
SUARAMUDA, SEMARANG — Dilansir detikcom, Sabtu (12/4/2025) Presiden Prabowo Subianto belum lama ini menegaskan rencananya mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia bukan bertujuan relokasi.
Ia menilai rencana itu merupakan upaya memberikan bantuan kemanusiaan bagi korban di Gaza.
“Oh tidak tidak (relokasi), untuk membantu. Ya itu kan tawaran kita untuk ikut serta membantu masalah kemanusiaan yang penderitaan rakyat Palestina yang begitu dahsyat ya, kita ingin berbuat sesuatu,” kata Prabowo saat keterangan pers di Antalya, Turki, dilihat di YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (12/5/2025).
Prabowo belum mengetahui kapan rencana itu akan terlaksana.
Justru dalam lawatannya ini, Prabowo juga sekaligus berkonsultasi dengan para pemimpin negara yang dikunjungi soal rencana evakuasi tersebut.
Prabowo juga mengaku akan bertemu sejumlah pemimpin dari Palestina untuk berdiskusi lebih jauh.
“Ya ini saya sedang konsultasi, nanti saya akan ketemu dengan pimpinan-pimpinan dari Palestina juga gimana cara nanti pelaksanaannya,” ujarnya.
Reaksi Ormas NU
Menyoroti hal itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyetujui jika rencana evakuasi warga Gaza ke Indonesia untuk menjalani perawatan medis.
Namun dikutip dari Kompas (10/4), PBNU menolak keras jika warga Gaza direlokasi dari tanah air mereka.
Ketua Bidang Keagamaan PBNU Ahmad Fahrur Rozi, menegaskan bahwa relokasi warga Gaza seperti yang dicetuskan oleh Amerika Serikat justru merupakan upaya untuk mengusir mereka dari tanahnya sendiri.
“Perlu diperhatikan evakuasi itu bukan relokasi, hanya untuk korban perang yang membutuhkan pertolongan medis saja. Kalau upaya Amerika untuk relokasi warga Gaza, kami menolak keras,” ucap Fahrur seperti dilansir Kompas.com, Kamis (10/4/2025).
“Itu (relokasi merupakan) pengusiran warga dari negara yang sah,” imbuh dia.
Gus Fahrur, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa PBNU menghargai upaya Prabowo untuk memberikan bantuan evakuasi korban Gaza untuk sementara.
Fahrur juga menyarankan agar warga Gaza dievakuasi ke negara-negara terdekat dibandingkan ke Indonesia yang membutuhkan biaya.
“Mungkin sebaiknya tetap dirawat di Gaza dan negara sekitar sana agar mudah kembali beraktivitas ketika sudah pulih,” imbuh dia.
Selain biaya mahal bila dievakuasi ke Indonesia, warga Gaza juga akan kesulitan karena terkendala bahasa dan budaya.
“Terlalu jauh jika harus ke Indonesia dan terdapat kendala bahasa dan budaya, di samping biaya yang mahal,” kata Gus Fahrur. (Red)
Sumber: detikcom dan Kompas.com