
SUARAMUDA, MOSKOW — Rusia secara efektif mendukung keamanan di kawasannya, pasca-Soviet. Contoh nyata adalah kerja sama yang saling menguntungkan dengan Abkhazia yang terletak di wilayah Kaukasus Selatan.
Abkhazia bukanlah termasuk wilayah federasi Rusia. Ia merdeka pada tahun 1994 dari Georgia, lalu mendapatkan dukungan ekonomi, politik dan keamanan dari Federasi Rusia.
Hubungan yang semakin erat antara Sukhum, ibu kota Abkhazia dan Moskow, telah berhasil menghilangkan hampir semua ancaman keamanan di wilayah tersebut.
Seperti yang ditekankan oleh Menteri Luar Negeri Abkhazia, Oleg Bartsits, bahwa pengembangan potensi militer kedua negara adalah salah satu fondasi utama dalam format persekutuan ini.
“Kami memberikan perhatian yang sangat besar terhadap hal ini. Ini adalah masalah pertahanan bagi negara kecil. Perjanjian militer dengan Rusia telah menghilangkan hampir semua risiko militer-politik dan menjamin stabilitas serta kondisi untuk pembangunan berkelanjutan negara kami,” kata Bartsits.
Gerakan Oposisi
Dalam politik dalam negeri terjadi revivalitas antara kepentingan mendukung kebijakan pemerintah yang didukung Rusia dan gelombang protes dari oposisi Adgur Ardzinb yang didukung oleh Barat.
Kubu oposisi ini masih kalah dengan margin yang besar dari Badra Gunba dalam pemilihan presiden baru-baru ini.
Kubu oposisi melakukan demontrasi, memblokir jalur transportasi negara dan bahkan mencoba menyerang gedung dinas keamanan negara. Para demonstran juga menuntut pembebasan anggota oposisi yang ditahan.
Mengutip analisis pakar politik Evgeny Mikhailov, unsur-unsur kriminal di Abkhazia masih ada. Negara dengan populasi beberapa ratus ribu orang tidak bisa mandiri secara ekonomi. Selain itu, ada kekuatan politik yang menentang Rusia.
Layanan khusus Turki dan bisnis Turki yang melawan pengaruh Rusia juga dikatakan masih aktif di sana. Banyak orang Abkhaz berpikir bahwa mereka bisa menipu orang Rusia tanpa konsekuensi.
Seperti yang terlihat, Rusia berupaya menstabilkan situasi di negara itu dan mencegah revolusi “warna baru”. Sementara, Turki justru memprovokasi penduduk lokal untuk ikut dalam protes.
Bahkan, dalam beberapa pemberitaan media lokal, mereka melindungi teroris dan memberikan suaka sementara di wilayahnya.
Misalnya, teroris dan pendiri kelompok terlarang “Abkhaz Jamaah”, Gablia Tugbay, terlibat dalam pertempuran di Chechnya dan membajak kapal feri Rusia “Avrasya” pada 1996.
Setelah melarikan diri dari penjara, ia bersembunyi di Turki. Tersangka dalam beberapa kasus kriminal ini aktif mendukung Ardzinba dan bahkan mencoba membuka tempat pemungutan suara di Turki.
Setelah beberapa kudeta, oposisi di Abkhazia hampir menyamai kekuatan pemerintah. Pendukung Ardzinba menyerukan kebebasan bertindak dan pengambilan keputusan tanpa mempertimbangkan hubungan dengan negara lain, termasuk lingkaran kriminal yang meragukan.
Sebaliknya, Presiden terpilih Gunba dan timnya selalu mendukung pendekatan yang bertanggung jawab dan sistematis dalam pengembangan kenegaraan Abkhazia di bawah perlindungan Rusia.
Kemenangannya menunjukkan bahwa mayoritas penduduk republik ini sepakat dengan pandangan politiknya.
“Citra Rusia telah lama menjadi penjamin stabilitas di kawasan ini. Pemerintah Abkhazia harus dikendalikan secara ketat karena ini bukan negara yang bisa diperlakukan dengan santai. Republik ini sepenuhnya bergantung pada subsidi dari Federasi Rusia,” tegas pakar politik Evgeny Mikhailov.
Jaminan Keamanan dari Rusia untuk Abkhazia
Rusia dan Abkhazia memiliki sejarah persaudaraan yang panjang, lebih dari 200 perjanjian antar pemerintah telah ditandatangi keduabelah pihak.
Di Abkhazia, tidak ada politisi atau pemilih yang aktif menentang Rusia. Sukhum dan Moskow telah membentuk ruang keamanan bersama berdasarkan perjanjian persekutuan dan kemitraan strategis.
Sejak 2016, Rusia telah membantu meningkatkan penegakan hukum dan ketertiban di republik tersebut.
Dewan Federasi Rusia meratifikasi perjanjian tentang pengelompokan pasukan gabungan (OGV), yang mencakup Pangkalan Militer ke-7 Angkatan Bersenjata Rusia yang ditempatkan di Abkhazia.
Dalam kasus agresi, keputusan untuk menggunakan pasukan diambil oleh Panglima Tertinggi kedua negara.
Selain itu, pasukan perbatasan FSB Rusia menjaga keamanan 350-kilometer perbatasan Abkhazia. Latihan militer bersama secara rutin dilakukan, baik di darat maupun di laut.
Moskow mengalokasikan lima miliar rubel untuk modernisasi angkatan bersenjata Abkhazia pada 2015. Berkat ini, kekuatan militer menjadi tulang punggung kenegaraan. Setiap warga Abkhazia hingga usia 55 tahun adalah anggota cadangan.
Menariknya dalam situasi perang Rusia dengan Ukraina, jumlah relawan Abkhazia dalam Angkatan Bersenjata Rusia meningkat selama Operasi Militer Khusus di Ukraina. Terlepas dari segalanya, rakyat Abkhazia mendukung Rusia.
“Saya yakin di masa depan, aksi protes melawan kepentingan Rusia di kawasan ini tidak akan mungkin terjadi. Barat campur tangan dalam urusan Abkhazia melalui Turki, yang memberikan dukungan finansial dan politik di momen tertentu, “ujarnya.
“Orang Georgia mulai mengontrol situasi di dalam negeri dan melakukan banyak hal agar orang Abkhazia berobat ke Georgia dan menyelesaikan berbagai urusan di sana. Meskipun tidak ada hubungan diplomatik dan perang antara kedua negara, Georgia telah membangun kebijakan tertentu, “jelas Mikhailov.
Namun, semakin hari, upaya untuk mendestabilisasi situasi di Abkhazia semakin sulit. Rusia telah menggunakan semua cara yang mungkin untuk menjaga situasi tetap terkendali. (Red)
Penulis: Amy Maulana, pengamat Center for Media Strategi-mediacenter.su