
SUARAMUDA, SEMARANG — Tradisi “Open Punden” merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Temanggung, Jawa Tengah, yang rutin digelar setiap tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa.
Bertempat di Umbul Jumprit, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, tradisi ini menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur sekaligus bentuk syukur atas limpahan hasil bumi dan sumber mata air yang melimpah.
“Open Punden” secara harfiah berarti membuka atau merawat punden—tempat sakral yang dipercaya sebagai tempat tinggal roh leluhur atau tokoh adat terdahulu.
Prosesi ini diawali dengan kirab tiga gunungan yang berisi hasil bumi seperti sayur, buah, kopi, tembakau, dan nasi.
Gunungan ini diarak oleh warga sebagai lambang kemakmuran dan doa untuk keberkahan hidup.
Ritual Jamas Pusaka
Ritual penting lainnya adalah pengambilan air suci dari mata air Umbul Jumprit. Air tersebut diambil oleh remaja putri dan tokoh adat menggunakan kendi, lalu digunakan untuk jamasan atau pembersihan benda pusaka.
Prosesi ini ditutup dengan doa bersama dan perebutan gunungan oleh masyarakat, yang diyakini membawa berkah bagi yang mendapatkannya.
Selain nilai spiritual, “Open Punden” juga memiliki makna sosial dan ekologis.
Tradisi ini mempererat persaudaraan antarwarga serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam, terutama mata air Jumprit yang menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitar.
Didukung pemerintah setempat, “Open Punden” juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkenalkan kearifan lokal Temanggung kepada khalayak luas.
Melalui pelestarian tradisi ini, masyarakat tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menyampaikan pesan tentang harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Ritual 1 Suro 2025
Dilansir Antaranews.com, masyarakat di lereng Gunung Sindoro di Kabupaten Temanggung menggelar tradisi “Open Punden” atau merawat leluhur untuk mendukung wisata Umbul Jumprit.
“Selain untuk mendukung sektor pariwisata, tradisi dengan mengambil air dari Umbul Jumprit ini merupakan wujud syukur masyarakat atas ketersediaan air yang melimpah, “kata Bupati Temanggung Agus Setyawan di Temanggung, Jumat.
Warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung berebut gunungan yang terbuat dari hasil bumi berupa cabai, tomat, wortel dan sayur mayur.
Dalam tradisi “Open Punden”, mereka percaya dengan mendapat hasil gunungan ini akan membawa kebaikan dan keberkahan bagi keluarga.
Jadi Daya Tarik Wisata
Bupati Agus mendukung kegiatan tradisi ini karena dapat menjadi daya tarik pariwisata, terutama dalam konsep desa wisata berbasis kearifan lokal, di mana desa wisata memanfaatkan tradisi, adat dan budaya sebagai daya tarik utama.
“Kita sudah bekerja sama dengan pemdes dan pemerintah kecamatan dan penggiat wisata di Temanggung utara khususnya di Ngadirejo kita akan mengembangkan bersama wisata ini sehingga nanti salah satu destinasi yang menarik, dimana ketika ini destinasi yang menarik maka akan berpengaruh positif terhadap desa-desa sekitar di kawasan Jumprit,” katanya.
Kepala Desa Tegalrejo Wigati menyampaikan selain kirab gunungan dalam tradisi juga mengambil air di Umbul Jumprit menggunakan kendi.
Menurut dia, air adalah sumber kehidupan yang harus dilestarikan karena meski di musim kemarau berkepanjangan masyarakat Desa Tegalrejo dan sekitarnya tidak kekurangan air.
“Sumber air dari Umbul Jumprit ini tidak hanya dimanfaatkan warga sekitar Tegalrejo saja, tetapi desa-desa di sekitarnya juga memanfaatkan air dan semoga harapannya air dari Umbul Jumprit ini tetap lestari selama-lamanya,” katanya. (Red)
Referensi: Antaranews.com