suaramuda

Dari Kompor ke Konten: Cerita Sukses Kuliner Bangka di Era Digital

Fibri Nailil Muna, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung

Oleh: Fibri Nailil Muna *)

SUARAMUDA, SEMARANG — Dari mie koba yang gurih, otak-otak yang legit, hingga lempah kuning yang kaya rempah, makanan-makanan ini tidak hanya menjadi bagian dari identitas budaya, tetapi juga peluang besar dalam dunia bisnis di Pulau Bangka.

Cita rasa yang autentik, bahan baku lokal, serta resep turun-temurun memberikan nilai jual tersendiri yang tidak dimiliki daerah lain.

Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, cara masyarakat Bangka menjalankan usaha kuliner juga mengalami transformasi. Jika dahulu pemasaran bergantung pada mulut ke mulut, kini pelaku usaha mulai beralih ke ranah digital.

suaramuda

Era digital telah mengubah wajah bisnis kuliner lokal, menciptakan peluang baru bagi UMKM untuk berkembang, sekaligus menuntut kemampuan manajerial yang adaptif dan inovatif. Era digital telah membawa peluang besar bagi pelaku usaha.

Media sosial, aplikasi pesan-antar makanan, hingga sistem pembayaran digital menjadi alat penting dalam membangun dan mengembangkan usaha. Di sinilah ilmu manajemen memegang peran penting.

Dalam konteks bisnis kuliner, manajemen tidak hanya sebatas mengatur proses produksi, tetapi juga mencakup pemasaran, keuangan, operasional, hingga pengelolaan sumber daya manusia.

Pelaku usaha yang mampu menggabungkan prinsip-prinsip manajerial dalam bisnisnya akan lebih siap bersaing dan beradaptasi dengan perubahan.

Dalam konteks manajemen pemasaran, transformasi digital telah membuka akses bagi pelaku usaha kuliner lokal untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook digunakan untuk memperkenalkan makanan khas dengan pendekatan visual yang menarik.

Konten seperti proses pembuatan mie koba secara tradisional atau cerita sejarah di balik resep keluarga menjadi daya tarik tersendiri.

Tidak hanya itu, penggunaan layanan pemesanan makanan online seperti GoFood, GrabFood, hingga fitur pesan-antar dari media sosial membantu pelaku UMKM memperluas distribusi tanpa harus memiliki toko fisik.

Strategi pemasaran digital ini menjadi kunci penting dalam membangun brand awareness dan loyalitas pelanggan. Dari sisi manajemen operasional, pelaku usaha mulai menerapkan sistem yang lebih terstruktur.

Beberapa UMKM di Bangka mulai membuat jadwal produksi harian, mengelola stok bahan baku lebih cermat, hingga menciptakan varian menu baru berdasarkan permintaan pasar.

Inovasi juga dilakukan dalam hal pengemasan, yang kini lebih menarik, higienis, ramah lingkungan dan menyesuaikan dengan tren pasar modern.

Selain itu, dengan meningkatnya pesanan daring, pelaku usaha juga perlu mempertimbangkan sistem distribusi yang efisien.

Manajemen keuangan juga menjadi aspek yang mendapat perhatian. Banyak pelaku usaha kecil mulai belajar mencatat arus kas, menghitung margin keuntungan, hingga merancang anggaran bulanan.

Beberapa menggunakan aplikasi kasir digital atau sekadar spreadsheet sederhana untuk membantu pencatatan. Ini adalah langkah penting menuju transparansi dan pengambilan keputusan yang lebih berbasis data.

Dalam hal manajemen sumber daya manusia, sebagian usaha kuliner rumahan melibatkan keluarga atau tenaga kerja lokal.

Pembagian tugas, pembinaan kualitas pelayanan, dan pemberian insentif menjadi bagian dari proses pengelolaan SDM yang mulai diterapkan, meski dalam skala kecil.

Di balik peluang, tentu terdapat tantangan. Salah satunya adalah rendahnya literasi digital di kalangan pelaku UMKM yang lebih tua.

Tidak semua pelaku usaha memiliki keterampilan dalam membuat konten, mengatur toko online, atau memahami algoritma media sosial.

Di sinilah peran pendidikan, termasuk dari program studi Manajemen, sangat dibutuhkan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan yang relevan.

Keterbatasan modal juga menjadi hambatan umum. Tidak semua pelaku usaha mampu membeli alat produksi modern, memperluas distribusi, atau berinvestasi dalam pemasaran digital.

Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan lembaga keuangan sangat penting dalam menciptakan ekosistem bisnis yang mendukung pertumbuhan kuliner lokal Bangka.

Bisnis kuliner lokal di Bangka sedang mengalami fase pertumbuhan yang menjanjikan di tengah era digital.

Dengan pendekatan manajerial yang adaptif dari pemasaran digital, pengelolaan operasional, hingga keuangan dan SDM, pelaku usaha kuliner memiliki peluang besar untuk naik kelas dan menembus pasar nasional bahkan global.

Namun demikian, keberhasilan tersebut hanya dapat dicapai jika dibarengi dengan upaya peningkatan kapasitas, edukasi berkelanjutan, serta sinergi antara pelaku usaha, akademisi, dan pemerintah.

Mahasiswa dan lulusan Manajemen memiliki peran strategis dalam mendorong transformasi ini melalui riset, pengabdian masyarakat, dan inovasi model bisnis.

Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, kuliner Bangka bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang strategi dan keberlanjutan bisnis di era digital. (Red)

*) Fibri Nailil Muna, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi tanggung jawab redaksi

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo