
Oleh: Dr. Elinda Rizkasari.,S.Pd.,M.Pd
SUARAMUDA, SEMARANG — Pendidikan pada usia sekolah dasar merupakan salah satu pondasi dasar untuk mendidik anak didik dalam membentuk karakter siswa ke depan.
Ibarat seperti tanah liat, pada usia yang memasuki usia dasar seperti tanah liat yang masih empuk dimana untuk membentuk pola bentuk masih begitu mudah atau elastis daripada ketika sudah dewasa.
Ketika usia anak sudah dewasa maka ibarat seperti tanah liat yang sudah keras sehingga membentuk karakternya akan menjadi lebih sulit.
Di Indonesia sendiri masih terdapat banyak masalah pendidikan pada usia dasar, dari masalah yang kecil hingga masalah yang besar.
Salah satu masalah pendidikan di Indonesia antara lain seperti keterbatasan akses pendidikan, luasnya letak geografis di negara Indonesia, kualitas guruguru dan kurikulum yang tidak relevan.
Problem lainnya, seperti kesenjangan pendidikan antar daerah, kurangnya fasilitas pendidikan, masalah finansial siswa, ketidaksetaraan gender, kurangnya keterlibatan orang tua, kemiskinan dan juga masih tingginya putus sekolah.
Problematika tersebut nampaknya sudah menjadi masalah klasik dinegara Indonesia pada pendidikan dasar.
Di negara Asia sendiri, peringkat Indonesia dalam dunia pendidikan masih tergolong rendah.
Menurut penelitian data terbaru dari Worldtop20.org, peringkat pendidikan Indonesia akan berada di urutan ke-67 dari 203 negara pada tahun 2023. Indonesia berada di urutan ke-66 di belakang Albania dan Serbia di urutan ke-68.
Worldtop20.org adalah situs web yang secara teratur mempublikasikan peringkat pendidikan negara-negara, dan World Top 20 Education Poll adalah salah satu programnya.
Belajar dari China
Berdasarkan data penelitian Worldtop20.org, situs webnya melakukan survei rutin yang membahas peringkat 20 sistem pendidikan terbaik di 203 negara dan Worldtop20.org mengumpulkan statistik dari enam organisasi global dengan hasil negara China menduduki peringkat pertama.
China menduduki peringkat pertama dam tertinggi dalam bidang pendidikan di benua Asia.
Hal itu, China sendiri hingga saat ini dikenal dengan sistem pendidikan yang maju, berkembang, terdepan dan inovatif dalam menghadapi tantangan global di depan.
Dengan kemajuan pendidikan China, tampaknya kita harus mempertimbangkan untuk tidak malu meniru program pendidikan China yang dapat digunakan dan tidak bertentangan dengan agama.
Nilai keteladanan
Perlu diingat bahwa China terkenal dengan budaya disiplin, termasuk disiplin waktu, etos kerja, budaya, dan efisiensi.
Kemudian indikator lain yang juga mendukung dalam bidang pendidikan antara lain: disiplin kerja yang kuat (komitmen tinggi, kerja keras, fokus pada hasil, menghargai waktu dan menjunjung tinggi reputasi).
Nilai-nilai lain yang perlu diteladani seperti disiplin dalam kehidupan sosial (rasa hormat, ketaatan, sikap gigih, kerja sama, keamanan dan ketertiban), etos kerja yang diinspirasi Konfusianisme, contoh konkret (sistem 996 dan ketertiban di jalan) dan yang terakhir adalah aspek positif dan tantangannya.
Hal ini dikarenakan bahwa budaya disiplin untuk tidak terlambat datang ke sekolah bahka eudah menjadi budaya paten, mengakar serta membudaya.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan Indonesia, bukan rahasia umum lagi tak jarang bahwa ketika kita mendapat undangan jam 9.00 pagi tetapi mulainya menjadi molor menjadi jam 10.00 pagi. Tentunya hal ini harus menjadi perenungan bagi kita semua.
Orang tua di China mengajarkan anak-anaknya, memiliki mental yang sangat kuat. Hal ini karena sejak kecil mental mereka sudah ditempa sehingga ketika sudah besar mereka sudah terbiasa dengan tekanan kerja yang sangat tinggi.
Luarannya, karakteristik masyarakat China akhirnya terbentuk berbudaya disiplin tinggi, bekerja dengan penuh tekanan dan tanpa kompromi dengan target yang sudah direncanakan. Yuk, mulai dari sekarang!
*) Dr. Elinda Rizkasari., S.Pd., M.Pd., Dosen PGSD Universitas Slamet Riyadi Surakarta