
Oleh; Quinsha Devina Yasmin*)
SUARAMUDA, SEMARANG – Saya menulis pemikiran ini untuk merefleksikan pengalaman saya terkait implementasi Kurikulum Merdeka ( Merdeka Belajar) yang juga telah diterapkan di SMPN 5 Yogyakarta.
Sebagai siswa kelas sembilan, saya merasakan langsung berbagai tantangan dan manfaat yang diberikan oleh kurikulum ini dalam proses pembelajaran di Indonesia.
Melalui sumbangsih tulisan ini, saya ingin berbagi pemikiran dan pengalaman pribadi tentang penerapan Kurikulum Merdeka, sekaligus menyoroti beberapa aspek yang masih bisa ditingkatkan.
Setidaknya, ada empat catatan positif yang ingin saya sampaikan terkait hal ini.
1. Mendorong Kreativitas dan Pemikiran Kritis Siswa
Kurikulum Merdeka telah membantu meningkatkan standar pendidikan di Indonesia dengan menghadirkan pendekatan yang lebih fleksibel, inklusif, dan holistik dalam pengajaran dan pembelajaran.
Kurikulum ini memberikan ruang bagi siswa, termasuk saya, untuk mengekspresikan kebebasan kreatif dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Dengan kebebasan untuk memilih dan mendalami mata pelajaran yang menarik minat, saya merasa terdorong untuk berpikir kreatif, bereksperimen dengan ide-ide baru, serta mengajukan pertanyaan kritis.
Pendekatan ini tidak hanya mendorong kreativitas, tetapi juga membantu saya melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mencari solusi inovatif.
Kami diajarkan bahwa sebuah masalah sering kali memiliki lebih dari satu solusi, dan proses mencari solusi itu sendiri sama berharganya dengan hasil akhir.
Kebebasan ini juga memungkinkan kami untuk mengeksplorasi topik dan teknologi baru, yang pada gilirannya mendorong inovasi.
Misalnya, saya bisa merancang produk baru, membuat karya seni, atau melakukan penelitian unik yang menggabungkan berbagai bidang studi, sehingga kemampuan saya untuk berkreasi dan berinovasi semakin terasah.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek
Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa terlibat dalam proyek jangka panjang yang menuntut keterampilan seperti penelitian, pemecahan masalah, serta kerja tim.
Filosofi pedagogis ini memungkinkan siswa belajar dengan fokus pada pembuatan produk yang mereka kembangkan sendiri, sambil mengambil keputusan, melakukan penelitian, dan menemukan solusi yang menumbuhkan kreativitas dan keterlibatan aktif.
Proyek-proyek ini menantang siswa untuk menghadapi masalah dunia nyata, memberikan tujuan yang lebih bermakna dalam pembelajaran mereka, dan menunjukkan betapa relevan hal-hal yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, siswa dapat menciptakan pemahaman tentang ekonomi melalui simulasi dunia bisnis, atau membuat drama tentang demokrasi untuk memahami dinamika sosial dalam masyarakat.
Metode ini mempromosikan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan praktis yang sangat penting untuk menghadapi masalah kompleks di masa depan.
Selain itu, bekerja pada proyek multidisiplin tidak hanya memperluas pengetahuan, tetapi juga mempersiapkan siswa dengan lebih baik untuk dunia kerja dan kehidupan setelah sekolah.
3. Peningkatan Otonomi Guru dan Pengembangan Profesional
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan yang lebih besar dalam hal strategi pengajaran dan eksplorasi konten.
Guru tidak lagi hanya berperan sebagai pengajar yang memberi ceramah di depan kelas, tetapi sekarang didorong untuk menjadi mentor dan fasilitator yang mendukung pembelajaran siswa.
Perubahan ini memberi ruang bagi guru untuk lebih kreatif, reflektif, dan adaptif dalam pendekatan mereka, sekaligus membuka peluang bagi pengembangan profesional di bidang literasi digital, pembelajaran berbasis proyek, serta pedagogi tingkat tinggi
Guru kini dapat merancang metode pengajaran yang paling efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa mereka, menciptakan pengalaman belajar yang lebih relevan dan personal.
Mereka memiliki kebebasan untuk mengembangkan pelajaran yang berpusat pada siswa, memadukan pembelajaran berbasis proyek, lintas disiplin, dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata.
Dengan pendekatan ini, proses belajar-mengajar menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan relevan bagi siswa.
Bukan hanya menyediakan teknologi atau alat baru, Kurikulum Merdeka juga mengajak kita untuk beralih dari metode ceramah tradisional menuju pendekatan yang berpusat pada peserta didik, di mana siswa lebih aktif dalam mengelola dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri.
4. Meningkatkan Kemampuan Belajar Mandiri
Salah satu manfaat utama dari sistem Merdeka Belajar di Indonesia adalah fokusnya pada pembelajaran mandiri, yang memberikan siswa kendali penuh atas pengalaman belajar mereka.
