promo

Hadiri Konferensi Internasional Sirah 2025 di Pakistan, Santri Indonesia Angkat Isu Dakwah Lewat Media Sosial

SUARAMUDA, ISLAMABAD, PAKISTAN — Kajian Sirah Nabawiyah semakin relevan dalam menjawab tantangan zaman, sebagaimana terlihat dalam International Sirah Conference 2025 yang digelar di International Islamic University Islamabad (IIUI), Rabu) 23/4/2025).

Konferensi ini menghadirkan kurang lebih 250 tokoh dan akademisi terkemuka dari berbagai negara Islam yang membahas metodologi kontemporer dalam memahami sejarah hidup Nabi Muhammad (P.B.U.H).

Dalam sesi yang digelar di Auditorium Allama Iqbal, Faisal Masjid Campus, kajian difokuskan pada pendekatan modern dalam studi Sirah.

Sesi ini dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Maroko, Prof. Dr. Saad Dine El-Othmani, serta diisi oleh para ilmuwan seperti Prof. Dr. Hassan Mahmoud Al-Shafee dari Mesir, Prof. Dr. Ahmed Yousif Al-Draiweesh dari Saudi , dan Prof. Dr. Abdellatif Bouazizi Rektor Universitas Az Zaituna.

Promo

Menyorot Tantangan Masa Kini

Dalam diskusi yang interaktif ini, para pembicara menyoroti tantangan terkini dalam memahami Sirah dan perlunya inovasi akademik untuk menjangkau generasi masa kini.

Dalam sesi lainnya di Islamic Research Institute , diskusi berlanjut dengan menghadirkan akademisi dari berbagai institusi Islam terkemuka seperti Al-Azhar University, Ez-Zitouna University, Madinah Islamic University serta University of Al-Wadi di Syiria.

Dipimpin oleh Prof. Dr. Abdul-Rahman bin Ahmed al-‘Awaji dari Saudi, sesi ini menggali lebih dalam aspek hukum, sejarah, dan filsafat dalam kajian Sirah.

Para pembicara seperti Prof. Dr. Hamid bin Mawwad al-Hajili dari Saudi dan Prof. Dr. Izzudin bin Zughaibah dari Yordania menegaskan perlunya pengembangan kurikulum yang lebih adaptif serta pendekatan penelitian yang lebih sistematis.

Sementara itu, narasamber dari Indonesia, Badat Alauddin mengangkat isu relevansi Siroh Nabawi dalam implementasi dakwah dan pendidikan hari ini.

Berdakwah via Media Sosial

Ia mengangkat ide betapa dulu nabi menggunakan surat sebagai alat berdakwah, dan hari ini bisa di implementasikan dengan menjadikan media sosial qiyas wasilah untuk berdakwah.

Badat juga menyoroti bahwa 145 juta lebih pengguna media sosial Indonesia memiliki peluang untuk berdakwah. Berdasarkan fakta riset salah satu media massa di Indonesia (baca; Republika), 58% generasi muda belajar agama di internet.

Sehingga pengalihan dakwah melalui media sosial yang relevan dengan Siroh Nabawiyah menjadi urgen bagi cendikiawan Islam hari ini.

Konferensi ini menjadi wadah bagi ilmuwan dan akademisi dunia untuk mengembangkan pemahaman baru terhadap Sirah Nabawiyah, sekaligus memastikan relevansinya dalam kehidupan modern.

Dengan dialog yang mendalam dan berbagai gagasan inovatif, konferensi ini membawa optimisme baru bagi perkembangan studi Islam di tingkat global.

Konferensi ini juga tidak hanya menjadi ajang ilmiah tetapi juga forum akademik yang memperkuat jaringan antar-institusi guna memperkaya penelitian tentang Sirah.

“Harapannya, kajian ini mampu menghadirkan wawasan yang lebih luas dan aplikatif bagi generasi Muslim di era digital, “ujar Prof Ziaul-Haq dari Pakistan selaku Ketua Insitute Riset Islam dalam sambutannya. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo