Apakah Manajemen Pendidikan di Papua Sudah Berjalan Secara Efektif dan Efisien?
Redaksi
09/05/2025 13:58
.
4 min read
Oleh: Desiana Akim *)
SUARAMUDA, SEMARANG — Manajemen pendidikan merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan sumberdaya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan juga dapat dipahami sebagai suatu struktur organisasi yang teratur dan berada dalam dunia pendidikan.
Menurut Alzet Rama, dkk., (2022) manajemen pendidikan dimaknai sebagai kegiatan yang menyangkut penetapan norma, standar, prosedur, pengangkatan, pembinaan, pengurusan tunjangan dan pemberhentian tenaga kependidikan.
Dari semua pemahanan di atas, nampak tak relevan jika dikaitkan dengan lanscape pendidikan di Papua. Sebab, kondisi pendidikan di Bumi Cenderawasih masih sangat memprihatinkan.
Dengan kata lain, rendahanya kualitas pendidikan di Papua menyebabkan mutu generasi bangsa kurang berkualitas (Patandung , 2022).
Kondisi Geografi Papua
Ditinjau dari sisi geografis, Papua memiliki kondisi wilayah yang unik dan juga ekstrim, dan tentunya sangat berpengaruh besar terhadap manajemen pendidikan di wilayah Papua.
Papua merupakan provinsi terbesar di Indonesia dengan luas lebih dari 300.000 km2. Tropografi wilayahnya didominasi oleh pegunungan yang tinggi, hutan lebat, lembah curam, dan rawa-rawa di daratan rendah.
Ditinjau dari aspek transportasi dan aksesbilitas, banyak daerah di Papua yang tidak memiliki akses jalan datar. Sehingga, transportasi utama ialah pesawat perintis, perahu, atau bahkan jalan kaki.
Infrasturktur jalan raya juga sangat terbatas, terutama di daerah pedalaman dan pegungungan Papua.
Sementara dianalisa dari populasi, masyarakat Papua tersebar di wilayah dengan kepadatan terendah sekitar (10 jiwa/km2).
Di sana, masih banyak masyarakat yang hidup dalam komunitas-komunitas terpencil, dengan pola hidup tradisional yang sulit dijangkau oleh program pendidikan yang lebih modern.
Dari sisi ikim dan cuaca, Papua adalah wilayah dengan iklim tropis lembab dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Faktor inj pula yang bisa menghambat aktivitas pendidikan.
Sementara di beberapa daerah terdapat suhu dingin ekstrim yang berdampak pada kesehatan dan kehadiaran baik para siswa maupun guru.
Dalam faktanya, proses pendidikan di sana juga sarat diwarnai problematika yang serius. Para siswa, misalnya, masih sangat kesulitan mendapatkan distribusi buku, alat tulis dan fasilitas pendidikan ke daerah terpencil.
BACA JUGA:
Selain itu kurangnya jumlah tenaga pengajar karena ketidakadaannya guru di tempatkan (di wilayah pedalaman) juga menambah deret panjang persoalan pendidikan di Papua.
Lalu, tingginya angak putus sekolah akibat keterbatasan akses dan kebutuhan ekonomi keluarga, mau tak mau mengharuskan anak-anak dituntut bekerja membantu orang tua.
Keadaan Papua seperti penulis gambarkan di atas, tentu menjadi tantang terbesar pemerintah dalam memastikan pendidikan yang merata dan berkualitas di Tanah Papua.
Sekolah inovatif seperti sekolah terapung dan penggunaaan tekenologi digital seharusnya bisa menjadi solusi alternatif untuk menjawab problematik pendidikan di Papua.
Lantas, apakah pendidikan di Papua sudah efisien?
Wilayah Papua Pengunungan memiliki tantangan tersendiri dalam hal pembangunan pendidikan di sana.
Medan, geografis yang sulit dijangku, keterbatasan insfrastuktur, serta kesenjangan sosia-ekonomi menjadi hambatan besar bagi efektivitas dan efisiensi sistem pendidikan di Papua.
Namun, dengan pendekatan yang tepat dan kolaboratif, berbagai upaya semestinya dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan di Papua Pegunungan.
Ada beberapa solusi yang mungkin bisa diterapkan agar pendidikan di Papua Pegunungan dapat terlaksana dengan baik.
Pertama, penempatan dan pelatihan guru lokal. Adanya kekurangan guru berkualitas secara jelas, menjadi masalah utama di wilayah ini.
BACA JUGA:
Pemeritntah perlu mendorong rekrutmen dan pelatihan intesif untuk putra-putri asli Papua Pengunungan untuk bisa menjadi guru tetap di wilayah mereka sendiri.
Pendekatan ini lebih bekelanjutan dibanding mengirim guru dari luar daerah yang sering tidak bertahan lama karena tekenan medan dan budaya yang berbeda dengan budaya asalnya.
Kedua, pemanfaatan teknologi. Dalam ha ini, akses internet dan listirik yang terbatas di Papua Pengunungan juga mentuntun pendekatan teknologi yang sesuai.
Penggunaan radio pendidikan modul cekat, video pembelajaran berbasis solar panel, atau alat bantu belajar digital sederhana justru bisa menjadi solusi efektif dalam menjangkau daerah-dareah terisolasi.
Ketiga, pemberian insentif dan dukugan logistik. Untuk meningkatkan efisiensi keja para guru dan tenaga pendidik, penting pula bagi mereka diberikan insentif khusus, tunjangan medan serta dukungan logistik seprti tempat tinggal dan mengajar dalam jangka waktu yang panjang.
Hal ini bisa diperkuat dengan penelitian Hernianti Randa Alik (2024) tentang rendahanya penddikan di pelosok Papua (khususnya di Intan Jaya) yang menjadi daerah penelitannya.
Kesimpulan
Rendahanya tingkat pendidikan di Papua disebabkan oleh banyakanya faktor yang sangat beragam dan sangat berkaitan dengan masalah utama seperti geografis, kekurangan guru dan tenaga pendidik, belum adanya pemanfaatan teknologi ataupun belum adanya teknologi yang memadai.
Dari deret panjang problem di atas, diakui atau tidak tentu sangat menyebabkan kualitas pendidikan di Papua tidak berjalan dengan efisien.
Harapan penulis, dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat maju setidaknya bisa membantu para guru untuk tetap mengajar. Tentunya, dengan bantuan pemerintah seperti dengan menyediakan teknologi yang sesuai diterapkan di daerah pelosok Papua. (Red)
*) Desiana Akim, mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan, FKIP, Universitas Cenderawasih
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan dalam artikel bukan menjadi tanggung jawab redaksi
keadaan sosio-ekonomi Papuakondisi geografis Papua Pegununganmanajemen pendidikanpendidikan di PapuaUniversitas Cenderawasih
You might also like
