih-alih mengadaptasikan pakaian tradisional dengan budaya asing, kebaya Indonesia dapat dikembangkan guna menarik minat kancah internasional.

Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan payet, permainan warna dan tekstur, atau variasi desain yang mengkontekstualkan kebaya sesuai dengan perkembangan zaman dan gaya hidup masa kini, dengan tetap mempertahankan esensi, pakem dan pola kebaya, sebagaimana mestinya.

Memanfaatkan peran besar media sosial dalam menghadapi globalisasi, pembuatan konten-konten kreatif mengenai berkebaya nusantara dan gerakan inovatif seperti tren “berkain”, yaitu gerakan oleh kalangan muda untuk membiasakan penggunaan kain-kain tradisional termasuk kebaya khas nusantara dapat turut dilakukan.

“Kebaya yang sesuai pakem adalah kebaya yang pas di badan. Contohnya untuk kebaya kutu baru bagian bawahnya bisa lebih dilebarkan ataupun dikerut, asalkan tetap sesuai dengan ukuran badan.” lanjut Ernarini dalam pernyataannya, selaku pemimpin LKP Ayu Busono, Tulungagung, Jawa Timur, dalam vokasi.kemdikbud.go.id, 24 Mei 2024.

Pada dasarnya, budaya akan selalu berkembang mengikuti perubahan sosial yang terjadi. Budaya asli bangsa sangat boleh untuk diubah atau dimodifikasi sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi harus tetap mempertahankan ‘pakem’ nya.

Kebaya korea yang telah diinternalisasikan dalam masyarakat harus dapat diimbangi dengan skala pembagian yang menunjukkan bahwa budaya asli bangsa lebih besar dibandingkan dengan budaya yang akan dikolaborasikan.

Mengikuti perkembangan zaman dengan memodifikasi kebaya tradisional menjadi modern adalah hal yang sah.

Akan tetapi, penting bagi masyarakat untuk mengenal dan mempertahankan kebaya tradisional sebagai warisan budaya bangsa, dan memperkenalkan keaslian budaya kebaya ini ke seluruh dunia. (Red)

Penulis: Laurel Eden Bungauli Hutagaol, Maria Stella Olivia, dan Jonathan Geraldo (SMA Kolese Gonzaga Jakarta)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like