
SUARAMUDA, SEMARANG — Apakah kalian pernah melihat orang yang mengalami gangguan mental disekitar tempat tinggal kalian?
Yups, kebanyakan orang berpandangan negatif terhadap Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ).
Tapi tahukah kamu bahwa saat ini banyak anak muda yang mengalami gangguan mental?
Menurut Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia 2022, sekitar 34,9% remaja menderita masalah mental.
Dari jumlah tersebut, 2,45 juta individu menderita gangguan mental. Ironisnya, hanya 2,6% dari mereka yang mencari akses ke layanan konseling, baik emosional maupun perilaku.
Penyebab Gangguan Jiwa
Salah satu faktor yang menyebabkan orang terkena ganguan mental adalah penyakit hati dan pikiran, serta perilaku orang disekitarnya.
Apa sih yang dirasakan orang gangguan mental? Berdasarkan pengalaman gue, generasi Z yang sukanya serba instan berpotensi lebih tinggi untuk mengalami gangguan mental.
Meningkatnya kasus “Cyber Bullying” yang disebabkan oleh penggunaan media sosial secara berlebihan, menjadi salah satu alasan seseorang mudah terkena gangguan mental.
Hal pertama yang akan dialami oleh orang gangguan mental adalah insomnia atau gejala susah tidur, dulu gejala awal yang gue alami adalah susah tidur sampe gue nggak tidur semalaman.
Kebiasaan Gen-Z yang suka begadang, menyebabkan kesulitan mengenali gejala awal insomnia.
Ada kondisi yang harus kalian waspadai salah satunya sulit memulai tidur, kesulitan tetap tidur, dan bangun lebih awal dan tidak bisa tidur kembali.
Nah, jika merasakan hal tersebut segera konsultasikan dengan dokter spesialis jiwa.
Gejala susah tidur biasanya terjadi karena ada trauma di masa lalu—peristiwa yang tidak bisa kita maafkan atau ada sesuatu yang belum bisa kita terima membuat perasaan kita menjadi gelisah, takut, insecure, cemas, dan lain sebagainya.
Seorang psikolog Analisa Widyaningrum mengatakan, memaafkan bukan berarti kita itu bisa melupakan apa yang telah terjadi dan memilih untuk bisa menerima apa adanya yang pernah terjadi dari pada terpaku dengan apa yang seharusnya terjadi.
“Memaafkan adalah sikap kita memilih dari pada kita berpikir seharusnya bagaimana lebih baik kita menerima itu sebagai sesuatu yang harus terjadi apa adanya, memaafkan dan menerima mendekatkan kita pada apa yang ingin dicapai”
“if you can make it easy why make it difficult”
Memaafkan itu adalah sesuatu hal yang mudah tetapi yang sulit adalah melupakan apa yang telah terjadi, bisa jadi hal yang mempersulit hidup kita adalah diri kita sendiri.
Orang bijak berkata “you can choose” dimana hidup adalah sebuah pilihan. Maka keberanian untuk memilih adalah kunci untuk menulis takdir kita sendiri.
Menyembuhkan gangguan mental membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, melibatkan berbagai kegiatan yang dapat mendukung kesehatan mental dan emosional seseorang.
Proses Pemulihan
Dibawah ini adalah beberapa kegiatan yang gue lakukan selama proses pemulihan:
1. Aktivitas fisik, dengan melakukan olahraga teratur. Hormon kortisol yang dihasilkan dari aktivitas fisik mampu mengurangi stres seseorang.
Latihan pernafasan dan relaksasi, teknik ini bermanfaat untuk meredakan stres dan menenangkan pikiran.
2. Latihan meditasi dan mindfulness. Dengan melakukan meditasi setiap hari diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan ketenangan, sehingga lebih mampu mengelola emosi.
3. Konsultasi dan dukungan medik. Jika kalian mengalami kasus yang cukup berat seperti depresi berat, bipolar, atau skizofrenia.
Segera konsultasikan kondisi kalian ke dokter spesialis jiwa untuk mendapatkan bantuan medis. Self love itu penting untuk menjaga kewarasan. Salam sehat jiwa! (Red)
Penulis: Hilda Putri Ramizah