
“Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur”
SUARAMUDA, SEMARANG — Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) XXX yang menjadi bagian dari rangkaian Grebeg Suro 2025 resmi berakhir dengan sukses dan meriah pada Rabu (25/6/2025).
Pertunjukan ini mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari turis asing.
Dilansir detik.com, dua wisatawan asal Prancis, Patrick dan Agnes mengaku terpukau oleh pertunjukan seni tradisional khas Ponorogo yang menjadi rangkaian dari Grebeg Suro Ponorogo 2025 ini.
“Reog ini sangat luar biasa, sangat indah dan saya menyukainya,” kata Patrick didampingi Agnes.
Tak hanya dari Prancis, sejumlah wisatawan lain dari Tiongkok, Jepang, negara-negara Eropa hingga Amerika juga turut menyaksikan gelaran budaya yang berlangsung sejak Minggu (22/6/2025) itu.
Kehadiran mereka menambah semarak festival dan membuktikan daya tarik pariwisata budaya Ponorogo di mata dunia.
Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan
Lantas, apa sih sebenarnya kesenian Reog Ponorogo? Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur.
Kesenian ini dikenal dengan pertunjukan yang megah dan mistis, menampilkan tokoh-tokoh seperti Singo Barong, Jathil, Warok, dan Bujang Ganong.
Ciri khas Reog terletak pada topeng besar berbentuk kepala singa dengan hiasan bulu merak, yang bisa mencapai berat 30–50 kg dan dipikul hanya dengan kekuatan gigi sang penari.
Sejarah Reog Ponorogo berakar dari kisah perlawanan Ki Ageng Kutu terhadap Raja Majapahit yang dianggap korup dan menyimpang.
Melalui pertunjukan Reog, kritik politik disampaikan secara simbolik, menjadikan Reog bukan hanya kesenian tetapi juga bentuk ekspresi sosial dan politik pada masanya.
Pada tahun 2024, Reog Ponorogo resmi diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda milik Indonesia.
Pengakuan ini menjadi tonggak penting untuk memperkuat identitas budaya nasional di tengah arus globalisasi.
Tantangan Terbesar
Namun, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana generasi muda ikut melestarikan Reog.
Dalam era digital dan budaya populer yang serba instan, penting bagi anak muda untuk mengenal, mencintai, dan mengembangkan Reog secara kreatif tanpa meninggalkan nilai-nilai aslinya.
Pelestarian bisa dilakukan melalui festival budaya, pertunjukan virtual, pelatihan seni, hingga kolaborasi dengan media sosial.
Dengan keterlibatan generasi muda, Reog Ponorogo tak hanya lestari, tapi juga relevan dan terus berkembang sebagai simbol kekayaan budaya Indonesia. (Red)