Melalui Merdeka Belajar, siswa didorong untuk tumbuh menjadi pembelajar seumur hidup dalam lingkungan yang menghargai kemandirian mereka.
Kemampuan ini sangat penting di era di mana keterampilan untuk memperoleh, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara mandiri menjadi kunci keberhasilan.
Dalam model ini, siswa bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka sendiri, menetapkan tujuan, mencari materi, menyusun rencana, serta mengevaluasi hasil pembelajaran mereka.
Fleksibilitas yang ditawarkan oleh Merdeka Belajar sangat mendukung pengembangan keterampilan pembelajaran mandiri (SDL), memungkinkan siswa untuk menyesuaikan gaya belajar dan mengarahkan pendidikan mereka sesuai dengan kebutuhan serta tujuan pribadi.
Dengan demikian, sistem ini tidak hanya memberi kebebasan tetapi juga memberdayakan siswa untuk mengambil peran aktif dalam membentuk masa depan mereka.
Apalagi yang saya rasakan langsung?
Pada akhir Desember 2023, saya kembali ke Indonesia setelah beberapa waktu tinggal di Amerika Serikat. Saya kemudian mendaftar di SMPN 5 Yogyakarta dan diterima.
Saat melihat kurikulum yang telah berubah, awalnya saya terkejut. Namun, setelah menyaksikan langsung berbagai inovasi, pandangan saya terbuka ke perspektif yang benar-benar baru.
Dengan metode seperti Pembelajaran Berbasis Proyek dan pembelajaran mandiri, pengalaman belajar menjadi jauh lebih menarik. Salah satu momen yang paling berkesan adalah ketika kami mendapat tugas proyek debat.
Kami membahas berbagai topik, seperti polusi dan permainan video, yang tidak hanya mendorong kami berpikir kritis dan kreatif dalam merumuskan argumen, tetapi juga mempertemukan saya dengan teman-teman baru dari kelas lain yang sebelumnya tidak saya kenal.
Proyek ini menggabungkan pembelajaran dengan interaksi sosial yang menyenangkan, dan saya dengan senang hati akan melakukannya lagi jika diberi kesempatan. Pengalaman ini benar-benar memperkaya perjalanan belajar saya.
Harapan ke depan
Menurut saya, Kurikulum Merdeka secara keseluruhan sangat memuaskan baik bagi siswa maupun guru.
Berdasarkan pengalaman pribadi sebagai siswa pindahan, saya dapat beradaptasi dengan mudah pada sistem pembelajaran yang berbeda berkat fleksibilitas yang ditawarkan oleh Kurikulum Merdeka.
Kini, siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pemikiran mereka secara lebih terbuka, dan menurut saya, hal ini merupakan langkah positif yang sangat penting.
Saya berharap Kurikulum Merdeka terus memberikan ruang bagi siswa dan pendidik untuk tumbuh, mengembangkan kreativitas, serta meningkatkan keterlibatan mereka.
Dengan pendekatan ini, Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar untuk menjadi model pendidikan internasional yang melahirkan individu dengan kecerdasan kognitif, pemahaman etis, serta rasa tanggung jawab.
Saya yakin sistem ini akan membantu membentuk generasi pemimpin yang peduli, kritis, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Sedikit kritik dan saran
Meskipun tujuan dari Kurikulum Merdeka patut diapresiasi, terdapat beberapa tantangan dalam penerapannya. Salah satu masalah utama adalah kesenjangan sumber daya antarsekolah.
Sekolah-sekolah di daerah pedesaan atau kurang mampu sering kali kekurangan teknologi dan fasilitas yang diperlukan untuk menerapkan konsep-konsep kurikulum ini secara optimal.
Ke depannya, saya menyarankan agar Kurikulum Merdeka disesuaikan dengan mata pelajaran berbasis proyek yang lebih kreatif dan beragam, sehingga siswa dapat mengembangkan karya mereka sambil tetap relevan dengan tantangan kehidupan nyata dan aplikasi holistik.
Sebagai contoh, proyek seperti membuat karya seni dari bahan daur ulang dapat menjadi sarana yang menarik untuk mengajarkan siswa tentang rekayasa solusi kehidupan berkelanjutan.
Proyek ini tidak hanya mengasah kreativitas siswa, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan melalui inovasi dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhir kata, demikian secuil refleksi saya mengenai menggapai asa Kurikulum Merdeka. Saya terus berharap dan optimis bahwa Pendidikan Indonesia terus menjadi lebih baik ke depannya.
“Ketidaksempurnaan adalah bagian dari menuju kesempurnaan itu sendiri, Kurikulum Merdeka, Bravo!” (Red)
*) Penulis: Quinsha Devina Yasmin, pelajar kelas IX di SMPN 5 Yogyakarta