
Oleh: KH Muhyiddin, SM., S.Pd.I., M.Pd. *)
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّاإِلٰهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَاحَدَّ وَلَاجُثَّةَ وَلَاأَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِاللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ : إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَاللهِ أَتْقَاكُمْ ِإنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ. وَقَالَ أَيْضًافِى كِتَابِهِ الكَرِيْم، ثُمَّ أَفِيضُواْ مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ ٱلنَّاسُ وَٱسْتَغْفِرُواْ ٱللّٰهَ ۚ إِنَّ ٱللّٰهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ.
Ma’aasyiral Muslimin Rahimakumullah
Alhamdulillah, di hari Jum’at yang mulia ini, kita masih diberikan oleh Allah SWT, nikmat islam, iman dan ihsan serta kesehatan sehingga kita bisa melaksanakan ibadah shalat Jum’at di masjid ini dengan penuh khusyu’ dan khidmat.
Sholawat serta salam selalu kita haturkan kepada baginda Rasulillah Muhammad SAW sebagai satu-satunya Nabi yang dapat memberikan syafaat.
Semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya, Aamiin.
Seperti pada edisi jum’at sebelumnya, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk selalu berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT, yakni menjalankan semua kewajiban dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah SWT.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Telah kita ketahui bersama bahwa lembutnya suara dalam berkomunikasi itu artinya merendahkan nada, mempositifkan tone, mengecilkan volume dengan tidak mengeraskan atau meninggikannya termasuk pula dalam hal ini adalah menciptakan kesan kata atau kalimat yang tidak menandakan tinggi hati.
Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi antar individu memberikan kesan informasi atas diri pemiliknya, apakah termasuk orang yang berhati lembut, sopan, santun ataukah sombong, keras hati dan egois.
Karena sebuah kata diproduksi dalam benak seseorang yang dipengaruhi oleh pengetahuan diri, karakter, kepribadian dan sifat personal yang kemudian menjadikan mulut sebagai pintunya untuk membuka dan mengenali secara utuh kepribadian seseorang.
Sementara manakala seseorang telah menyampaikan sebuah pesan, maka selanjutnya orang lain sebagai lawan komunikasinya akan mempersepsi, menginterpretasi dan memaknai pesan dan semua hal yang terkait pesan (isi, suasana, konteks dan penyampai).
Orang lain bebas dalam menginterpretasikannya dengan menggunakan rasa atau perasaannya dalam memaknai setiap pesan yang sampai pada dirinya.
Allah SWT berfirman :
فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًۭا لَّيِّنًۭا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Artinya : “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
Hadirin Sidang Jum’at yang berbahagia
Bahwasannya setiap pesan komunikasi itu akan dirasakan oleh setiap orang maka sebelum kita memproduksi pesan komunikasi baik dikala berbicara dan berinteraksi dengan orang lain pergunakan pula hati dan perasaan agar dapat diterima dengan baik oleh setiap orang.
Pergunakan dan memilih kata yang tepat sesuai konteksnya, bernada positif, disampaikan dengan cara yang baik dengan nada yang tepat pula, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, tidak terlalu keras atau tinggi hingga orang menganggapnya marah dan tidak terlalu rendah, kalem hingga orang kesulitan mendengarnya.
Allah SWT menganjurkan dalam al-Quran saat menjelaskan pesan Luqmanul Hakim terhadap anaknya.
وَٱقۡصِدۡ فِي مَشۡيِكَ وَٱغۡضُضۡ مِن صَوۡتِكَۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ
Artinya : “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”(QS. Luqman: 19)
Firman Allah SWT ini sungguh merupakan perumpamaan yang sangat tepat disaat menganalogikan ucapan atau perkataan yang bernada tinggi dan keras ibarat keledai.
Bagaimana suara keledai itu?. Meringkik, melengking hal ini dianalogikan oleh seseorang yang sedang emosi dan marah tentu akan meninggikan suaranya karena dirinya sedang dikuasai oleh setan.
Seperti sabda Nabi SAW bahwa ayam berkokok karena melihat Malaikat, sementara keledai meringkik karena melihat syetan.
Sehingga seseorang yang meninggikan suaranya karena marah diibaratkan dengan dengan suara keledai.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis :
إِذَاسَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا، وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ، فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا
Artinya: “Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok di waktu malam, maka mintalah anugrah kepada Allah, karena sesungguhnya ia melihat malaikat. Namun apabila engkau mendengar keledai meringkik di waktu malam, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguan syaithan, karena sesungguhnya ia telah melihat syaithan” (HR. Muslim no. 3303 dan Muslim no. 2729).
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah SWT
Merendahkan suara berarti berbicara dengan penuh ketawadhuan. Yaitu gaya bicara yang sederhana, tidak mengada-ada, tidak bernada tinggi, tidak terlalu cepat dan tidak mengesankan kesombongan diri.
Dalam hadis yang disanadkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda untuk memerintahkan orang-orang yang beriman agar senantiasa berkata baik atau menjaga lisannya (diam).
Artinya, dengan menjaga lisan serta berkata baik dapat meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Berikut bunyi dari hadis tersebut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam Riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :
إنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، ما يَتَبَيَّنُ فِيْهَا يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim)
Hadis ini menerangkan bahwa jika seseorang berbicara tanpa memikirkan apa yang hendak ia katakan, ia akan terjerumus ke dalam neraka.
Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah harus bisa menjaga lisan kita, merendahkan suara kita dalam berkomunikasi dengan siapapun terlebih kepada orangtua kita dan guru kita.
Semoga Allah memudahkan langkah kita untuk bisa melaksankannya dengan sebaik-baiknya. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْأنِ اْلعَظِيْم، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْم، وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنْكُم تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، أَعُوْذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ من فَضْلِه يُعْطِكُم وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Oleh: KH Muhyiddin, SM., S.Pd.I., M.Pd.
Ketua LD PCNU Kabupaten Semarang.
Download Khutbah Jum’at Bahasa Indonesia: KLIK DISINI
Download Khutbah Jum’at Bahasa Jawa: KLIK DISINI