
Oleh: Agisni Fitrya Robby *)
SUARAMUDA, SEMARANG — Transformasi digital selama ini kerap diasosiasikan dengan kota-kota besar yang memiliki infrastruktur memadai dan penetrasi teknologi tinggi.
Namun, perubahan itu perlahan mulai merambah daerah-daerah kepulauan seperti Bangka Belitung.
Hal yang menarik, motor penggeraknya bukan hanya pemerintah atau pelaku industri besar, melainkan generasi muda (Generasi Z) yang mengambil peran aktif dalam mendorong kemajuan UMKM lokal melalui inovasi digital.
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam ekosistem digital. Mereka terbiasa berpikir cepat, multitasking, serta memiliki keterampilan visual dan komunikasi yang kuat.
Di Bangka Belitung, karakteristik ini menjadi aset penting dalam mengakselerasi transformasi UMKM lokal ke dunia digital.
Bukan hanya menjadi konsumen teknologi, Gen Z tampil sebagai katalis perubahan. Mereka terlibat langsung dalam proses rebranding UMKM, dari pengemasan produk yang lebih menarik hingga strategi pemasaran berbasis media sosial.
Produk khas daerah seperti kerupuk kemplang, lada putih, madu pelawan, dan batik cual kini hadir dalam tampilan modern dan profesional.
Narasi yang kuat dan visual yang segar menjadikan produk-produk ini layak bersaing di etalase digital seperti Tokopedia, Shopee, Instagram Shop, dan TikTok Shop.
Angka dan Fakta Digitalisasi UMKM
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2023, lebih dari 300.000 UMKM di Indonesia telah terkoneksi dengan ekosistem digital.
Di balik angka ini, peran generasi muda tidak bisa diabaikan. Di Bangka Belitung, mereka menjadi jembatan antara pelaku usaha tradisional dengan dunia digital yang terus berkembang.
Dampaknya nyata, jangkauan pasar meningkat, pendapatan bertambah, dan daya saing produk lokal pun meningkat. Beberapa UMKM bahkan mulai menembus pasar luar negeri berkat kehadiran di platform ekspor digital.
Pendidikan dan Kolaborasi: Kunci Keberhasilan
Peran Gen Z tidak berhenti pada promosi produk. Banyak di antara mereka yang terlibat dalam proses edukasi UMKM.
Lewat komunitas lokal, inisiatif Kampus Merdeka, dan berbagai pelatihan kewirausahaan, generasi muda turut membimbing pelaku UMKM dalam memahami konsep branding, pengelolaan keuangan digital, strategi penjualan di marketplace, serta pentingnya pelayanan pelanggan di ranah daring.
Mereka menyusun tutorial video, panduan ringkas, hingga template manajemen usaha yang praktis dan mudah dipahami.
Hal ini menunjukkan wujud konkret dari alih pengetahuan lintas generasi dengan pendekatan yang komunikatif, sesuai kebutuhan, dan mudah dipahami dalam konteks lokal.
Tentu tidak semua berjalan mulus. Akses internet yang belum merata di beberapa wilayah Bangka Belitung masih menjadi tantangan.
Tingkat literasi digital yang rendah di kalangan pelaku UMKM juga memperlambat adopsi teknologi.
Namun, Gen Z menunjukkan bahwa pendekatan yang inklusif bisa mengatasi hambatan tersebut. Mereka tidak hanya memperkenalkan teknologi, tetapi juga membumikan cara penggunaannya dalam bahasa yang sederhana dan praktis.
Lewat empati dan kreativitas, mereka mampu menyampaikan informasi dengan cara yang mudah dipahami oleh pelaku usaha lintas generasi.
Menumbuhkan Ekonomi dari Pinggiran
Fenomena ini menyampaikan pesan penting: inovasi tidak harus datang dari pusat kota atau institusi besar.
Dengan kekayaan budaya dan sumber daya alam, daerah seperti Bangka Belitung justru memiliki potensi besar untuk berkembang jika dibekali dengan sentuhan digital dan semangat kolaboratif dari generasi muda.
Keaktifan Gen Z dalam mendukung UMKM tidak hanya berkontribusi pada ketahanan ekonomi lokal, tetapi juga membuka jalan bagi wirausaha-wirausaha muda yang berdaya saing global.
Mereka menjadi agen perubahan yang tidak hanya mendorong pertumbuhan bisnis, tetapi juga memperkuat jalinan sosial antar komunitas di daerah.
Transformasi UMKM melalui peran aktif Gen Z di Bangka Belitung adalah contoh konkret dari pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Ketika teknologi dimanfaatkan untuk memberdayakan, dan ketika generasi muda bergerak bersama komunitas lokal, maka potensi besar daerah akan semakin nyata.
Membangun ekonomi dari akar, dari desa, dari pulau, dari komunitas kecil, merupakan jalan masa depan Indonesia.
Dalam perjalanan ini, Generasi Z membuktikan bahwa mereka bukan sekadar pewaris masa depan, tetapi aktor utama dalam membentuknya. (Red)
*) Agisni Fitrya Robby, Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Bangka Belitung