
Oleh : Dwi Novita Kurniasari *)
SUARAMUDA, SEMARANG — Daydreaming atau biasa kita sebut dengan melamun, merupakan aktivitas mental yang hampir semua orang alami.
Aktivitas mental ini seringkali dipandang sebelah mata, dianggap sebagai pemalas atau kurang produktif.
Tetapi, pandangan tersebut terlalu menyederhanakan fenomena yang sebernarnya jauh lebih kompleks.
Melamun dapat menjadi sumber kreativitas, sekaligus menjadi penghambat perkembangan diri.
Memahami sisi positif dan negatif melamun menjadi sangat penting untuk menjaga keseimbangan mental dan produktivitas kita.
Sumber Kreativitas dan Relaksasi Daydreaming
Melamun akan mengajak kita untuk menjelajahi ide-ide yang mungkin tidak kita sadari.
Saat kita membiarkan pikiran kita melayang bebas, kita dapat memberi ruang bagi imajinasi untuk berkembang tanpa batas.
Proses ini sering kali menghasilkan koneksi tak terduga antara informasi dan pengalaman yang tersimpan dalam pikiran kita.
Dalam keadaan melamun, kita bisa menemukan Solusi dari sebuah permasalahan atau bahkan mendapatkan wawasan baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Banyak dari para penulis, seniman, dan ilmuwan juga seringkali memanfaatkan lamunan untuk menghasilkan karya-karya yang inovatif.
Melamun juga menawarkan manfaat yang signifikan bagi kesehatan mental. Sebagai bentuk Self-regulation, melamun memungkinkan kita untuk melepaskan diri sejenak dari tekanan stress.
Bayangan lamunan indah yang kita ciptakan dapat menjadi mekanisme coping yang efektif dalam menghadapi situasi sulit.
Kita dapat membayangkan diri kita berada di tempat yang damai dan menenangkan. Proses ini dapat membantu kita meredakan kecemasan dan meningkatkan mood.
Potensi Gangguan Kesehatan Mental
Namun, harus tetap diwaspadai bahwa melamun secara berlebihan juga dapat menjadi tanda dari gangguan kesehatan mental.
Lamunan yang berlebihan dapat menjadi jebakan yang menguras waktu dan produktivitas kita.
Seseorang yang terlalu sering melamun dan hanyut dalam khayalannya akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan nyata.
Ia mungkin akan menunda tugas-tugasnya, mengabaikan tanggung jawab, dan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial.
Kehilangan kontak dengan realitas dapat menyebabkan isolasi sosial dan menimbulkan perasaan depresi atau kecemasan.
Di mana bayang-bayang yang sering muncul secara terus-menerus, akan memicu rasa cemas, sedih,atau bahkan putus asa.
Dalam kasus ektrem, daydreaming yang patologis dapat mengganggu fungsi kognitif dan kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini dikenal sebagai maladaptive daydreaming, yang ditandai oleh lamunan komplusif, sulit dikontrol, dan menghambat fungsi kehidupan sehari hari.
Penderita maladaptive daydreaming mungkin akan menghabiskan waktunya berjam-jam dalam khayalan, sehingga sulit membedakan mana khayalan dan mana realitas.
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan emosional, sosial, dan pekerjaan yang memerlukan intervensi profesional.
Menemukan Keseimbangan Terhadap Daydreaming
Melamun memiliki peran ganda dalam kesehatan mental. Ia dapat menjadi sumber kreativitas dan relaksasi, dan juga bisa menjadi potensi gangguan kesehatan mental.
Untuk menemukan keseimbangan, penting untuk membedakan antara melamun sehat dan melamun tidak sehat.
Melamun sehat ini bersifat fleksibel dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, di mana melamun dapat berfungsi sebagai alat relaksasi, kreativitas, dan pemecah masalah.
Sebaliknya, melamun tidak sehat berarti melamun yang sulit dikontrol dan dapat menghambat kehidupan sehari-hari, bahkan menjadi pertanda masalah kesehatan mental. Kunci utamanya adalah keseimbangan dan kesadaran diri.
Manfaatkan melamun untuk kreativitas dan relaksasi, tetapi jangan biarkan melamun menguasai kehidupan sehari-hari.
Dengan pemahaman yang tepat, daydreaming dapat menjadi aste berharga bagi kesehatan mental, bukan musuh yang perlu dihindari. (Red)
*) Dwi Novita Kurniasari, mahasiswa Prodi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Widya Mataram Yogyakarta
**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah, isi dan pesan yang terkandung di dalamnya bukan menjadi tanggung jawab redaksi