suaramuda

Mengenal Lempah Kuning, Warisan Rasa dari Negeri Serumpun Sebalai

Muslihatul Hasanah, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung

Oleh: Muslihatul Hasanah *)

SUARAMUDA, SEMARANG — Salah satu hidangan yang menjadi ikon gastronomi Provinsi Bangka Belitung adalah lempah kuning— yakni sebuah sajian ikan berkuah yang kaya akan rempah-rempah.

Lempah kuning bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga sebuah simbol dari sejarah dan kearifan lokal masyarakat Bangka Belitung yang patut untuk dilestarikan.

Lempah kuning memiliki cita rasa yang sangat khas, yaitu perpaduan antara rasa asam, pedas, dan segar. Bumbu utamanya adalah kunyit yang memberikan warna kuning cerah pada kuahnya, serta cabai yang memberi sensasi pedas.

suaramuda

Namun, yang membuat lempah kuning berbeda dari masakan ikan berkuah lainnya adalah penggunaan bahan-bahan alami yang membuat hidangan ini sangat segar dan menyehatkan.

Selain ikan segar, lempah kuning juga memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti nanas, belimbing wuluh, dan daun salam, yang memberi rasa asam alami pada kuahnya.

Ikan yang biasa digunakan dalam lempah kuning antara lain tenggiri, kakap, atau kerapu, yang memiliki daging tebal dan gurih.

Kekuatan utama dari lempah kuning terletak pada kesederhanaannya. Tidak seperti masakan yang membutuhkan bahan-bahan rumit dan proses yang panjang, lempah kuning justru mengedepankan rasa alami dari bahan-bahan yang mudah didapat di sekitar lingkungan masyarakat Bangka Belitung.

Hal ini menjadikan lempah kuning tidak hanya sekadar makanan sehari-hari, tetapi juga sebuah warisan kuliner yang sangat erat kaitannya dengan budaya dan cara hidup masyarakat setempat.

Di balik kelezatan rasanya, lempah kuning juga memiliki nilai historis yang tinggi. Hidangan ini telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat pesisir Bangka Belitung sejak ratusan tahun yang lalu.

Awalnya, lempah kuning hanya disajikan di kalangan keluarga atau di acara-acara tertentu. Namun, seiring dengan perkembangan pariwisata di daerah ini, lempah kuning mulai diperkenalkan lebih luas kepada wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Makanan ini mulai dikenal lebih jauh melalui berbagai festival kuliner yang diselenggarakan di Bangka Belitung, yang menarik perhatian banyak orang untuk mencicipinya.

Selain sebagai simbol kuliner, lempah kuning juga mencerminkan hubungan yang sangat erat antara masyarakat Bangka Belitung dengan alam sekitar, khususnya laut.

Sebagian besar bahan bakunya berasal dari laut, seperti ikan segar dan berbagai rempah yang tumbuh subur di daerah tropis. Masyarakat setempat memahami pentingnya menjaga kelestarian alam sebagai bagian dari upaya untuk mempertahankan kualitas hidup mereka.

Oleh karena itu, lempah kuning tidak hanya menggambarkan kekayaan kuliner, tetapi juga filosofi hidup yang mengutamakan keseimbangan antara manusia dan alam.

Kini, lempah kuning tidak hanya dapat ditemukan di rumah-rumah makan tradisional, tetapi juga di restoran-restoran modern yang mengusung konsep kuliner khas daerah.

Bahkan, banyak wisatawan yang datang ke Bangka Belitung tidak hanya untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga untuk merasakan langsung kelezatan lempah kuning.

Dengan adanya promosi yang lebih gencar, lempah kuning semakin dikenal di luar Bangka Belitung dan di seluruh Indonesia. Melalui media sosial, banyak orang mulai berbagi pengalaman mereka mencicipi hidangan ini, yang semakin memperkuat popularitasnya.

Namun, meski lempah kuning semakin dikenal, penting bagi masyarakat Bangka Belitung untuk tetap mempertahankan keaslian hidangan ini.

Inovasi dalam cara penyajian atau modifikasi bahan mungkin diperlukan untuk menarik minat generasi muda atau wisatawan internasional, tetapi harus tetap menjaga cita rasa dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap sendok lempah kuning.

Dengan segala keunikan dan keistimewaannya, lempah kuning pantas untuk dipromosikan sebagai salah satu ikon kuliner Indonesia. Bukan hanya sebagai hidangan yang lezat, tetapi juga sebagai simbol kekayaan budaya dan kearifan lokal.

Dengan menjaga kelestarian lempah kuning, kita tidak hanya merayakan kelezatannya, tetapi juga mengakui pentingnya menjaga warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya. (Red)

*) Muslihatul Hasanah, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi tanggung jawab redaksi

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo