
SUARAMUDA – Nilai tukar rupiah berhasil lolos dari tekanan pelemahan ketika sentimen pasar memburuk. Pada penutupan pasar spot Kamis (27/6/2024) kemarin, rupiah berhasil mengakhiri hari dengan penguatan tipis 0,05% ke level Rp16.405/US$.
Dikutip dari laman Bloomberg Technoz (27/6/2024) penguatan tipis rupiah di ujung hari bursa, tidak sendirian.
Mayoritas mata uang Asia yang awalnya tertekan penguatan dolar AS, berhasil menggeser pendulum dan mengakhiri perdagangan dengan lebih kuat.
Dilansir dari detikfinance (19/4/2024), penyebab pertama rupiah melemah karena terkena dampak eksternal, yaitu inflasi di AS yang belum menurun. Inflasi AS semakin meningkat hingga 3,48%.
The Fed juga tidak menurunkan suku bunganya. Mulanya pada kuartal dua atau tiga akan menurunkan suku bunga.
Penyebab selanjutnya karena turunnya surplus neraca perdagangan Indonesia. Menurut Tauhid Ahmad, saat ini Indonesia memiliki komposisi impor yang cukup tinggi. Hal tersebut tentunya akan merugikan negara karena nilai tukar rupiah terhadap dolar sedang melemah.
Penyebab ketiga adalah intervensi yang dilakukan Bank Indonesia tidak cukup mampu untuk menahan tingginya pergerakan dolar AS. BI pun disarankan melakukan intervensi yang lebih gencar lagi.
Menguatnya dolar AS terhadap nilai rupiah berdampak pada para pelaku bisnis yang bertumpu pada kegiatan impor. Industri yang memerlukan bahan baku usahanya dari impor tentu membutuhkan dana yang besar untuk biaya produksi. (Red)