
SUARAMUDA, JAKARTA— Kedutaan Besar Federasi Rusia di Republik Indonesia menggelar upacara peletakan karangan bunga di Monumen Yuri Gagarin, kosmonot legendaris asal Uni Soviet yang mencatat sejarah sebagai manusia pertama di luar angkasa, Sabtu (12/4/2025).
Acara dalam rangka Hari Kosmonautika ini berlangsung khidmat di Taman Mataram, Jakarta, dengan dihadiri sejumlah tamu terkemuka.
Upacara Penuh Makna
Diantaranya, para duta besar negara sahabat, Presiden Perhimpunan Persahabatan dengan Indonesia Ruslan Bayramov, siswa Sekolah Kedutaan Rusia, serta perwakilan organisasi “Polk Imeni Gagarina”.
Dubes Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, pada kesempatan ini menegaskan, misi Gagarin bukan sekadar untuk kemenangan sains, tapi juga bukti bahwa manusia mampu melampaui batas.
Direktur Progress Rocket and Space Centre, Dmitry Baranov, turut menyoroti pentingnya kolaborasi global di bidang antariksa.
“Warisan Gagarin menginspirasi kita untuk terus menjajaki semesta demi perdamaian umat manusia,”ujarnya.
Peringatan ini tidak hanya mengenang sejarah, tetapi juga menyalakan api semangat bagi generasi muda untuk meneruskan perjalanan menuju bintang-bintang.
Acara ini ditutup dengan diskusi antargenerasi tentang masa depan teknologi antariksa, menunjukkan bahwa warisan Gagarin tetap relevan di era modern.
Yuri Gagarin: Sang Legenda Antariksa
Monumen Gagarin di Taman Mataram setidaknya menjadi saksi persahabatan Rusia-Indonesia sekaligus pengingat akan semangat eksplorasi tanpa batas.
Untuk diketahui, Yuri Alekseyevich Gagarin (1934–1968) merupakan pilot dan kosmonot Soviet yang menorehkan sejarah pada 12 April 1961 dengan menjadi manusia pertama yang mengorbit bumi dalam misi Vostok 1.
Penerbangan bersejarah selama 108 menit itu menjadikannya pahlawan dunia dan simbol keunggulan teknologi Soviet di era Perang Dingin.
Gagarin, yang berasal dari keluarga sederhana di Desa Klushino, Rusia, memulai karier sebagai pekerja industri sebelum bergabung dengan Angkatan Udara Soviet dan terpilih sebagai kosmonot.
Kematiannya dalam kecelakaan pesawat latih pada 1968 mengejutkan dunia, namun namanya tetap abadi sebagai ikon eksplorasi antariksa.(Amy)