
SUARAMUDA, SEMARANG – Media sosial membawa pengaruh besar terhadap anak-anak, ia bukan lagi sekedar alat komunikasi, melainkan telah menjadi ruang hidup kedua bagi mereka.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, mereka lebih mudah terhubung dengan platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.
Meskipun media sosial di satu sisi memberi banyak manfaat, tetapi perlu ada pemahaman yang jelas tentang efek terhadap kehidupan ana-anak.
Medial sosial ini kadang dapat membentuk atau membuat cara berpikir, bertindak bahkan cara berbicara.
Namun sinkronnya dengan arus informasi yang melimpah, nilai-nilai etika perlahan mulai geser.
Refleksi maya ini menjadi cerminan bagimana anak-anak untuk mengintegrasikan perilaku yang mareka lihat di dunia virtual kedalam kehidupan nyata.
Media sosial seringkali mempromosikan konten-konten yang tidak selalu sesuai dengan usia dan perkembangan moral pada anak.
Misalnya melontarkan kata-kata kasar, aksi prank yang merugikan orang lain, konten yang menjurus pada pelecehan, ataupun bahkan tindakan represif
Akibatnya, anak-anak menjadi terbiasa menyerap meniru atau bahkan memperaktekan hal- hal yang menyimpang dari norma sosial di masyarakat.
Mareka pun mulai kehilangan batas antara mana yang pantas dan tidak pantas.
Adapun pengaruh lain dari media social terhadap anak-anak seperti etika dalam berkomunikasipun turut mengalami degradasi.
Banyak anak-anak yang saya temukan berkomentar sembarangan di kolom komentar, baik di akun Facebook maupun di TikTok.
Dan mereka tidak menyadari dampak psikologi dari kata-kata yang ditulisnya terhadap orang lain.
Kesadaran mulai hilang, karena interaksi virtual terasa tak nyata. Bahkan dalam kehidupan nyata, yang saya rasakan anak-anak menunjukan kecenderungan kurang sopan.
Sikap itu, baik dalam bertutur kata maupun berkomunikasi dengan yang lebih tua dari usia mareka.
Kadang ada juga yang kurang menghargai satu sama lain, karena mareka sudah terbiasa dengan pola interaksi “kasar” di dunia maya.
Tentu tidak semua konten di platform media sosial bersifat negatif. Ada juga yang bersifat edukasi, motivasi, hingga kereatifitas yang bisa menginspirasi.
Namun anak-anak harus perlu pengawasan dan pembinaan dari orang tua, karena mereka cenderung mengambil bagian yang salah.
Nah, di sinilah pentingnya peran orang tua, guru serta masarakat dalam memberi literasi digital dan pendampingan etika supaya anak-anak lebih paham menggunakan bermedia sosial.
Masarakat perlu kembali mengutamakan bahwa pentingnya etika, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Anak-anak penting untuk dibimbing dan dibina agar bijak dalam bersosial media—yang dalam hal ini bukan hanya sekedar dibatasi
Media sosial seharusnya menjadi cermin untuk mengembangkan potensi, bukan merusak nilai. Refleksi maya ini bukan hanya tentang teknologi, tapi tentang arah moral generasi masa depan. (Red)
Penulis: Gorgonius Darsan, mahasiswa Program Studi Matematika, UNIKA St. Paulus Ruteng