
SUARAMUDA, SEMARANG — Harjanto Halim adalah sosok di balik suksesnya PT Marimas Putera Kencana, produsen minuman serbuk instan yang sangat dikenal masyarakat Indonesia, terutama dengan produk legendarisnya: Marimas.
Sebagai CEO, Harjanto tidak hanya membawa Marimas menjadi merek minuman serbuk yang ikonik, tapi juga dikenal sebagai inovator kreatif dalam strategi pemasaran yang membekas di ingatan publik.
Lahir dan besar di Semarang, Harjanto mewarisi semangat wirausaha dari keluarganya. Dengan latar belakang teknik, ia bergabung dalam bisnis keluarga pada awal tahun 1990-an.
Marimas sendiri mulai diproduksi pada tahun 1995, dengan cita rasa minuman segar yang disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia, seperti jeruk, mangga, dan melon.
Keberhasilan produk ini tidak lepas dari kepiawaian pemilik nama Tionghoa Liem Tun Hian dalam memasarkan dan membangun kedekatan emosional dengan konsumen.
Dikutip dari Kaltim Post, Harjanto Halim lahir dari seorang ibu bernama So Sioe Dwan, sedangkan ayahnya bernama Harjanto. Selain sebagai bos perusahaan, Harjanto Halim dikenal pula sebagai aktivis sosial.
Sosoknya adalah Ketua Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong, Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis) yang kegiatannya dimaksudkan untuk meningkatkan minat wisatawan ke Semarang, menjadi dosen tamu di Universitas Katolik Soegijapranata, dan juga dewan penyantun Unnes.
Mengawali usaha dari skala industri rumah tangga, kini pabrik Marimas yang dipimpinnya eksis di Kawasan Industri Candi, Semarang.
Sayembara ‘Kaos Marimas 1995‘
Salah satu momen paling berkesan dalam perjalanan Marimas adalah tantangan unik di TikTok berupa sayembara kaos Marimas yang pertama kali dibagikan pada tahun 1995.
Di tengah persaingan ketat dengan produk-produk minuman lain, Harjanto menggagas ide unik, dengan promosi lewat sosial media TikTok.
Ide mencari kaos yang dibagi pada tahun 1995 ini diluncurkan sebagai kampanye nasional dan dengan cepat menarik perhatian anak-anak, remaja hingga orang dewasa.
Alhasil, sayembara bernilai Rp 30 juta tersebut berhasil. Kaos yang dicari ternyata masih disimpan warga Pekalongan, bernama Khoiri.
Kaos tersebut pemberian ayahnya, Damiri (70) yang hingga kini masih menjadi tukang becak.
Titik Balik Strategi Marimas
Keberhasilan sayembara ini menjadi titik balik dalam strategi promosi Marimas. Ia menyadari bahwa membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen jauh lebih penting daripada sekadar beriklan.
Ia kemudian melanjutkan pendekatan ini dengan berbagai kegiatan sosial dan edukatif, menjadikan Marimas sebagai merek yang tidak hanya menjual produk, tetapi juga membangun nilai.
Kini, Harjanto Halim dikenal sebagai pemimpin yang visioner, merakyat, dan selalu terbuka dengan ide-ide baru.
Di bawah kepemimpinannya, Marimas tetap eksis di tengah gempuran produk-produk baru dan tetap relevan di berbagai generasi. (Red)