
SUARAMUDA, SEMARANG — Di era modern yang serba dinamis ini, perempuan Indonesia semakin menunjukkan perannya sebagai agen perubahan.
Di mana perempuan tidak lagi hanya berada di balik layar, tetapi juga tampil sebagai pemimpin, penggerak sosial, dan inspirasi bagi banyak orang.
Namun, di tengah segala pencapaian tersebut, tantangan besar masih menghadang. Dari ketimpangan gender hingga stigma sosial, perjuangan perempuan untuk mendapatkan kesetaraan masih jauh dari kata usai.
Perempuan dan Perannya
Perempuan masa kini telah membuktikan bahwa saat ini perempuan mampu berkiprah di berbagai bidang.
Dari pemerintahan, pendidikan, bisnis, hingga dunia kreatif, perempuan terus menunjukkan kontribusi nyata.
Di Indonesia, kita bisa melihat sosok seperti Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan yang dikenal dengan kebijakan fiskalnya yang tegas dan cerdas.
Di dunia internasional, ada Kamala Harris, Wakil Presiden Amerika Serikat pertama yang berasal dari etnis Afrika-Asia.
Kedua tokoh ini adalah contoh nyata bagaimana perempuan dapat memimpin dan berkontribusi secara signifikan dalam pembangunan bangsa.
Namun, apa yang membuat perempuan tetap kokoh di tengah tantangan? Jawabannya adalah ketangguhan dan tekad untuk membuktikan diri.
Di tengah stereotip yang masih mengakar kuat, perempuan terus bergerak maju, melawan diskriminasi, dan membuktikan bahwa mereka mampu bersaing secara setara.
Tantangan Kesetaraan Gender yang Masih Menghantui
Walaupun banyak kemajuan telah dicapai, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa perempuan masih menghadapi berbagai hambatan.
Salah satunya adalah ketimpangan gender di dunia kerja. Di Indonesia, perempuan sering kali mendapatkan upah lebih rendah dibandingkan laki-laki meskipun bekerja di posisi dan dengan beban yang sama.
Di tingkat global, hal serupa terjadi di banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, di mana gender pay gap masih menjadi isu serius.
Tidak hanya itu, stigma sosial juga menjadi batu sandungan. Di beberapa daerah di Indonesia, perempuan yang memilih berkarier dianggap tidak menjalankan kodratnya sebagai ibu rumah tangga.
Sementara itu, perempuan di negara-negara konservatif seperti Afghanistan bahkan masih menghadapi diskriminasi yang parah, termasuk pembatasan akses pendidikan dan pekerjaan.
Lebih menyedihkan lagi, kekerasan terhadap perempuan masih menjadi masalah serius.
Di Indonesia, data Komnas Perempuan pada tahun 2025 menunjukkan bahwa angka kekerasan berbasis gender terus meningkat, baik dalam ranah domestik maupun publik.
Di sisi lain, laporan dari PBB mengungkapkan bahwa kekerasan terhadap perempuan juga meningkat secara global, terutama pada masa pandemi yang membatasi mobilitas dan akses perlindungan.
Mengapa Pemberdayaan Perempuan Penting?
Pemberdayaan perempuan bukan hanya soal memberikan hak setara, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan potensi.
Perempuan yang diberdayakan akan lebih mandiri secara ekonomi, berani menyuarakan pendapat, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan perempuan adalah pendidikan. Perempuan yang terdidik akan lebih kritis dalam berpikir dan memiliki keberanian untuk melawan ketidakadilan.
Contohnya adalah program Girls’ Education Challenge di Afrika yang berhasil meningkatkan akses pendidikan bagi perempuan muda.
Di Indonesia, program Perempuan Berdaya, Indonesia Maju juga menunjukkan hasil positif dalam meningkatkan kemandirian ekonomi perempuan melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan.
Selain pendidikan, dukungan ekonomi juga sangat penting. Banyak perempuan di Indonesia dan negara berkembang yang memiliki potensi kewirausahaan tinggi tetapi terbentur keterbatasan akses modal dan pelatihan.
Program pemberdayaan ekonomi perempuan harus terus digalakkan agar mereka mampu berdikari dan tidak lagi bergantung secara finansial.
Membangun Masa Depan dengan Kesetaraan
Indonesia membutuhkan perempuan yang tangguh, cerdas, dan berani melangkah maju. Kita harus memastikan bahwa tidak ada lagi hambatan bagi perempuan untuk berkembang.
Baik di rumah, tempat kerja, maupun ruang publik, perempuan harus merasa aman dan dihargai.
Oleh karena itu, perjuangan untuk kesetaraan gender bukan hanya tugas perempuan, tetapi juga laki-laki dan seluruh elemen masyarakat.
Membangun kesadaran bahwa kesetaraan bukanlah ancaman, melainkan jalan menuju kemajuan bersama.
Perempuan adalah pilar perubahan dan kemajuan bangsa. Ketika perempuan diberdayakan, mereka tidak hanya memperkuat diri sendiri tetapi juga keluarga dan komunitasnya.
Dengan memberikan ruang dan kesempatan yang setara, kita menciptakan bangsa yang lebih kuat dan inklusif.
Mari kita dukung perempuan Indonesia untuk terus maju, karena kemajuan mereka adalah kemajuan kita semua. (Red)
*) Penulis, Nadia Novernia Cristy Katuuk S.S., M.Hum, merupakan Alumni Universitas Sam Ratulangi Manado