promo

Klitih, Problem Remaja dan Pendidikan Pancasila sebagai Solusi

Zakiya Izzatunnisa, Mahasiswa prodi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negara Yogyakarta

Oleh: Zakiya Izzatunnisa *)

SUARAMUDA, SEMARANG — Globalisasi dan lompatan revolusi industri sangat memungkinkan banyak perubahan yang ada di kalangan sosial. Pada era digital ini tentunya kita dapat mengakses apapun melalui internet. Hal tersebut tentu memiliki dampak positif seperti dapat mempermudah mendapatkan informasi, saling berkabar, dan lainnya.

Tak dipungkiri bahwa terdapat pula dampak negatifnya, salah satunya adalah masuknya budaya yang tidak sesuai dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat terutama remaja. Tak jarang hal-hal negatif yang didapatkan dari internet tersebut ditelan mentah-mentah sehingga menyebabkan hal-hal yang tidak sesuai.

Promo

Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Menurut WHO remaja didefinisikan sebagai individu yang berusia sekitar 10-19 tahun. Sedangkan menurut Peraturan Kesehatan RI No. 25 tahun 2014 remaja didefinisikan sebagai penduduk berusia sekitar 10-18 tahun.

Pada masa remaja ini anak muda cenderung mencari dan mengembangkan identitasnya, dengan begitu mereka akan mencoba banyak hal-hal baru yang menurut mereka sesuai. Namun masalahnya mereka sering terjerumus pada perilaku dan hal yang salah.

Hal tersebut kerap disebut dengan krisis identitas, di mana mereka akan merasa membutuhkan pengakuan dari lingkungannya sehingga mereka akan mencoba melakukan hal-hal yang tidak sesuai untuk mendapatkan perhatian.

Promo

Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor—dan beberapa yang mempengaruhinya adalah keluarga, lingkungan, dan adanya media sosial.

Studi pada Kasus Klitih

Studi kasus di Jogja, salah satu masalah remaja yang sudah lama ada ialah “klitih”, yakni upaya-upaya kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok remaja bersenjata tajam yang melakukan penyerangan tanpa alasan. Klitih ini bukan hanya kenakalan remaja namun sudah menjadi tindakan kriminal yang dapat dipidanakan.

Menurut Jogja Police Watch (JPW) dalam Harianjogja.com, setidaknya terdapat 20 kasus kejahatan jalanan atau biasa yang disebut dengan klitih selama 2024. Dimana dari hal tersebut dapat dilihat bahwa hampir setiap bulannya terjadi aksi klitih.

Tentu saja masalah ini tidak dapat dianggap sepele, di mana dari aksi klitih atau kejahatan jalanan ini dapat memberikan dampak yang sangat besar kepada yang melakukan maupun yang menjadi korbannya.

Sebagai pelaku, mereka yang masih remaja dapat berurusan dengan masalah hukum, pendidikannya dapat terganggu sehingga tak dipungkiri masa depannya dapat terpengaruh buruk. Sedangkan bagi korban dari aksi ini tentunya memperoleh luka baik ringan maupun parah, gangguan mental, bahkan ada yang sampai meninggal dunia.

Dari perilaku tersebut dapat dilihat bahwa nilai moral dalam diri remaja banyak yang sudah terkikis. Melihat masalah tersebut selain menjadi tanggung jawab orang tua, yang tidak kalah penting yaitu sekolah atau pendidikan. Salah satu pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk dan meningkatkan moral bangsa yaitu pendidikan Pancasila.

Pendidikan Pancasila sebagai Jawaban

Pendidikan Pancasila merupakan suatu landasan yang sangat penting untuk dapat membentuk individu terutama remaja yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki moral dan etika yang baik. Dalam pendidikan Pancasila generasi muda akan diberi pemahaman inti pancasila yang mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan.

Dalam masalah kekerasan di kalangan remaja ini, tentunya tidak sesuai dengan nilai pancasila. Dimana perilaku tersebut menimbulkan perpecahan dan banyak kerugian lainnya. Olah karena itu pentingnya pendidikan pancasila, dimana pendidikan ini berguna untuk membangun rasa toleransi, empati, dan tanggung jawab.

Dengan adanya pendidikan Pancasila ini dapat mendorong generasi muda untuk menghargai dan menghormati hak orang lain serta menjadi teladan yang baik dalam kehidupan.

Pendidikan Pancasila selain dapat membentuk generasi muda memiliki moral yang baik juga dapat menguatkan persatuan dan kesatuan. Dimana dengan melihat dan memahami sejarah lahirnya pancasila akan lebih meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air.

Dengan adanya pendidikan ini generasi muda dapat dibentuk untuk menjadi orang yang toleransi dan menghargai sesama untuk tetap menjaga kesatuan dan persatuan yang ada di Indonesia. Sehingga dengan begitu dapat terbentuk generasi muda yang siap berkontribusi dalam memajukan bangsa serta menjaga kelestariannya.

Pendidikan Pancasila ini juga dapat merealisasikan generasi emas Indonesia yang siap menghadapi tantangan global.
Pendidikan Pancasila tentu saja tidak boleh berhenti hanya sebagai pembelajaran atau hafalan saja. Isi dari pendidikan Pancasila, seperti nilai-nilai Pancasila perlu diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari baik itu di lingkungan sekolah, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dengan begitu akan tertanam dalam diri generasi muda moralitas yang baik dan identitas Pancasila. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila merupakan investasi jangka panjang bagi bangsa Indonesia. Dimana jika generasi mudanya memiliki karakter dan nilai moral yang baik maka akan tercipta kemajuan bangsa. (Red)

*) Zakiya Izzatunnisa, Mahasiswa prodi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negara Yogyakarta

 

**) Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like