promo

Ubah Limbah Kulit Naga Menjadi Nata de Dragon: Inovasi Pangan Fermentasi UPN “Veteran” Jawa Timur di Desa Karangkuten

POV FOTO : Sesi praktek pembuatan akun wa bussines, bergabung dengan grup facebook dan pembuatan caption dengan AI yang dipandu oleh mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur

SUARAMUDA, MOJOKERTO – Siapa sangka limbah kulit buah naga yang selama ini hanya dianggap sampah ternyata menyimpan potensi luar biasa?

Inovasi pangan yang ramah lingkungan dan berbasis potensi lokal kini hadir dari Desa Karangkuten, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto.

Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat, sekelompok mahasiswa dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) berhasil menciptakan produk unik bernama Nata de Dragon, olahan berbahan dasar limbah kulit buah naga yang biasanya terbuang sia-sia.

Dari Limbah Menjadi Produk Fungsional Bernilai Gizi Tinggi

Promo

Kulit buah naga selama ini hanya dianggap limbah organik tanpa nilai, bahkan seringkali mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.

Namun, siapa sangka bagian luar dari buah eksotis ini justru menyimpan potensi luar biasa. Kulit buah naga mengandung pigmen betalain, serat pangan, serta antioksidan yang berperan penting bagi kesehatan.

Melalui proses fermentasi menggunakan bakteri Acetobacter xylinum, kulit buah naga diolah menjadi nata — produk pangan bertekstur kenyal, menyerupai nata de coco.

Proses fermentasi ini mengubah sari kulit naga menjadi selulosa mikrobial, yaitu serat pangan yang bermanfaat untuk sistem pencernaan.

Produk akhir yang dihasilkan diberi nama Nata de Dragon, memadukan karakteristik lokal dengan sentuhan ilmiah.

“Kami ingin mengubah cara pandang masyarakat terhadap limbah. Limbah bisa bernilai jika dikelola dengan ilmu dan inovasi,” ujar Nashrul Amin, salah satu mahasiswa penggagas program.

Inisiatif Kampus: Ilmu Pengetahuan untuk Pemberdayaan Masyarakat

Program ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur yang tergabung dalam skema pengabdian kepada masyarakat.

Setelah melakukan survei potensi desa, mereka menemukan bahwa kulit buah naga menjadi limbah pascapanen yang melimpah dan belum termanfaatkan dengan optimal.

Mahasiswa kemudian melakukan penelitian awal di kampus, menyusun formulasi fermentasi, lalu membawa ilmunya ke masyarakat.

Mereka mengadakan pelatihan teknis pembuatan nata, mulai dari tahap ekstraksi sari kulit naga, sterilisasi, inokulasi bakteri, hingga proses pemanenan dan pengemasan.

Tim pengabdian masyarakat UPN yang melakukan pelatihan ini terdiri dari Raka Selaksa Charisma M., S.T., M.T, Alifatul Zahidah Rohmah, S.T., M.T., Andyas Mukti Pradanarka, S.T., M.T., dan dua mahasiswa, yaitu Nashrul Amin dan Septya Virganita Ayu Ningtyas

Pelatihan ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat: ibu-ibu rumah tangga, dan juga perangkat desa. Pendekatan yang digunakan bersifat partisipatif , warga tidak hanya menjadi penerima, tetapi juga pelaku dan pengembang inovasi.

“Saya senang bisa ikut pelatihan ini. Ternyata dari kulit buah naga bisa jadi makanan enak, bisa dijual juga,” ungkap Bu Wiwik, peserta pelatihan dari kelompok ibu PKK.

Manfaat Ganda: Lingkungan Bersih, Ekonomi Desa Tumbuh

Hadirnya Nata de Dragon membawa manfaat ganda bagi Desa Karangkuten. Di satu sisi, proyek ini membantu mengurangi volume limbah organik yang sebelumnya tidak terkelola. Di sisi lain, warga kini memiliki sumber pendapatan alternatif dari penjualan produk olahan nata.

Modal yang dibutuhkan relatif kecil, alat produksinya sederhana, dan bahan bakunya tersedia local, membuat produk ini mudah direplikasi dan berkelanjutan.

Ke depan, warga bahkan mulai mengembangkan produk turunan seperti minuman nata dengan sari buah lokal, dan dessert sehat untuk kalangan anak-anak.

Kolaborasi dengan Pemerintah Desa dan Harapan Jangka Panjang

Proyek ini mendapat dukungan positif dari pemerintah desa. Kepala Desa Karangkuten menyampaikan bahwa inisiatif mahasiswa ini sejalan dengan visi desa untuk membangun ekonomi kreatif berbasis potensi lokal.

Selain bantuan logistik, desa juga menyiapkan fasilitas seperti balai desa dan dapur bersama untuk kegiatan produksi dan pelatihan.

Di tingkat kampus, proyek ini menjadi contoh konkrit implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya pada aspek pengabdian kepada masyarakat berbasis ilmu pengetahuan terapan.

“Kami berharap program ini bisa terus dikembangkan oleh warga setelah kami selesai program. Semoga ini menjadi awal dari ekosistem inovasi pangan desa yang mandiri,” ungkap Raka Selaksa Charisma M., ST., MT, dosen UPNVJT

Dari Desa untuk Indonesia: Inovasi yang Mengakar

Dengan semangat “Bela Negara melalui Pengabdian”, mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur menunjukkan bahwa kontribusi nyata tidak harus melalui hal besar, cukup dimulai dari desa, dari limbah sederhana, dan dari niat untuk berbagi ilmu.

Nata de Dragon kini bukan hanya produk pangan. Ia menjadi simbol kolaborasi antara pengetahuan dan masyarakat, antara kampus dan desa, antara generasi muda dan pelestarian lingkungan. Sebuah langkah kecil dari Karangkuten yang memberi inspirasi besar bagi Indonesia.

* *) Artikel ditulis oleh Raka Selaksa Charisma M., ST., MT dan Aisyah Alifatul Zahidah Rohmah, ST., MT

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo