
SUARAMUDA, SEMARANG — Kota Semarang masuk dalam jajaran 3 besar kota paling toleran di Indonesia dalam pengumuman Indeks Kota Toleran (IKT) 2024. Hal itu, karena Kota Semarang berhasil merawat keberagaman.
Dari pengalamannya, Kota Semarang tercatat meraih peringkat ke-7, pada 2022. Lalu, pada 2023 naik peringkat ke-5 yang berlanjut pada 2024, berhasil meraih tiga besar Kota paling toleran.
Dalam pengumuman IKT 2024 digelar oleh SETARA Institute di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kota Semarang meraih skor 6,356.
Diterima Wali Kota
Penghargaan diterima langsung oleh Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng dari Direktur Hubungan Antar Lembaga dan Kerja Sama BPIP Elfrida Herawati Siregar.
“Kota Semarang mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada SETARA Institute. Tahun 2022 kami peringkat 7, tahun 2023 peringkat 5, dan tahun ini naik ke peringkat 3, “ujar Agustina dalam keterangan tertulis, Selasa (27/5/2025) lalu.
Agustina menambahkan, penghargaan ini khususnya dipersembahkan untuk seluruh warga Kota Semarang, khususnya pengurus FKUB yang luar biasa. Apalagi pencapaian ini menjadi bukti konkret dari kekuatan gotong royong semua pihak.
“Kita mendapatkan peringkat ke-3, itu berarti naik dua tingkat dari tahun lalu. Dari peringkat 7 ke-5 kemudian ke-3, “tambahnya.
Agustina juga mengungkap, apa yang dilakukan oleh FKUB dan seluruh elemen masyarakat untuk menjaga Kota Semarang sebagai kota toleran sudah sangat tepat. Ia pun mengajak masyarakat untuk melanjutkan agar Semarang semakin hebat.
“Penghargaan ini adalah tantangan baru bagi kami. Mari kita berlomba untuk menjadikan Semarang kota toleransi terbaik tahun depan,” pungkas Agustina.
Sekilas tentang IKT
Sebagai informasi, Indeks Kota Toleran (IKT) adalah studi pengukuran kinerja kota dalam mengelola keberagaman, toleransi, dan inklusi sosial.
Penilaian dilakukan berdasarkan 8 indikator dalam 4 variabel, mencakup regulasi pemerintah kota, dinamika sosial, tindakan nyata pemerintah, serta demografi sosio-keagamaan.
Kota Semarang memperoleh skor 6,356 dalam IKT 2024. Dan keberhasilan ini merupakan hasil dari sinergi kepemimpinan politik, birokrasi, dan masyarakat sipil dalam memajukan toleransi di tingkat lokal. (Red)