promo

Media Sosial dan Pemanfaatannya dalam Pembelajaran

Ilustrasi; Pinterest

Oleh: Wa Nurma Ayunisa *)

SUARAMUDA, SEMARANG – Saat ini, teknologi dan media pembelajaran hampir tidak bisa dipisahkan. Banyak orang mengandalkan teknologi sebagai alat untuk mendukung proses belajar-mengajar, yang juga membantu pendidik meningkatkan kreaktivitas mereka.

Jika dihubungkan dalam proses pembelajaran, maka media sosial merupakan bagian dari media pembelajaran yang sementara menghadapi pembaruan sesuai dengan keadaan zaman. Perkembangan teknologi informasi di tahun 2025 yang disebut sebagai era generasi Beta, telah membawah perubahan besar dalam masyarakat.

Kehadian media sosial semakin memperkuat ketergantungan pada teknologi, baik generasi milienial, generasi z, alpha, maupun beta. Apalagi saat ini, teknologi sudah menjadi kebutuhan dasar bagi hampir semua kalangan. Media sosial digunakan sebagai alat komunikasi, berbagi informasi, dan membangun jaringan, hingga konten.

Promo

Dalam konteks pendidikan, teknologi juga memegang peranan penting. Media seperti proyektor, handphone, komputer, laptop, dan beragam produk hasil teknologi seperti materi pembelajaran inovatif telah membuat proses belajar jadi lebih modern dan efisien.

Selain itu, teknologi membuka peluang untuk membangun proyek atau komunitas yang menginspirasi serta menawarkan inovasi dalam metode pengajaran. Dengan memanfaatkan media sosial, seorang pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif dan menarik serta mendorong kolaborasi antara peserta didik.

Misalnya, penggunaan zoom dan/ google meet (g-meet) dapat meningkatkan keterlibatan partispasi aktif peserta didik. Media sosial juga menyediakan akses ke berbagi sumber daya pendidikan yang lebih luas, membantu peserta didik memahami materi pelajaran dengan lebih mendalam.

Penggunaan media sosial memiliki efek positif terhadap gaya belajar atau pun prestasi peserta didik. Selain itu, media sosial memungkinkan interaksi dengan guru, siswa, dan orang lain, sehingga siswa dapat mencari bantuan tambahan yang mendukung prestasi mereka.

Penggunaan media sosial yang efektif juga dapat memperluas wawasan siswa, mengasah kemampuan analisis, dan meningkatkan informasi penting. Media sosial juga mendukung materi pembelajaran dengan menyediakan konten tambahan seperti, video di YouTube, yang dapat memperjelas dan memperluas pemahaman.

Media Sosil sebagai Pendekatan Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berti tengah, perantara atau pengantar. Media sosial merupakan media yang memungkinkan penggunannya untuk bersosialisasi dan berinteraksi, berbagi informasi dan menjalin kemitraan.

Dalam konteks ini, media sosial dapat di definiskan sebagai suatu bentuk komunikasi elektronik dimana penggunanya berinteraksi sesuai keinginannnya, bebas berbagi atau bertukar, mendiskusikan ide, informasi pribadi, gambar, video, atau audio, maupun platform, onilne yang tersedia saat terhubung ke internet (Jati, 2016).

Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, karena perkembangan teknologi dan inovasi saat ini semakin meningkat dari hari ke hari. Selanjutnya, pembelajaran merupakan istilah dari kata “instruction”.

Istilah pembelajaran lebih menekankan pada upaya terencana peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Dari segi terminologi, teori Knirk & Gustafon menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang oleh pendidik untuk membantu peserta didik mempelajari kompetensi baru melalui proses yang sistemmatis dari tahap desain.

Implementasi sampai tahap evaluasi kegiatan pembelajaran (Isman, dkk., 2005). Definisi ini menyoroti adanya langkah-langkah sistematis yang diambil pendidik ketika menggembangkan desain intruksional (ID), yang tediri dari tiga tahap yaitu, tahap desain, tahap implementasi , dan tahap evaluasi.

Pendapat lain menyatakan bahwa hakikatnya pembelajaran meliputi apa yang dilakukan seorang pendidik untuk mengajar peserta didiknya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengertian pembelajaran ini berkisar dari komponen pendidik, model/metode, strategi, permainan, edukatif, buku, proyek penelitian dan penyampaian berbasis web (Clark & Mayer, R. 2008).

Permendikbud No. 22 tahun 2016 mengatur tentang standar proses pendidikan dasar dan menegah, yang mencakup kriteria pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan. Peraturan ini bertujuan untuk memastikan proses pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan memotivasi peserta didik untuk berpatispasi aktif.

Sadiqman, dkk., (1986: 2) menyebut belajar sebagai proses kompleks yang berlangsung sepanjang hidup, dimulai sejak bayi hingga dewasa. Belajar bisa terbagi di berbagi tempat seperti rumah, kerja, ibadah, atau masyarakat. Proses ini menghasilkan perubahan pengetauhan, keterampilan dan sikap seorang.

Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi diantarnya (1) mempermudah proses belajar bagi peserta didik, (2) membantu guru menyampaikan materi misalnya, melalui WhatsApp dengan file modul, sehingga komunikasi antara guru dan siswa menjadi cepat, (3) meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam belajar.

Untuk Pembelajaran yang Lebih Efektif

Pemanfataan media sosial sebagai media pembelajaran merupakan langkah agar tercapainya pembelajaran yang efektif dan terjadinya pembelajaran yang berkualitas.

