Peran Media dalam Pemberitaan Bencana: Mengubah Narasi, Membentuk Ketangguhan

Oleh: Nazlal Firdaus Kurniawan *)

SUARAMUDA – Di tengah meningkatnya risiko bencana di Indonesia, media memiliki peran strategis sebagai penyampai informasi, penggerak kesadaran publik, sekaligus pemicu perubahan perilaku masyarakat menuju kesiapsiagaan bencana. Namun, pemberitaan bencana di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menyajikan informasi yang tidak hanya akurat tetapi juga berdaya guna bagi ketangguhan masyarakat.

Sering kali, pemberitaan bencana di Indonesia didominasi oleh narasi dramatis yang berfokus pada penderitaan korban dan kerusakan infrastruktur. Meskipun narasi semacam ini efektif menarik perhatian publik, dampaknya justru dapat memperpanjang trauma bagi korban dan menimbulkan rasa pesimisme di masyarakat. Dalam konteks ini, pemberitaan seharusnya tidak hanya menceritakan dampak bencana, tetapi juga membangun harapan dan kesiapsiagaan publik.

Sebagai perbandingan, Jepang memberikan contoh bagaimana pemberitaan bencana dapat dikelola secara lebih konstruktif. Media seperti NHK, yang didukung oleh regulasi pemerintah, tidak hanya melaporkan bencana secara akurat tetapi juga menyampaikan informasi edukatif. Mereka menyoroti langkah mitigasi, kisah solidaritas, dan gotong royong dalam proses pemulihan. Pendekatan ini tidak hanya mempercepat pemulihan masyarakat tetapi juga membentuk perilaku yang lebih tangguh dalam menghadapi bencana.

Di Indonesia, regulasi serupa bisa diimplementasikan dengan memanfaatkan media berbasis organisasi atau komunitas yang memiliki misi kemanusiaan. Media ini dapat bekerja sama dengan akademisi, komunitas lokal, dan sektor swasta untuk meningkatkan kualitas pemberitaan.

Selain itu, organisasi kepemudaan dan keagamaan, seperti Gerakan Pemuda Ansor, dapat berperan signifikan melalui unit-unit khusus mereka. Ansor yang memiliki Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang mempunyai empat unit khusus dengan fokus kebencanaan: Banser Tanggap Bencana (Bagana), Banser Husada (Basada), Banser Penanggulangan Kebakaran (Balakar), dan Banser Maritim (Baritim).

Namun, di banyak daerah, unit yang aktif umumnya hanya Bagana dan Basada. Kedua unit ini telah menunjukkan kontribusi nyata dalam berbagai aksi kemanusiaan. Meski begitu, tantangan tetap ada, terutama dalam hal penyampaian informasi. Untuk itu unit khusus ini agar bergerak bersama tim media. Agar yang selama ini, informasi bencana lebih banyak berupa laporan singkat tentang lokasi bencana, penggalangan dana, dan penyerahan donasi. Menjadi sebuah narasi edukatif, seperti panduan menghadapi situasi darurat atau informasi terkait proses pemulihan, sering kali terabaikan.

Ke depan, media dan organisasi kebencanaan perlu lebih fokus pada pemberitaan yang bersifat edukatif, informatif, dan membangun semangat gotong royong. Misalnya, dalam peristiwa kebakaran, informasi yang diberikan tidak hanya berupa foto atau video tanpa konteks, tetapi juga narasi yang menjelaskan penyebab kebakaran, langkah pencegahan, serta panduan untuk menghindari risiko serupa di masa mendatang. Dengan demikian, media tidak hanya menjadi penyampai berita, tetapi juga agen perubahan dalam membangun masyarakat yang tangguh dan siap menghadapi bencana.

Sebaran kejadian bencana alam 1 Januari -22 Desember 2024. Dok BNPB

Media Sebagai Jembatan Informasi: Membangun Kesiapan Masyarakat di Fase Pra-Bencana
Media bukan sekadar alat penyebar informasi; ia adalah jembatan strategis yang menghubungkan pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta, terutama dalam fase krusial pra-bencana. Peran media menjadi sangat penting untuk memberikan edukasi yang berkelanjutan, memastikan masyarakat memahami tanda-tanda bencana, jalur evakuasi, hingga langkah mitigasi seperti menyiapkan tas siaga bencana berisi perlengkapan darurat.

Sosialisasi yang konsisten melalui media dapat meningkatkan kesiapan masyarakat menghadapi bencana. Namun, inisiatif ini masih terbatas jumlahnya, terutama dalam menyediakan informasi edukatif. Banyak media, terutama yang berbasis komunitas, masih fokus pada penyampaian informasi dasar seperti laporan kejadian bencana, penggalangan dana, atau distribusi bantuan. Padahal, media juga bisa menjadi katalisator yang memberikan panduan mitigasi dan langkah-langkah tanggap darurat.

