promo

Dosen IAI An-Nawawi Purworejo Tawarkan Konsep At-Takāmul At-Takayyufi dalam Pendidikan Moderasi Beragama

Purwokerto, SUARAMUDA
Dalam ujian promosi doktor ke-62 Program Pascasarjana UIN Prof KH Saifuddin Zuhri (UIN SAIZU) Purwokerto, Adi Wibowo, dosen Institut Agama Islam (IAI) An-Nawawi Purworejo, mempresentasikan sebuah gagasan inovatif dalam pendidikan moderasi beragama. Ia memperkenalkan konsep At-Takāmul At-Takayyufi sebagai pendekatan strategis dalam menanamkan nilai-nilai moderasi, toleransi, cinta tanah air, serta sikap akomodatif terhadap budaya lokal di lingkungan Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, Purworejo.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa tantangan zaman yang semakin kompleks memerlukan pendekatan pendidikan yang fleksibel dan inklusif. Saya mengambil konsep ini karena penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dan toleransi ke dalam pendidikan moderasi beragama, agar para santri tidak hanya memahami konteks agama saja, tetapi juga menghargai keberagaman sosial yang ada di sekitar mereka,” ungkap Adi Wibowo kepada SUARAMUDA pada Selasa (20/05/2025).

Menurut Adi, At-Takāmul yang berarti integrasi, menekankan pentingnya penyatuan antara nilai-nilai kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, serta keterbukaan terhadap budaya lokal dalam proses pendidikan keagamaan di pesantren. Tujuannya adalah membentuk karakter santri yang tidak hanya taat beragama, tetapi juga mampu hidup berdampingan secara harmonis dalam masyarakat yang plural.

Sementara itu, At-Takayyufi atau adaptasi menegaskan pentingnya fleksibilitas pesantren dalam merespons dinamika sosial dan perubahan zaman, khususnya dalam konteks globalisasi, perkembangan teknologi, pluralitas agama, dan munculnya ancaman radikalisme.

Promo

“Dalam konteks ini, pendekatan At-Takāmul At-Takayyufi mengajarkan nilai-nilai relevan yang sesuai dengan tantangan kontemporer. Pesantren harus mampu menyesuaikan pendidikan moderasi beragama dengan kondisi sosial terkini agar dapat memberikan jawaban atas persoalan yang dihadapi oleh generasi muda,” imbuhnya.

Adi Wibowo menegaskan bahwa pendekatan ini sangat relevan untuk membentuk generasi yang memiliki akhlak mulia, mampu beradaptasi dengan perubahan, dan menjadi agen perdamaian dalam masyarakat majemuk.

“Saya rasa manfaatnya sangat besar untuk pendidikan ke depan, karena dengan konsep At-Takāmul At-Takayyufi kita tidak hanya membentuk generasi yang berakhlak, tetapi juga mampu menghadapi dinamika sosial, mengadaptasi perubahan, dan menjadi agen perdamaian dalam masyarakat yang plural,” tambahnya.

Lebih jauh, pendekatan ini juga diyakini dapat menjadi pijakan dalam pengembangan kurikulum pendidikan Islam yang tidak hanya fokus pada aspek spiritual, tetapi juga penguatan nilai-nilai kebangsaan dan perdamaian. Dengan model pendidikan seperti ini, diharapkan pesantren mampu menjadi pusat pendidikan yang inklusif dan berdaya tanggap terhadap isu-isu sosial kontemporer.

“Pendidikan moderasi beragama yang mengusung konsep At-Takāmul At-Takayyufi menjadi jembatan penting dalam membentuk generasi masa depan yang tidak hanya beriman dan bertakwa, tetapi juga berwawasan kebangsaan dan siap menjadi agen perdamaian di tengah masyarakat yang beragam,” pungkas Adi.

Gagasan ini diharapkan menjadi kontribusi nyata dalam penguatan moderasi beragama di Indonesia, khususnya melalui institusi pesantren sebagai benteng moral, spiritual, dan kebangsaan.

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo