
Oleh : Wulan Dian Sari Br Siahaan *)
SUARAMUDA, SEMARANG — Hari ini Roni sangat bahagia. Ia mendapat hadiah baju polisi di ulang tahunnya yang ke-6 tahun.
“Aku Roni, seorang Polisi Kebenaran! Dan di masa depan aku akan membasmi kejahatan!” ucapnya penuh semangat. Dia sangat bangga dengan baju polisi yang dia pakai.
Tiba-tiba, dia melihat seorang anak laki-laki seusianya ingin mencuri cokelat anak perempuan yang sedang bermain istana pasir.
Roni segera berlari menghentikan anak laki-laki itu.
“Hei, jangan mencuri!” Teriakannya membuat si anak laki-laki itu terkejut sementara anak perempuan tadi langsung melihat ke arah Roni.
Si anak laki-laki tadi meletakkan kembali cokelat itu. “Aku tidak mencuri. Aku hanya meminjamnya!” katanya dengan panik.
Roni merasa bingung. “Meminjam?”
“Emang cokelat bisa dipinjam?” tanya Roni sedikit bingung.
Anak laki-laki itu semakin panik. “B-bisa lah!”
“Kamu pasti mau mencuri!” tuduh anak perempuan itu.
Si anak laki-laki semakin panik sambil menggelengkan kepalanya, mencoba membela diri.
“Sudah, sudah. Jangan berkelahi. Kita bisa selesaikan baik-baik, kok.” Roni mencoba menghentikan mereka. Dia berdiri di antara si anak laki-laki dan anak perempuan itu.
Roni meletakkan tangannya di pundak anak laki-laki itu sambil tersenyum.
“Mengambil sesuatu tanpa izin itu sama dengan mencuri, tapi kalau kamu mau cokelatnya, kamu bisa kok memintanya ke dia. Pasti dikasih.”
Roni melihat ke arah anak perempuan. “Kamu pasti kasih kan kalau dia minta cokelatmu?”
Si anak perempuan mengangguk. “Tentu saja. Aku suka kok berbagi. Soalnya kalau berbagi, rasa cokelatnya bisa jadi makin enak.”
Si anak perempuan mengambil cokelat itu. Dia membukanya, lalu memberikan sebagian ke si anak laki-laki.
Si anak laki-laki menerimanya sambil tersenyum. “Terima kasih. Lalu, maaf sudah mengambil cokelatmu tanpa izin.”
“Ya, tidak apa-apa.” Si anak perempuan juga memberikan potongan cokelat ke Roni. “Ini cokelat untukmu karena sudah menolong kami. Terima kasih”.
“Eh, tidak perlu, karena ini sudah menjadi tugas Polisi Kebenaran!”
Si anak laki-laki dan anak perempuan terlihat kagum dengan Roni.
“Oh iya. Karena sudah sore, aku harus pulang. Dah.”
Roni pun segera pulang sambil melambaikan tangannya. (Red)
*) Wulan Dian Sari Br Siahaan, mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
**) Cerpen ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Inovasi Pengajaran Sastra Anak Berbasis Literasi, Dosen Pengampu: Yuliana Sari, M.Pd.