suaramuda

Pengembangan Kawasan MAJT untuk Kemakmuran Umat Memerlukan Dukungan Stakeholders

Foto Masjid Agung Jawa Tengah (sumber: pinterest)

SUARAMUDA, SEMARANG — Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang sebagai salah satu tetenger dan trademark Provinsi Jawa Tengah, sehingga harus bisa memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Usai shalat Idul Adha kemarin, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyatakan dukungannya dalam pengembangan kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

“MAJT ini jadi trademark kebanggaan bagi masyarakat muslim kita. Kita harus punya tetenger yang harus kita uri-uri. MAJT adalah ikon daripada Jawa Tengah,” kata Luthfi.

POV: Salam-salaman Gubernur Jateng Ahmad Luthfi dan Ketua Yayasan MAJT Prof. Dr. Noor Ahmad dengan jamaah shalat Idul Adha di Masjisd Agung Jawa Tengah, Jumat (6/6/2025)

Dia menjelaskan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai pengemban fungsi Yayasan MAJT memiliki kewajiban untuk mengembangkan kawasan MAJT.

Promo

Pengembangan MAJT akan di arahkan pada nilai-nilai budaya Keislaman dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan lain.

“MAJT tidak hanya memakmurkan masyarakat sekitar, tetapi juga untuk memberikan usaha dalam rangka menunjang kemakmuran umat Islam di wilayah kita,” jelasnya.

Luas lahan kawasan MAJT mencapai sekitar 34 hektare. Selain bangunan masjid yang sudah ada, kawasan itu nanti akan dibangun juga pesantren, rumah sakit, pusat bisnis, dan rumah pemotongan hewan (RPH).

Terkait RPH, Pemprov Jateng juga memiliki program prioritas yaitu sembelih halal. Program ini menjadi kesatuan dalam program Pesantren Obah.

“Misalnya ada pasarnya, ada penyembelihannya, kemudian tamu-tamu kenegaraan bisa kita suguhkan dengan tipologi MAJT yang kita punyai. Jadi ikon MAJT ini menjadi trademark Provinsi Jawa Tengah untuk kita jual, tidak hanya wilayah Jawa Tengah tapi juga internasional,” jelas Luthfi.

Pesantren Tanfidz Al-Qur’an di MAJT

Ketua Pengurus Pengelola MAJT, Prof. Dr. Noor Ahmad mengatakan, saat ini di kawasan MAJT sudah ada Pesantren Tanfidz Al-Qur’an. Di mana semua santrinya merupakan bea siswa dari Baznas Jateng.

Pesantren ini juga sudah berkolaborasi dengan perguruan tinggi sehingga selain bisa hafal Al-Qur’an juga dapat belajar pendidikan formal.

“Setelah lulus mereka kami kembalikan ke daerah masing-masing untuk menjadi imam yang kita bekali dengan tafsir, hadits dan pemahaman Islam yang rahmatanlilalamin,” ujar Prof. Noor, sapaan akrabnya.

Terkait pengembangan pusat bisnis, saat ini sudah ada pasar tradisional yang lumayan ramai di sekitar kawasan MAJT. Untuk RPH juga sudah disiapkan dengan nama RPH Kang Jalal (tukang jagal halal).

“Nanti juga akan kami kembangkan terkait agrowisatanya. Kami canangkan MAJT ini menjadi masjid rujukan tidak hanya di Jawa Tengah tapi juga nasional,” ujarnya. (*)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo