promo

Pancasila, Pilar Kebangsaan dalam Menghadapi Tantangan

Titik Dania, Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Titik Dania *)

SUARAMUDA, SEMARANG — Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya berfungsi sebagai simbol, tetapi juga sebagai pedoman hidup—-yang harus terus dipahami dan diterapkan oleh seluruh warga negara.

Dalam konteks perubahan zaman, nilai-nilai Pancasila di era globalisasi dan revolusi digital menghadapi berbagai tantangan yang menguji relevansinya. Polarisasi politik yang semakin tajam, perpecahan dalam masyarakat, serta penyebaran informasi yang tidak terverifikasi, mempengaruhi stabilitas sosial dan keutuhan bangsa.

Promo

Teknologi yang berkembang pesat juga membawa dampak pada perubahan pola pikir generasi muda, yang sering kali terpengaruh oleh budaya luar yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan. Penting bagi bangsa Indonesia untuk memastikan bahwa Pancasila tetap relevan dan menjadi landasan dalam menghadapi tantangan-tantangan baru ini.

Pendekatan Karakter

Salah satu cara untuk mengokohkan Pancasila sebagai pedoman hidup adalah melalui pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila.

Promo

Pendidikan ini bukan hanya sekadar mengajarkan teori tentang Pancasila, tetapi juga mengajak setiap individu untuk menghidupi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Gotong royong, keadilan sosial, dan semangat persatuan adalah beberapa nilai yang harus ditanamkan dalam diri setiap warga negara.

Penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus dimulai dari pendidikan sejak dini, baik di sekolah maupun dalam keluarga. Pendidikan karakter berbasis Pancasila mampu memperkuat identitas nasional dan membangun kesadaran kolektif untuk menjaga kebhinekaan serta mempererat tali persatuan.

Pancasila harus terus dipelihara dan diperkuat melalui sistem pendidikan yang holistik dan relevan dengan perkembangan zaman.

Pendidikan Pancasila memegang peranan penting dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Sebagai ideologi negara, Pancasila bukan hanya sekedar deretan nilai, tetapi juga menjadi pedoman hidup yang harus diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pendidikan Pancasila, generasi muda diharapkan dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai dasar seperti ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Nilai-nilai ini harus dijadikan pondasi dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh setiap individu, baik dalam konteks pribadi, sosial, maupun politik. Dengan pemahaman yang mendalam, diharapkan Pancasila bisa menjadi alat pemersatu bangsa yang plural dan multikultural, serta mampu menjawab tantangan globalisasi yang terus berkembang.

Tantangan Implementasi Pendidikan Pancasila

Tantangan terbesar dalam implementasi pendidikan Pancasila adalah persepsi yang keliru tentang fungsinya. Banyak masyarakat yang masih melihat Pancasila hanya sebagai mata pelajaran yang perlu dihafal, bukan sebagai falsafah hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal, Pancasila seharusnya bukan hanya menjadi bahan ujian di sekolah, tetapi juga diterapkan dalam kebijakan publik, tata kelola pemerintahan, serta interaksi sosial antarwarga. Ketika nilai-nilai Pancasila hanya dipahami secara tekstual tanpa ada upaya untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata, maka makna dan fungsi Pancasila akan berkurang.

Dibutuhkan upaya lebih lanjut untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang Pancasila sebagai nilai yang relevan dan aplikatif dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia, serta membangun kesadaran bahwa Pancasila adalah landasan untuk menciptakan bangsa yang adil, makmur, dan berkeadaban.

Pendidikan Pancasila perlu diajarkan dengan pendekatan yang lebih kontekstual agar bisa menjawab tantangan zaman yang terus berkembang. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan membuat pembelajaran yang bersifat aplikatif dan relevan dengan isu-isu kontemporer.

Misalnya, dalam era digital saat ini, pengajaran Pancasila bisa mencakup pembahasan mengenai keberagaman yang ada di media sosial, pentingnya etika digital, serta bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat membimbing masyarakat dalam menghadapi individualisme yang semakin menguat.

Dengan mengaitkan nilai-nilai tersebut pada permasalahan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, diharapkan para peserta didik dapat lebih mudah memahami relevansi Pancasila dalam kehidupan modern. Selain itu, pembelajaran ini juga harus mampu mendorong para siswa untuk lebih kritis dan bertanggung jawab terhadap peran mereka di tengah masyarakat.

Pentingnya Penguatan Karakter

Selain pendekatan berbasis isu, penguatan karakter yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila harus dimulai sejak dini, dengan memanfaatkan berbagai pengalaman langsung yang membentuk sikap dan perilaku siswa. Salah satu cara yang efektif adalah melalui proyek sosial yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong atau kepedulian terhadap sesama.

Pembelajaran berbasis studi kasus juga dapat menjadi sarana yang baik untuk mengasah kemampuan analisis siswa dalam menghadapi situasi yang memerlukan penyelesaian berdasarkan nilai kebangsaan.

Tak kalah penting, pendidikan Pancasila harus didukung dengan sinergi antara pendidikan formal dan nonformal, termasuk dengan peran aktif keluarga, komunitas, serta media dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang positif.

Dengan begitu, diharapkan pendidikan Pancasila tidak hanya menjadi teori yang diajarkan di sekolah, tetapi juga menjadi panduan yang hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Indonesia tidak bisa hanya bergantung pada regulasi atau kurikulum untuk menanamkan Pancasila dalam hati generasi muda. Meskipun regulasi yang kuat dan kurikulum yang terstruktur dapat memberikan dasar, keberhasilan dalam penanaman nilai-nilai Pancasila membutuhkan lebih dari sekadar kebijakan formal.

Pentingnya Kesadaran Kolektif

Dibutuhkan kesadaran kolektif dari seluruh elemen masyarakat, mulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat luas, untuk memupuk karakter bangsa yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.

Pendidikan karakter harus dipandang sebagai investasi jangka panjang yang akan membentuk generasi penerus yang tangguh, berintegritas, dan memiliki rasa cinta tanah air yang kuat. Peran aktif dari seluruh pihak sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung internalisasi nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tertanam dengan kuat dalam setiap individu, Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri kebangsaannya. Dunia yang semakin terbuka dan terhubung memberikan peluang sekaligus tantangan besar bagi Indonesia.

Dalam menghadapi era globalisasi, nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan sosial, dan toleransi yang terkandung dalam Pancasila menjadi pedoman yang sangat relevan untuk menjaga keharmonisan dalam keberagaman.

Jika generasi muda Indonesia mampu menginternalisasi dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut, maka Indonesia akan memiliki fondasi yang kokoh dalam menghadapi segala perubahan dan dinamika global, tanpa tergerus oleh pengaruh luar yang dapat mengikis identitas bangsa.

Sudah saatnya Pendidikan Pancasila mendapat perhatian lebih, bukan hanya sebagai mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah, tetapi sebagai bagian dari kehidupan yang terus menerus diterapkan dalam segala aspek kehidupan.

Pancasila harus menjadi nilai dasar yang hidup dan melekat dalam setiap tindakan, keputusan, dan interaksi masyarakat. Ketika nilai-nilai Pancasila menjadi nafas dalam setiap langkah bangsa, mulai dari kebijakan publik hingga perilaku individu, Indonesia akan semakin kokoh dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.

Dengan menghidupkan Pancasila dalam keseharian, generasi muda Indonesia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter, menjaga persatuan, dan menghormati perbedaan dalam keberagaman. (Red)

*) Titik Dania, Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta

**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like