promo

Bagaimana “Indonesia Emas” Terwujud, Jika Pelajarnya Seneng Tawuran kek di Semarang: Contoh Jelek!

SUARAMUDA, SEMARANG — Pertengahan pekan lalu, seorang pelajar SMKN 10 Semarang, APW alias P (18), tewas akibat terkena bacokan di Jalan Barito, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang.

Insiden yang menggegerkan warga sekitar tersebut diduga terjadi akibat duel satu lawan satu antar pelajar dari sekolah yang berbeda.

Diketahui, pelajar berinisial APW tersebut merupakan warga Kebonharjo, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara.

Kejadian bermula saat korban dan beberapa temannya janjian untuk bertemu dengan pelajar dari sekolah SMK lain. Dan, akhirnya: DUEL!

Promo

Usai terkena bacok, para saksi kemudian membawa korban ke RS Pantiwilasa Citarum Semarang. Tapi Tuhan berkehendak lain, APW tewas.

Kapolsek Semarang Timur, Iptu Andy Susanto, membenarkan adanya duel antar pelajar yang berujung pada kematian salah satu pihak tersebut.

“Pada Rabu, sekitar pukul 18.30-19.00 WIB (waktu kejadian),” ungkap Andy, seperti dilansir Kompas.com, Kamis (13/2/2024) lalu.

“Lokasinya berada di Jalan Barito, depan SMK Dr Tjipto Semarang,” tambahnya.

Langkah Atasi Tawuran

Beragam aksi tawuran sebenarnya terjadi sejak lama dan bahkan menjadi suatu kebiasaan yang dianggap normal karena termasuk bagian dari kenakalan remaja.

Namun kita patut sepakat bahwa tawuran sudah tidak bisa dianggap normal atau wajar. Sebab kegiatan ini sangat merugikan banyak orang, mulai dari sulitnya aksesibilitas jalan, ekonomi terhambat, hingga korban jiwa.

Dikutip dari laman polri.go.id, ada 5 cara mengatasi aksi tawuran, sebagai berikut:
1. Membangun silaturahmi antarsekolah, dan antarpelajar
2. Kompak memberikan hukuman yang tegas kepada pelaku
3. Melakukan mediasi antarpihak
4. Meningkatkan edukasi yang baik dalam konteks agama dan hukum
5. Mengedukasi anak-anak menjadi karakter yang bijaksana dan cerdas

Namun sayangnya, upaya mengatasi tawuran antar pelajar menjadi sia-sia, lantaran kasus serupa selalu terulang di kemudian hari.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Uswatun Hasanah dikutip dari detik.com, (17/12/2022) silam juga mengatakan pernah ada deklarasi anti tawuran.

Ia mengungkapkan, jika Kurikulum Merdeka Belajar bisa maksimal, maka para siswa tidak akan memikirkan melakukan hal-hal negatif.

Demikian pula Agustina Wilujeng saat masih menjabat Wakil Ketua Komisi x DPR RI yang membidangi pendidikan, menekankan pentingnya peran keluarga termasuk pada Kurikulum Merdeka Belajar.

Ia berharap para orangtua ikut mendidik putanya menjadi siswa dengan karakter yang baik.

“Kurikulum merdeka belajar menuntut peran besar orangtua untuk mendidik anak di waktu bersama. Siapa yag paling berperan dalam pendidikan karakter? Ya Orangtua,” tegas Agustina.

Tapi lagi-lagi, langkah itu tak lagi dihiraukan oleh oknum pelajar yang suka tawur. Kasus tawuran pelajar yang berakhir kematian adalah sebuah kemunduran pendidikan.

Alih-alih mewujudkan “Indonesia Emas”, justru yang ada adalah rasa cemas, kekhawatiran masyarakat atas aksi-aksi tawur yang tak dibenarkan itu. Miris! (Red)

Redaksi Suara Muda, Saatnya Semangat Kita, Spirit Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Promo