promo

Diakui Dunia Internasional, Siapa Sebenarnya Gus Baha?

Ulama muda yang sangat berpengaruh, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha)/ sumber gambar: pinterest

Oleh: Asrof Farouq Ahmad Farizzi*)

SUARAMUDA, SEMARANG — KH. Ahmad Bahauddin Nursalim yang akrab disapa Gus Baha, telah menempatkan dirinya sebagai salah satu ulama paling berpengaruh di Indonesia dan dunia.

Melalui pendekatan dakwah yang moderat dan penuh substansi, Gus Baha tidak hanya menjadi tokoh agama yang dihormati di dalam negeri tetapi juga mendapat pengakuan di panggung internasional.

Promo

Gus Baha lahir di Desa Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah pada 29 September 1970. Ayahnya KH. Nursalim al-Hafizh, adalah pendiri Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, yang hingga kini menjadi salah satu pusat pendidikan Al-Qur’an terkemuka di Indonesia. Gus Baha kecil pun dididik langsung oleh sang ayah untuk menghafal Al-Qur’an beserta tafsirnya.

Pendidikan formal dan nonformal Gus Baha berlanjut di Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang di bawah bimbingan KH. Maimoen Zubair. Di pesantren ini, ia mendalami berbagai cabang ilmu Keislaman termasuk fikih, tafsir, dan hadis.

Gus Baha bahkan dikenal mampu menghafal kitab Sahih Muslim secara lengkap, mencakup matan, sanad, dan rawi—kemampuan langka yang hanya dimiliki segelintir ulama.

Dakwah Santai, Tapi Penuh Makna

Dakwah Gus Baha dikenal dengan pendekatan yang santai namun penuh makna. Dalam berbagai ceramahnya, ia sering menekankan pentingnya agama sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, bukan sekadar dogma.

Promo
Ulama muda yang sangat berpengaruh, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha)/ sumber gambar: pinterest

“Islam harus membawa solusi, bukan menjadi beban,” tegasnya dalam salah satu ceramah yang kini banyak diakses di platform digital seperti YouTube.

Dengan gaya penyampaian yang mudah dipahami dan sering kali diselingi humor, Gus Baha berhasil menarik perhatian generasi muda.

Ceramah-ceramahnya telah ditonton jutaan kali dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Inggris, Arab, Prancis, dan Urdu. Pesan-pesan Gus Baha tentang moderasi Islam juga menjadi referensi bagi akademisi dan masyarakat global yang mencari wajah Islam yang damai dan inklusif.

Diakui Dunia Internasional

Kiprah Gus Baha tidak hanya diakui di dalam negeri tetapi juga di dunia internasional. Salah satu pengakuan penting datang dari Universitas Al-Azhar, Mesir, di mana Gus Baha diundang sebagai pembicara dalam sebuah konferensi internasional yang mempertemukan ulama dari berbagai negara.

Promo

Dalam kesempatan itu, ia menekankan pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber pencerahan yang mampu melampaui batas agama, budaya, dan negara. Grand Syaikh Al-Azhar memuji pandangan Gus Baha sebagai relevan dengan tantangan global di era modern.

Di Eropa, Gus Baha pernah berpartisipasi dalam diskusi panel di Jerman yang diinisiasi oleh lembaga riset agama dan multikulturalisme. Dalam diskusi tersebut, beliau menyampaikan gagasan tentang harmoni sosial dalam masyarakat multikultural berdasarkan nilai-nilai Al-Qur’an.

Menurut laporan Middle East Eye, Gus Baha dianggap sebagai salah satu ulama Asia Tenggara yang berhasil menghubungkan Islam tradisional dengan modernitas, memberikan perspektif segar dalam dialog lintas budaya.

Di Asia Tenggara, pemikiran Gus Baha juga diakui oleh institusi pendidikan Islam di Malaysia, Singapura, dan Brunei. Beberapa ceramahnya yang diterjemahkan ke bahasa Melayu digunakan sebagai bahan ajar di universitas Islam seperti International Islamic University Malaysia (IIUM).

Media lokal juga melaporkan bahwa Gus Baha sering diundang untuk berbicara tentang tafsir Al-Qur’an dan penerapannya dalam konteks modern.

Di balik popularitas dan pengakuannya di tingkat global, Gus Baha tetap mempertahankan gaya hidup yang sederhana. Dalam berbagai kesempatan, ia sering menolak fasilitas mewah dan memilih hidup sesuai dengan prinsip kesederhanaan yang diajarkan Islam. Sikap ini memperkuat pesan dakwahnya bahwa Islam mengutamakan substansi daripada simbol.

Pengaruh Gus Baha yang melampaui batas geografis membuktikan bahwa Islam yang moderat dan berbasis ilmu dapat menjadi jembatan untuk menciptakan perdamaian global.

Dengan pendekatan yang inklusif dan pemikiran yang mendalam, Gus Baha tidak hanya menjadi figur ulama yang dihormati tetapi juga inspirasi bagi generasi muda untuk memahami agama secara bijak dan relevan. (Red)

*) Penulis: Asrof Farouq Ahmad Farizzi, aktivis mahasiswa pada Program Studi Ilmu Politik, FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo