promo

Kembali Berulah, Ratusan Kreak di Semarang Dilibas Polisi! Begini Sejarah Kreak Sebenarnya!

Ratusan kreak yang diamankan setelah konvoi, memblokir jalan, dan menyalakan petasan di Semarang. Foto: Humas Polrestabes Semarang

SUARAMUDA, SEMARANG — Sedikitnya 278 pemuda yang konvoi kendaraan mengganggu lalu lintas dan ketertiban di wilayah Kota Semarang dilibas polisi, Sabtu malam (22/3) sekitar pukul 23.30 WIB.

Aksi rombongan gangster itu dihentikan oleh kepolisian di Jalan Siliwangi dan Jalan Hanoman, Semarang Barat.

Dikutip dari berbagai sumber, para kreak itu berkonvoi melalui beberapa rute, yakni Boja, Jalan Cangkiran Semarang, BSB Mijen, Jalan Prof. Hamka, dan Jalan Walisongo.

Promo

Sepanjang perjalanan, mereka menyebabkan gangguan lalu lintas dan ketertiban umum seperti pemblokiran jalan, pelanggaran lalu lintas, serta penggunaan kembang apidi Kompleks BSB Mijen, Semarang. Aksi mereka pun viral di media sosial.

Diketahui, ratusan orang dari kelompok pemuda yang dikenal sebagai “kreak” tersebut terdiri 161 orang berasal dari Kota Semarang, sementara 117 lainnya berasal dari berbagai daerah di luar Kota Semarang.

Lantas bagaimana sejarah sejarah kreak di Kota Semarang?

Promo

Dilansir detik.com, (6/1/2025) istilah kreak sendiri ternyata sudah mengalami perubahan makna yang signifikan seiring dengan berjalannya waktu. Kini, kreak identik dengan tindak kejahatan padahal sebelumnya tidak menggambarkan hal tersebut.

Pada awalnya, istilah “kreak” ini berasal dari singkatan dua kata, yaitu ‘kere’ yang berarti miskin, dan ‘mayak’ yang berarti berkelakuan norak atau sok-sokan.

Mulanya, kata kreak hanya digunakan untuk menggambarkan gaya berpakaian atau perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan norma atau situasi.

Dalam perkembangannya, makna kreak berkembang menjadi simbol perilaku negatif yang dilakukan oleh kelompok-kelompok remaja. Perilaku tersebut mencakup tindakan kekerasan seperti tawuran antar kelompok, yang sering kali merugikan orang lain di sekitarnya.

Sumber laman indozone.id (27/9/2024) fenomena kreak ditinjau dari aspek sejarahnya, sudah eksis sejak dekade 1930-an. Fenomena ini bermula ketika Semarang mengalami perkembangan sebagai kota industri yang cukup pesat.

Perkembangan industri tersebut memiliki permasalahan sosial masyarakat antara lain kesenjangan sosial yang menyebabkan adanya gelandangan.

Lalu, gelandangan tersebut seringkali dianggap sebagai “sampah” masyarakat sehingga permasalahan ini semakin rumit dan menyebabkan pemberontakan gelandangan.

Pemberontakan gelandangan ini memicu keresahan pada masyarakat Semarang. Pemerintah kota Semarang pada saat itu langsung turun tangan dalam menyelesaikan kasus pemberontakan tersebut.

Salah satunya, yakni dengan memindahkan para gelandangan ke rumah sakit jiwa maupun melalui program transmigrasi ke wilayah Sumatera.

Di era yang lebih modern seperti saat ini, fenomena gelandangan yang memberontak itu kemudian digantikan oleh para remaja pada masa kini.

Mereka menamai gerombolannya bak gangster, seperti yang terlibat dalam beberapa kasus tawuran, pembacokan dan yang terbaru terjaring aksi kepolisian seperti yang viral baru-baru ini. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like