Munculnya media sosial bagi generasi milineal, Z, alpha, dan beta di satu sisi, membantu mempermudah mereka dalam memperoleh informasi yang lebih akurat.

Peserta didik zaman sekarang sering memanfaatkan media pembelajaran berbasis onilne seperti Ruangguru, kelas kita, Quipper, Zenius, dan lainnya. Media pembelajaran ini memungkinkan mereka belajar kapan saja dan dimana saja, sehingga potensi mereka dapat berkembang.

Sehingga peran guru sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dalam memadai proses pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas diri siswa (Zazin & Zain).

Dave krepen menyebutkan bahwa media sosial adalah sebuah platform yang berbentuk teks, gambar, video yang berkaitan secara daring atau onilne yang dibagikan oleh masyarakat maupun organisasi – organisasi.

Penggunaan media sosial mendorong siswa untuk berkolaborasi antara siswa dapat bekerja sama, berdiskusi, dan saling memberikan umpan balik.

Kolaborasi ini memungkinkan siswa untuk belajar satu sama yang lain, mengembangkan keterampilan sosial, dan memperluas pemahaman mereka tentang materi pembelajaran (Boyd & Elison 2008).

Selain itu, melalui platform media sosial juga, siswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi, berbagi pendapat, dan menyampaikan pemikiran mereka dengan cara yang lebih terbuka dan inklusif. Hal ini memperkuat keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan membangun rasa kepemilikian terhadap proses belajar (Junko et al., 2011).

Meskipun memiliki manfaat yang siginfikan, penggunaan media sosial dalam proses pembelajaran juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama gangguan yang mungkin terjadi.

Media sosial dapat menjadi sumber gangguan bagi siswa, karena dapat mengalihkan perhatian mereka dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Tantangan seperti ini memerlukan pendekatan yang hati–hati untuk memastikan bahwa pengguna media sosial tidak menganggu fokus dan konsentrasi siswa (Boyd & Elison 2008).

Selain itu, penggunaan media sosial juga menimbulkan potensi resiko privasi dan keamanan. Data pribadi siswa dapat terekspos dan disalahgunakan melalui platform media sosial.

Oleh karena itu, lembaga pendidikan perlu kebijakan yang jelas tentang penggunan media sosial, serta memberikan pemahaman yang baik kepada siswa tentang pentingnya melindungi privasi mereka secara onilne (Krischner & Karpinski, 2010).

Kesenjangan digital juga menjadi tantangan dalam penggunaan dalam pembelajaran. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan konektivitas internet. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan dalam aksebilitas dan partispasi siswa dalam penggunaan media sosial dalam pembelajaran.

Penting bagi lembaga pendidikan untuk mempertimbangkan kesenjangan ini dan menyediakan sumber daya yang diperlukan bagi siswa yang mungkin memiliki akses terbatas (Hew & Cheung, 2014).

Kurangnya pengelolaan yang efektif juga dapat menjadi tantangan dalam penggunaan media sosial dalam pembelajaran. Penting bagi pendidik untuk memiliki pemahaman yang baik tentang pengelolaan dan pengawasan penggunaan media sosial di lingkungan pembelajaran.

Ini termasuk memantau aktivitas siswa, mengatur kebijakan penggunaan yang tepat, dan memberikan pelatihan kepada siswa tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab (Junco et al., 2011).

Untuk solusinya penggunaan media sosial dalam pembelajaran di sekolah pendidik dan lembaga pendidikan memerlukan langkah-langkah berikut:

1. Guru bisa menetapkan aturan tentang kapan dan bagaimana sosial media bisa digunakan selama pembelajaran.

Misalnya guru atau tenaga pendidik meminta siswa untuk membuka file modul di WhatsApp dalam mengerjakan tugasnya. Sehingga fokus siswa tidak teralihkan perhatian dalam pembelajaran.

2. Guru bisa memberi edukasi tentang pentingnya menjaga privasi mereka secara online tentang resiko yang dapat timbul jika informasi seperti alamat rumah, nomor telepon atau pun data pribadi dibagikan secara bebas di media sosial. Dapat terekspos dan disalahgunakan melalui media sosial.

3. Lembaga pendidikan perlu berupaya mengurangi kesenjangan digital dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan bagi siswa yang mungkin memiliki akses terbatas. Ini dapat meliputi komputer atau laptop di ruang lab sehingga memnungkinkan partispasi siswa.

4. Guru perlu merancang startegi pembelajaran yang memanfaatkan media sosial dengan cara yang terencana dan jelas tujuannya. Misalnya diskusi kelompok secara online melalui Zoom atau tugas kelompok melalui platform media sosial lain.

Penggunaan media sosial dalam media pembelajaran membawa banyak manfaat terlebih dalam proses pembelajaran di sekolah dapat menjadi lebih efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Namun pengggunaan media sosial dalam pembelajaran juga memiliki tantangan yang perlu diatasi.

Penting bagi pendidik dan lembaga pendidikan untuk memahami manfaat dan tantangan penggunaan media sosial. Meski demikian, perlu menetapkan aturan pengggunaan, memberikan edukasi kepada siswa tentang menjaga privasi online, dan menyediakan akses teknologi bagi siswa yang kurang mampu serta merancang strategi pembelajaran yang jelas dan terencana.

Dengan demikian, media sosial dapat digunakan secara bijak dan bertanggung jawab untuk mendukung pembelajaran. (Red)

Penulis: Wa Nurma Ayunisa, mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo