suaramuda

Investasi Akhirat Terbaik: Menggapai Cinta Allah Melalui Sedekah dan Memaafkan

Siti Syara Ifa, adalah mahasiswa Ilmu Al- Quran dan Tafsir, UIN Sultanah Nahrasiyah Lhouksemawe

Oleh: Siti Syara Ifa *)

SUARAMUDA.NET, SEMARANG — Dalam perjalanan kehidupan ini, kita seringkali terjebak dalam hiruk-pikuk duniawi yang menggoda—seolah menuntut kita untuk mengejar kesuksesan materi tanpa henti.

Namun, di tengah kesibukan itu, ada nada lembut yang mengingatkan kita akan makna sejati dari kehidupan, dan itu merupakan sebuah panggilan untuk berinvestasi di akhirat. Di sinilah dua permata berkilau yaitu sedekah dan memaafkan.

Keduanya bukan hanya sekedar tindakan, melainkan dua kekuatan yang mampu menyentuh jiwa dan mendekatkan kita kepada Allah SWT, dan hal ini juga memiliki efek positif yang saling mendukung.

suaramuda

Dalam Al-Quran Surah Ali Imran Ayat 134 Allah telah berfirman: “(yaitu) orang-orang yang menginfakkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134).

Sedekah sebagai bentuk pengeluaran harta untuk kepentingan sesama, mencerminkan rasa kepedulian kita terhadap lingkungan, sementara memaafkan adalah seni melepaskan beban emosional yang bisa menghalangi kebahagiaan kita.

Melalui dua amal ini kita tidak hanya berusaha mengumpulkan pahala, tetapi juga membangun karakter yang mulia. Dalam setiap langkah kecil yang kita ambil, kita mendekatkan diri kepada Allah, merasakan cinta-Nya yang tiada tara.

Dalam hal ini perintah bersedekah memiliki dua tujuan. Pertama, sesungguhnya sedekah bisa membantu orang yang sedang dalam keadaan butuh dan menolongnya mendapatkan kecukupan.

Sedangkan riba tidak lain hanyalah suatu bentuk pengeksploitasian atau pemanafaatan orang kaya terhadap kondisi butuh orang miskin. OIeh karena itu, Allah SWT berfirman, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (al-Baqarah: 276).

Kedua, sesungguhnya bersedekah dalam segala keadaan, baik sedang dalam keadaan lapang maupun sempit atau yang lainnya merupakan sebuah bukti kuat akan ketakwaan seseorang.

Begitu juga, bentuk sedekah seperti ini secara pelan dan tidak terasa bisa lebih menutupi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya terus ada.

Sehingga bentuk sedekah seperti ini tidak memberatkan orang yang bersedekah, dalam waktu yang sama juga tetap bisa membantu menutupi kebutuhan orang yang sedang dalam keadaan sempit.

Ada sebuah kata bijak berbunyi, “Berilah sedikit, karena kebutuhan (orang yang tidak mampu memenuhinya) lebih sedikit dari itu”.

Sementara mereka yang memaafkan orang lain padahal mereka mampu untuk membalasnya.

Ini adalah salah satu bentuk kemampuan menahan diri yang membuktikan akan luasnya akal, cerdasnya pikiran, kuatnya tekad dan kepribadian.

Bentuk kemampuan menahan diri ini lebih tinggi kedudukannya di banding kemampuan menahan amarah.

Karena seseorang yang mampu menahan amarah dan emosi kemungkinan di dalam hatinya dan masih menyimpan rasa benci dan marah. Ini seperti firman Allah SWT, “apabila mereka marah mereka memberi maaf” (asy-Syura: 37).

Al-Hakim dan Thabrani meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang ingin istananya ditinggikan dan derajatnya ditinggikan, maka hendaklah ia memaafkan orang yang menzhaliminya, memberi kepada orang yang tidak mau memberinya dan menyambung hubungan dengan orang yang memutuskannya”.

Kemudian firman-Nya: “serta memaafkan (kesalahan) orang.” Artinya, disamping menahan amarah, mereka juga memberikan maaf kepada orang-orang yang telah mendzalimi mereka, sehingga tidak ada sedikit pun niat dalam diri mereka untuk balas dendam kepada seseorang.

Sedekah dan memaafkan ini adalah dua praktik yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pandangan saya, bahwa sedekah adalah bentuk yang sangat nyata dari kepedulian dan empati kita terhadap lingkungan sekitar.

Ketika seseorang bersedekah, di sinilah bentuk kepedulian terhadap sesama terutama mereka yang benar-benar dalam kesulitan.

Tindakan seperti ini tidak hanya membantu mereka tetapi juga sebagai bentuk syukur atas apa yang kita miliki.

Memaafkan merupakan langkah penting dalam proses penyembuhan emosional. Banyak orang yang masih terjebak dalam dendam yang dapat mengganggu kebahagiaan dan kesehatan mental.

Memaafkan bukan berarti melupakan kesalahan orang lain tetapi lebih kepada melepaskan beban emosional yang bisa membelenggu hati kita.

Menggapai cinta Allah melalui sedekah dan memaafkan adalah investasi akhirat yang sangat berharga. Keduanya tidak hanya memberikan manfaat bagi diri kita sendiri, tetapi juga masyarakat.

Dalam dunia yang sering kali penuh dengan egiosme dan persaingan, sedekah dan memaafkan menawarkan jalan menuju kedamaian dan kebahagiaan sejati.

Dengan berkomitmen untuk bersedekah dan memaafkan, kita tidak hanya berusaha mendapatkan cinta Allah, tetapi juga membangun karakter dan hubungan yang lebih baik dengan sesama.

Inilah investasi yang akan memberikan hasil yang abadi, baik di dunia maupun di akhirat.

Mari kita jadikan sedekah dan memaafkan sebagai bagian dari kehidupan kita sehari hari, agar kita dapat meraih cinta Allah dan kebahagiaan yang hakiki. (Red)

*) Penulis: Siti Syara Ifa, adalah mahasiswa Ilmu Al- Quran dan Tafsir, UIN Sultanah Nahrasiyah Lhouksemawe

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo