suaramuda

Diskusi Bareng PCINU Tiongkok, Duta Besar RI untuk Tiongkok Tekankan Diplomasi Berbasis Dialog

Pertemuan Pengurus PCINU Tiongkok dengan Dubes RI untuk RRT-Mongolia, Djauhari Oratmangun di Wisma KBRI Beijing, Kamis (24/4/2025)/ dok istimewa

SUARAMUDA, BEIJING – Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok mengadakan dialog produktif dengan Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia, Drs. Djauhari Oratmangun, bertempat di Wisma KBRI Beijing, Kamis (24/4/2025) kemarin.

Pertemuan yang berlangsung selama dua jam ini menjadi bagian dari rangkaian Musyawarah Kerja (Musker) PCINU Tiongkok periode 2025-2027.

Dalam paparannya, Dubes Djauhari menekankan pentingnya pendekatan diplomasi berbasis dialog (habits of dialogue) dalam hubungan Indonesia-Tiongkok.

“Fakta hidup adalah bahwa China itu tetangga kita. Kita harus hidup bertetangga dengan baik. Masa kita bermusuhan dengan tetangga kita? Hidup jadi tidak nyaman,” ungkap Dubes mengawali diskusi.

suaramuda

Pemisahan Isu Politik vs Ekonomi

Dubes Djauhari menggarisbawahi pentingnya memisahkan isu politik dan ekonomi untuk menjaga hubungan bilateral yang konstruktif.

“Dalam hubungan Indonesia-China, ada yang salah dengan pendekatan kita: kita terlalu mencampuradukkan politik dengan ekonomi. Padahal mestinya dipisahkan—basket politik sendiri, basket ekonomi sendiri,” jelasnya.

Pendekatan emosional, menurutnya, dapat menghambat kerja sama ekonomi yang potensial berkembang pesat.

Menurut data yang disampaikan, perdagangan Indonesia-Tiongkok telah mencapai 147 miliar dolar, jauh melampaui perdagangan dengan Eropa (27 miliar dolar) dan Amerika (38 miliar dolar).

Investasi dari Tiongkok ke Indonesia juga signifikan, sebesar 8,1 miliar dolar, ditambah 8,3 miliar dolar dari Hong Kong.

Sekretaris PCINU Tiongkok, Muhammad Aflah menyampaikan pentingnya pertemuan dengan membicarakan dinamika hubungan Indonesia-Tiongkok, khususnya pendekatan berbasis dialog dan pemisahan isu politik dari ekonomi.

Sebagai organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai moderasi, PCINU Tiongkok berkomitmen mengimplementasikan prinsip-prinsip ini dalam program kami mendatang.

3 Strategi Diplomasi

Dubes menekankan tiga strategi diplomasi yang efektif dengan Tiongkok: mengutamakan dialog (dialogue first), kolaborasi (collaboration), dan menghindari diplomasi megafon (megaphone diplomacy).

“China itu, secara budaya, sangat menjaga harga diri (saving face). Mereka tidak mau dipermalukan di depan publik. Maka dalam diplomasi dengan China, jangan membuat mereka kehilangan muka dan lakukan negosiasi diam-diam,” ujarnya.

Selain membahas hubungan bilateral, diskusi juga menyentuh perkembangan komunitas mahasiswa Indonesia di Tiongkok.

Dubes mendorong mahasiswa Indonesia untuk memanfaatkan keunggulan komparatif mereka dalam memahami budaya dan bahasa Mandarin sebagai modal penting dalam membangun komunikasi dengan Tiongkok.

Rais Syuriyah PCINU Tiongkok, Ahmad Syifa, mengungkapkan bahwa NU Tiongkok telah mengembangkan berbagai bidang keorganisasian, termasuk pembentukan cabang PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) sebagai wadah mahasiswa.

“Kami juga berencana melakukan profiling masjid-masjid di Tiongkok untuk memudahkan warga Indonesia yang berkunjung,” tambahnya.

Dialog bareng jajaran pengurus PCINU Tiongkok ini menegaskan optimisme akan peran strategis kader muda NU dalam mempererat hubungan Indonesia-Tiongkok melalui pendidikan, budaya, dan diplomasi damai. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo