promo

Era Digital: Gaya Hidup Sehat Jadi Terhambat

Ilustrasi: Pinterest

Oleh: Quinsha Devina Yasmin*)

SUARAMUDA, SEMARANG – Pada abad ke-21, umat manusia telah mengalami perubahan signifikan yang dikenal sebagai era digital, di mana perkembangan sejarah ditandai dengan penyebaran luas teknologi digital, termasuk komputer, internet, dan berbagai perangkat elektronik lainnya.

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2024), penetrasi internet di Indonesia terus meningkat, dari 64,8% pada 2018 menjadi 78,19% pada 2023, hingga tahun 2024, jumlah pengguna diperkirakan mencapai 221,56 juta orang, mencatatkan kenaikan 211,22% dalam sepuluh tahun terakhir.

Transformasi ini memberikan banyak keuntungan, seperti kemampuan untuk menyelesaikan berbagai tugas sehari-hari menggunakan perangkat elektronik serta akses ke smartphone, internet, dan berbagai aplikasi serta gadget yang tak terhitung jumlahnya.

Promo
Gambar: Tren peningkatan penggunaan sosial media periode 2014-2024

Inovasi-inovasi ini tidak hanya menyederhanakan berbagai aktivitas, tetapi juga memfasilitasi interaksi global. Integrasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari telah membuka peluang besar untuk inovasi dan peningkatan efisiensi di hampir semua sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga hiburan.

Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, era digital juga menghadirkan tantangan-tantangan signifikan, terutama terkait dengan upaya menjaga kesehatan fisik, mental, dan sosial (Pusdeka, 2023).

Gaya hidup manusia telah bergeser, dari yang sebelumnya lebih aktif secara fisik menjadi lebih pasif dengan dominasi aktivitas di rumah melalui media sosial, yang meningkatkan durasi penggunaan layar.

Perubahan ini mengganggu kebiasaan-kebiasaan tradisional dalam menjaga kesehatan dan, pada akhirnya, dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental. Oleh karena itu, menjaga gaya hidup sehat di tengah pesatnya perkembangan digital menjadi tantangan penting yang tidak boleh diabaikan.

Promo

Salah satu tantangan signifikan yang dihadapi dalam era digital adalah kurangnya kesadaran remaja akan pentingnya menjalani gaya hidup sehat, serta kecenderungan mereka untuk mengadopsi pola hidup yang semakin pasif.

Sebelum adanya transformasi besar di era digital, anak-anak, remaja, dan orang dewasa lebih sering terlibat dalam aktivitas di luar rumah. Namun, saat ini banyak individu menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, baik untuk bermain game, menonton video, berkomunikasi dengan teman, maupun menjelajahi dunia maya.

Dampaknya, aktivitas fisik menjadi terbatas, yang berpotensi meningkatkan risiko terkena berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, serta gangguan kesehatan lainnya.

Sebuah artikel di Financial Times berjudul “Young People are Hanging Out Less – It May Be Harming Their Mental Health” (Ft, 2025) mengungkapkan bahwa secara historis, kaum muda lebih banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan teman sebaya.

Penurunan interaksi tatap muka ini berhubungan erat dengan meningkatnya rasa kesepian dan masalah kesehatan mental di kalangan remaja.

Fenomena ini menunjukkan bahwa, seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak dan remaja cenderung lebih jarang terlibat dalam aktivitas fisik di luar ruangan, yang pada masa lalu merupakan bagian penting dari pola hidup mereka.

Selain itu, penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan dan paparan layar gadget dalam waktu yang lama dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan, terutama terhadap kesehatan mata. Peningkatan penggunaan perangkat digital secara meluas telah memicu kekhawatiran mengenai efek buruknya terhadap penglihatan.

Salah satu masalah yang diidentifikasi adalah paparan sinar biru dari layar, yang dapat menyebabkan berbagai gangguan mata. Penelitian menunjukkan bahwa antara 50% hingga 90% individu yang bekerja di depan layar komputer mengalami setidaknya beberapa gejala gangguan mata (Yankes, 2023).

Dampak ini tidak hanya terbatas pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak yang menggunakan tablet atau komputer, terutama di lingkungan sekolah, di mana pencahayaan dan postur tubuh mungkin kurang mendukung.

Ketika menggunakan perangkat elektronik, mata dipaksa untuk terus-menerus menyesuaikan fokus terhadap visual yang berubah secara dinamis, menyebabkan ketegangan pada otot-otot mata.

