promo

Ramadan Terasa Sebentar, Tiba-tiba Idul Fitri Ajah

Hanafi, alumnus mahasiswa IAIN Madura
promo

SUARAMUDA, SEMARANG – Ramadan merupakan bulan yang begitu istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia tanpa terkecuali.

Keistimewaan bulan Ramadan sudah tertera di dalam Al-Qur’an seperti Al-Baqarah ayat 185.

Dalam ayat tersebut berbunyi, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)”.

Tidak hanya itu, berdasarkan banyak riwayat: hadist dalam Islam keistimewaan lain adalah momen mustajab untuk berdoa, syaitan di belenggu, dan sebagainya.

Di bulan itu masyarakat berlomba-lomba menanam kebaikan seperti memperbanyak sedekah selain menahan lapar dan minum, serta hawa nafsu yang membatalkan puasa.

Promo

Selama kurang lebih 30 hari umat Islam diuji kualitas keimanannya agar saat menyambut Idul Fitri bisa merayakan hari kemenangan dengan penuh khidmat.

Kemenangan yang dimaksud bukan diukur menumpuk harta lalu berlomba-lomba pamer jabatan hingga diakui orang.

Namun konsep kemenangan yang esensial adalah seberapa besar manusia mau bertakwa kepada Tuhannya dan menjadi ‘Rahmatan al Alamin‘.

Jika ditelaah lagi, ini merupakan tantangan terbesar bagi umat Muslim agar Ramadan benar-benar menghasilkan kualitas: tidak sekedar kuantitas.

Sebulan lamanya adalah waktu singkat dan begitu cepat bagaikan pedang yang akan menebas manusia.

Sebab, Ramadan bukan hanya ajang sekedar formalitas melainkan perlu memaksimalkan esensi kebaikan yang bisa dipetik.

Kebaikan walaupun mungkin itu dianggap ringan namun bisa mengkristal dalam jiwa sehingga bisa berkelanjutan.

Sebagai contoh, misalnya ke masjid hanya seminggu sekali saat shalat Jum’at, minimal ke rumah Allah bisa ditingkatkan lagi.

Lalu, contoh lain misalnya bersedekah yang dilakukan hanya sebulan sekali, bisa jadi dua kali yang penting berkelanjutan.

Selanjutnya contoh lain ialah perubahan karakter menuju lebih baik.

Ini diperlukan adanya introspeksi, yakni dengan menurunkan hingga menghilangkan ego merasa paling benar.

Tidak lain adalah sikap berbudi luhur—pekerti yang ingin dicapai sebagai dampak yang nyata dari Ramadan.

Perbuatan-perbuatan kebaikan lainnya yang biasa dilakukan saat Ramadan, bisa dilanjutkan usai bulan penuh keistimewaan itu minggat.

Sebab, namanya umur, bulan Ramadan tahun depan tidak ada yang tahu, apakah kita dapat berjumpa atau tidak; umur tidak milih tua dan muda.

Menjadi refleksi mendalam bagi kita utamanya spiritualitas untuk menyongsong hari- hari selanjutnya.

Sebab, spiritualitas merupakan bagian dimensi utama anak-anak bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Indonesia akan terang benderang jika dimensi spiritualitas anak-anak bangsa ditebalkan.

Dimensi spiritualitas mengatur segala aspek: tidak hanya hubungan vertikal dengan Tuhan tapi juta horizontal sesama manusia.

Negara Indonesia merupakan bangsa yang berkeTuhanan, artinya percaya bahwa Tuhan itu ada dengan keyakinan masing-masing.

Kenapa Indonesia masih banyak yang korupsi? Karena Tuhan saja tidak ditakuti, apalagi manusia.

Adalah PR besar bagi kita terlebih umat Muslim usai Ramadan menjawab segala tantangan dan dinamika terkini di tengah isu global dan nasional.

Begitu singkatnya bulan Ramadan itu telah lewat, tiba-tiba sudah Lebaran Idul Fitri ajah.

Selamat Hari Raya Idul Fitri yah, mohon maaf lahir dan batin. (Red)

Penulis: Hanafi, alumnus mahasiswa IAIN Madura

promo

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like