
SUARAMUDA, SEMARANG – CNBC Indonesia (25/3/2025) merilis kondisi produksi mobil di Thailand yang turun 13,62% pada Februari dari tahun sebelumnya.
Media itu mengatakan, adanya penurunan produksi tersebut merupakan dampak penurunan penjualan domestik dan ekspor yang berkepanjangan.
Federasi Industri Thailand (FTI) menyebut situasi ini telah menekan produksi selama 19 bulan berturut-turut.
Melansir Reuters pada Selasa (25/3/2025), penurunan produksi mobil Thailand menjadi 115.487 unit.
Angka ini lebih kecil dari penurunan 24,63% secara tahunan pada bulan Januari.
Juru bicara divisi industri otomotif FTI, Surapong Paisitpattanapong, mengatakan angka yang kurang negatif pada bulan Februari belum menjadi tanda pemulihan.
“Karena angkanya sangat negatif dan tingkat penolakan pinjaman mobil masih tinggi, “ungkap Surapong.
“Kita harus menunggu dan melihat pada bulan Maret untuk gambaran yang lebih jelas,” ujarnya.
Surapong menambahkan bahwa ada lebih banyak hari kerja pada bulan Februari dibandingkan pada bulan Januari.
Penjualan mobil domestik turun 6,68% pada Februari dari tahun sebelumnya menjadi 49.313 unit, setelah turun 12,26% pada bulan sebelumnya.
Penjualan terbebani oleh pengetatan pinjaman mobil, khususnya untuk truk pikap, karena tingginya utang rumah tangga, menurut federasi tersebut.
Thailand adalah pusat produksi mobil terbesar di Asia Tenggara.
Negeri ini menjadi basis ekspor bagi beberapa produsen mobil terkemuka dunia, termasuk Toyota dan Honda.
Ekspor turun 8,34% pada bulan Februari dari tahun sebelumnya menjadi 81.323 unit setelah turun 28,13% pada bulan sebelumnya.
Ini terutama karena meningkatnya persaingan dari merek mobil China dan kontrol emisi di beberapa negara.
Sebenarnya federasi telah memperkirakan produksi mobil akan naik 2% tahun ini setelah turun 20% pada tahun 2024.
Tahun lalu adalah produksi terendah dalam empat tahun terakhir.
Perlu diketahui, PDB Thailand di Desember 2024 tercatat 0,4%. Angka ini melemah dari sebelumnya kuartal sebelumnya 1,2%. (Red/ CNBC)