Kemampuan organisasi media dalam menyampaikan informasi yang relevan dan edukatif perlu ditingkatkan. Salah satu cara efektif adalah menyajikan narasi yang jelas, meskipun dalam format sederhana seperti video tanpa editing profesional. Misalnya, ketika ada korban tenggelam, relawan SAR dapat menjelaskan kepada masyarakat pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Hal ini penting karena banyak orang awam tidak memahami alasan di balik protokol keselamatan seperti itu.

Begitu juga dengan operasi SAR yang dilakukan pada waktu tertentu, seperti tidak melangsungkan operasi pada malam hari. Informasi ini perlu dijelaskan agar masyarakat tidak salah paham. Narasi yang informatif ini tidak hanya menjawab pertanyaan masyarakat tetapi juga membangun kepercayaan pada upaya mitigasi dan penanganan bencana.

Dengan memperluas fungsi media sebagai alat edukasi mitigasi, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih tanggap dan siap menghadapi bencana. Inilah saatnya media melangkah lebih jauh, menjadi agen perubahan yang berkontribusi pada keselamatan dan kesejahteraan bersama.

Pasca-bencana, media juga dapat menjadi alat pemulihan psikis bagi korban. Dengan mengangkat cerita inspiratif seperti kisah relawan, kerja sama pemerintah dan warga, atau inovasi dalam rekonstruksi, media dapat membantu masyarakat bangkit dari trauma.

Berita yang terlalu fokus pada duka dan kerusakan sering kali memperpanjang rasa kehilangan. Sebaliknya, narasi optimis dapat menjadi katalis pemulihan, baik secara emosional maupun fisik.

Tantangan dan Masa Depan Pemberitaan Bencana
Tantangan besar bagi media di Indonesia adalah mengubah pola pikir dari paradigma “bad news is good news” menjadi pemberitaan yang lebih konstruktif.

Langkah ini membutuhkan pelatihan jurnalistik empati, peningkatan kapasitas wartawan dalam memahami konteks kebencanaan, serta dukungan regulasi yang mendorong peliputan berimbang.

Kolaborasi antara media arus utama, media lokal, dan komunitas jurnalisme warga juga penting untuk menjangkau kelompok rentan dan marjinal, yang sering kali terabaikan dalam pemberitaan bencana. Informasi yang disampaikan melalui berbagai platform, seperti televisi, radio, media sosial, dan media cetak, harus mudah dipahami dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Sebagai elemen pentahelix, media memiliki peran strategis untuk membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Pemberitaan yang akurat, edukatif, dan inspiratif dapat menjadi kekuatan besar dalam memitigasi risiko, menyelamatkan nyawa, dan mempercepat pemulihan.

Dengan memanfaatkan potensi ini, media di Indonesia dapat menjadi ujung tombak dalam membangun masyarakat yang lebih siap, tangguh, dan optimis menghadapi tantangan bencana di masa depan.

Upaya pencarian dan penyelamatan (SAR) membutuhkan sinergi yang kuat antara berbagai pihak. Pemerintah memiliki keunggulan dalam hal fasilitas dan peralatan operasi SAR yang memadai, namun jumlah personel yang tersedia sering kali terbatas. Di sisi lain, organisasi atau komunitas relawan memiliki kelebihan dari segi jumlah anggota yang sangat besar, tetapi biasanya menghadapi keterbatasan dalam hal perlengkapan dan peralatan.

Organisasi atau komunitas relawan juga memiliki daya tarik tersendiri di mata masyarakat. Nama besar mereka sering kali membawa pengaruh kuat, dengan pengikut yang merasa bangga menjadi bagian dari komunitas tersebut. Jumlah mereka pun sulit dihitung secara pasti karena cakupan yang sangat luas.

Melihat kondisi ini, kolaborasi yang erat antara pemerintah dan organisasi relawan menjadi sebuah kebutuhan. Sinergi ini harus melampaui sekadar perencanaan di atas kertas; aksi nyata di lapangan adalah kunci keberhasilan.

Dengan memadukan kekuatan sumber daya manusia dan dukungan teknologi, operasi SAR dapat berjalan lebih efektif dan efisien, memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat yang membutuhkan.

Oleh: Nazlal Firdaus Kurniawan
Biro Informasi Satkorcab Banser Kendal 2020-2024 yang sekarang berkhidmah di LTN PWNU Jateng Bidang Multimedia, Teknologi dan Informasi 2024-2029

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like