Aktivitas ini memicu gangguan seperti kelelahan mata, mata kering, sakit kepala, dan penurunan kualitas penglihatan. Oleh karena itu, frekuensi dan durasi penggunaan perangkat elektronik sangat mempengaruhi tingkat keparahan gangguan mata yang dialami, baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.

Penggunaan perangkat digital secara berlebihan, terutama di malam hari, juga telah menimbulkan kekhawatiran yang semakin besar terkait gangguan pola tidur.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ponsel secara berlebihan, khususnya pada waktu larut malam, dapat mengganggu ritme sirkadian alami tubuh, yang berdampak pada kualitas dan durasi tidur (Woran dkk, 2021).

Aktivitas seperti mengakses media sosial, mengirim pesan, bermain gim, atau menjelajahi internet hingga larut malam membuat sulit untuk melepaskan diri dari dunia maya, sehingga berkontribusi pada siklus kurang tidur yang berkelanjutan.

Akibatnya, hal ini berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental. Banyak individu yang sering kali terjaga lebih lama dari yang direncanakan karena dorongan untuk tetap terhubung secara daring, memantau perkembangan, atau berkomunikasi dengan teman.

Selain itu, media sosial juga dapat memicu stres dan kecemasan, di mana pengguna merasa tekanan untuk menjaga citra daring atau membandingkan diri mereka dengan orang lain.

Ketegangan emosional ini memperburuk kesulitan dalam relaksasi, yang pada akhirnya menghambat kemampuan untuk tidur dengan nyenyak. Kurang tidur memiliki efek luas, memengaruhi banyak aspek kesehatan, termasuk gangguan kognitif jangka pendek seperti penurunan fokus, masalah memori, pengambilan keputusan yang buruk, serta peningkatan stres yang signifikan.

Menurut Irmayanti (2023), solusi yang ideal untuk menghadapi tantangan ini adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjalani gaya hidup sehat di era digital. Upaya nyata diperlukan, seperti mendorong anak-anak dan remaja untuk menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan daripada terpaku pada penggunaan gadget.

Dengan meningkatkan aktivitas fisik, mereka dapat mengurangi risiko terkena berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan gaya hidup kurang bergerak (Laksmi dan Jayanti, 2023).

Selain itu, menurut Subagijo (2020), penggunaan perangkat elektronik harus diatur dengan baik, misalnya dengan menetapkan batasan waktu harian untuk penggunaan gadget dan memastikan adanya jeda yang cukup untuk memberikan istirahat bagi mata.

Langkah-langkah ini tidak hanya membantu mencegah gangguan kesehatan fisik, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan mental dan emosional. Dengan demikian, penerapan gaya hidup sehat dalam era digital dapat tercapai melalui kombinasi antara kesadaran, regulasi, dan disiplin dalam menggunakan teknologi.

Ilustrasi: Waktu per bulan yang dihabiskan masyarakat Indonesia di setiap platform media sosial 2024 (Slice, 2024)

Pendidikan sejak usia dini sangat penting dalam menanamkan kesadaran akan pentingnya menjalani gaya hidup sehat (Indriani & Yemmardotillah, 2021).

Dalam menghadapi perkembangan teknologi yang pesat, peran orang tua, sekolah, dan lingkungan menjadi krusial dalam membimbing anak-anak agar dapat menjalani kehidupan yang seimbang.

Melalui pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak ini, anak-anak dapat belajar mengelola interaksi mereka dengan teknologi secara bijaksana, sehingga keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental dapat tetap terjaga, meskipun mereka tumbuh di tengah kemajuan teknologi yang semakin maju.

Sebagai kesimpulan, menjalani gaya hidup sehat di era digital memerlukan upaya yang lebih besar dan konsisten. Meskipun terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi, hal tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai.

Dengan pemahaman yang mendalam, manajemen penggunaan teknologi yang bijaksana, serta dukungan dari lingkungan, individu tetap dapat mempertahankan kesehatan fisik dan mentalnya di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Alih-alih menjadi hambatan, teknologi seharusnya berfungsi sebagai alat yang mendukung terciptanya kehidupan yang lebih sehat dan seimbang. (Red)

*) Penulis: Quinsha Devina Yasmin, Pelajar Kelas 9 SMPN 5 Yogyakarta

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo