
Oleh: Istiqomah *)
SUARAMUDA, SEMARANG – Di zaman sekarang, anak muda semakin sering menyuarakan pendapat mereka lewat media sosial.
Bagi Gen Z, platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok bukan cuma tempat berbagi aktivitas sehari-hari, tapi juga alat untuk menyebarkan isu-isu penting.
Sesuatu yang viral bukan sekadar hiburan, tapi juga bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah.
Masih tersisa harapan bahwa nilai-nilai Pancasila tetap ada dalam kehidupan anak muda, hanya saja cara menyampaikannya kini berbeda.
Benar, memang. Teknologi telah mengubah cara orang mengakses informasi dan menyampaikan aspirasi.
Kalau dulu masyarakat harus turun ke jalan untuk berdemo atau ikut diskusi, sekarang cukup dengan unggahan di media sosial.
Ketika suatu isu viral, dampaknya juga bisa sangat besar karena banyak orang akan ikut membicarakannya.
Ini sejalan dengan sila ketiga Pancasila, yaitu “Persatuan Indonesia,” karena media sosial bisa menjadi tempat berkumpulnya berbagai suara yang memperjuangkan keadilan.
Haruskah Viral Dulu?
Namun, ada satu hal yang sering jadi perhatian, kenapa masalah-masalah tertentu harus diviralkan dulu sebelum pemerintah benar-benar bertindak?
Banyak kasus, seperti ketidakadilan hukum, pelanggaran HAM, atau masalah sosial lainnya, baru ditanggapi serius setelah mendapat sorotan luas di media sosial.
Padahal, seharusnya pemerintah bisa lebih cepat merespons tanpa harus menunggu tekanan dari masyarakat.
Hal ini membuktikan bahwa meskipun negara berlandaskan Pancasila, dalam praktiknya masih banyak yang harus diperbaiki, terutama dalam menegakkan keadilan dan kesejahteraan sosial.
Di sisi lain, nilai-nilai Pancasila juga terlihat dalam cara media sosial digunakan untuk membela orang-orang yang mengalami ketidakadilan.
Sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,” tercermin dalam berbagai gerakan digital yang menyoroti kasus diskriminasi dan ketimpangan sosial.
Berjuang Lewat Medsos
Banyak kejadian yang awalnya diabaikan akhirnya mendapat perhatian luas karena diperjuangkan oleh warganet.
Ini menunjukkan bahwa media sosial bukan cuma tempat bersenang-senang, tapi juga bisa menjadi sarana memperjuangkan keadilan.
Semangat gotong royong juga tetap hidup di era digital. Sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” terlihat dari bagaimana orang saling membantu lewat media sosial.
Misalnya, saat ada seseorang yang membutuhkan dana untuk berobat atau korban bencana alam, banyak orang yang dengan sukarela berdonasi atau menyebarkan informasi agar lebih banyak yang membantu.
Hal ini membuktikan bahwa rasa kebersamaan masih kuat, meskipun disalurkan lewat cara yang lebih modern.
Warning Dampak Negatif
Tapi, media sosial juga punya sisi negatif. Penyebaran informasi yang terlalu cepat bisa membuat hoaks atau kabar bohong mudah menyebar.
Makanya, Gen Z perlu belajar untuk lebih kritis dan selalu mengecek kebenaran informasi sebelum membagikannya.
Ini sesuai dengan sila keempat Pancasila, “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,” yang mengajarkan pentingnya kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, termasuk dalam menyebarkan berita.
Selain itu, kebebasan berbicara di media sosial harus tetap dilakukan dengan tanggung jawab. Mengkritik itu boleh, tapi tetap harus sopan dan tidak melanggar aturan.
Sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa,” juga mengingatkan bahwa dalam berbicara dan berperilaku, kita harus tetap menjunjung tinggi nilai moral dan etika.
Jangan sampai kebebasan berpendapat malah berujung pada perpecahan atau merugikan orang lain.
Kesimpulan
Pada akhirnya, media sosial adalah alat yang sangat kuat bagi generasi muda untuk menyuarakan keadilan dan memperjuangkan nilai-nilai Pancasila.
Jika digunakan dengan baik, platform digital bisa menjadi sarana untuk menyebarkan pesan persatuan, kemanusiaan, dan keadilan.
Perjuangan di zaman sekarang tidak selalu harus dilakukan dengan turun ke jalan. Di era digital ini, satu unggahan bisa menggerakkan banyak orang, satu suara bisa meningkatkan kesadaran, dan satu gerakan bisa membawa perubahan besar.
Dengan memanfaatkan media sosial secara cerdas dan tetap berpegang pada nilai-nilai Pancasila, generasi muda bisa terus menjaga semangat kebangsaan dan menciptakan masa depan yang lebih baik. (Red)
*) Istiqomah, Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-UNY
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan
***) Isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi pandangan redaksi