suaramuda

Berikut Poin Penting Refleksi 75 Tahun Hubungan RI-RRT yang Digelar PCINU Tiongkok

Ilustrasi bendera Tiongkok-Indonesia/ pinterest

SUARAMUDA, BEIJING – Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok baru-baru ini sukses menggelar Seminar Nasional & Konferensi Cabang Istimewa IV bertajuk “Refleksi 75 Tahun Hubungan RI-RRT”, Sabtu (8/3/2025).

Acara yang digelar secara hybrid itu menghadirkan tiga pembicara, yakni Jurnalis Kompas Iwan Santosa, Presiden NU Labor Confederation H. Irham Ali, M.A., dan Direktur Sino Nusantara Institute Ahmad Syaifuddin Zuhri.

3 Poin Utama Refleksi 75 Tahun Hubungan RI-RRT

Dihadiri lebih dari 200 peserta, Seminar Nasional dalam rangka Refleksi 75 Tahun Hubungan RI-RRT itu merumuskan poin penting.

suaramuda

Pertama, Indonesia dalam menjalankan diplomasi perlu memaksimalkan potensi padae halal. Jurnalis Kompas Iwan Santosa, menyoroti minimnya keterlibatan Indonesia di pasar global.

“Dibandingkan dengan Thailand yang aktif dalam pameran produk halal di Timur Tengah, produk pangan halal Indonesia belum terdengar gaungnya di pasar internasional, ” ujar Iwan, yang juga Sekjen Perkumpulan Persahabatan Alumni Tiongkok Indonesia (PERHATI).

Peluang dan tantangan investasi China terutama dalam hal ketenagakerjaan juga menjadi poin penting kedua yang dibedah dalam Refleksi 75 Tahun Hubungan RI-RRT tersebut.

Fliyer Seminar Nasional & Konferensi Cabang Istimewa IV bertajuk “Refleksi 75 Tahun Hubungan RI-RRT”

Presiden NU Labor Confederation H. Irham Ali dalam materinya mengungkap isu bonus demografi dan tantangan ketenagakerjaan di Indonesia.

“Saat ini Indonesia memiliki 150 juta angkatan kerja, tetapi 60% masih berada di sektor informal. Sementara itu, tingkat pengangguran usia muda (youth unemployment) mencapai 22%, menjadikannya salah satu yang tertinggi di Asia, “paparnya.

Irham melanjutkan, meski investasi asing ke Indonesia meningkat dalam 15 tahun terakhir, namun konversi investasi terhadap penciptaan lapangan kerja dinilai masih rendah.

Pentingnya Membangun Hubungan People-to-People

Sementara itu, Syaifuddin Zuhri dalam sesi terakhir menekankan pentingnya hubungan antar masyarakat (people-to-people diplomacy) sebagai upaya memperkuat hubungan RI-RRT.

Direktur lembaga thing thank Sino Nusantara Institute menguraikan, meski kerja sama ekonomi Indonesia-Tiongkok semakin erat, akan tetapi hubungan antar masyarakat kedua negara masih menghadapi banyak tantangan.

“Masih cukup banyak masyarakat Indonesia memiliki stereotip negatif terhadap Tiongkok, baik karena faktor sejarah maupun narasi yang berkembang di media, “ungkap Zuhri, panggilan akrabnya.

Menutup refleksi itu, dosen pada FISIP UIN Walisongo Semarang itu mengajak organisasi seperti PCINU Tiongkok untuk menjadi jembatan dalam membangun pemahaman yang lebih baik melalui kerja sama akademik, pertukaran budaya, dan pendidikan. (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo